Perumusan Masalah The Small Island Management Of Marine Ecotourism Development (Case Study in Liukang Loe Island, Bulukumba Region, South Sulawesi)

4 wisatawan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada cenderung eksploitatif dan mengesampingkan aspek pelestarian terhadap sumberdaya yang ada. Hal ini terkait dengan tingkat pembangunan yang secara keseluruhan tidak boleh melebihi daya dukung carrying capacity sesuai dengan kaidah-kaidah ekologis sehingga dampak negatif dapat ditekan seminimal mungkin sesuai dengan kemampuan ekosistem pesisir dan pulaunya. Selain itu, kontribusi limbah yang dihasilkan dapat dilakukan prediksi status pencemaran di Pulau Liukang Loe. Dimana pengaruh yang ditimbulkan bukan hanya pada penurunan daya dukung tapi dapat mengancam keberlanjutan ekosistem pesisir dan laut. Upaya meminimalkan dampak negatif dengan adanya aktivitas wisata bahari dapat ditempuh dengan pengalokasian aktivitas wisata bahari dengan mempertimbangkan kesesuaian kawasan untuk peruntukkan wisata bahari dan daya dukung dalam menyediakan lahan dan sumberdaya bagi setiap kegiatan. Oleh karena itu, pemanfaatan Pulau Liukang Loe untuk pengembangan wisata bahari harus memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi sumberdaya untuk mendukung aktivitas ekowisata bahari di Pulau Liukang Loe. 2. Bagaimana kesesuaian lahan dan daya dukung kawasan Pulau Liukang Loe untuk pengembangan ekowisata bahari. 3. Bagaimana strategi dalam pengelolaan Pulau Liukang Loe untuk ekowisata bahari berkelanjutan.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan : 1. Mengkaji kondisi sumberdaya perairan untuk mendukung aktivitas ekowisata di Pulau Liukang Loe. 2. Mengukur kesesuaian lahan dan daya dukung kawasan untuk aktivitas ekowisata di Pulau Liukang Loe. 3. Menentukan strategi pengelolaan untuk pengembangan Pulau Liukang Loe berbasis ekowisata bahari.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dasar dalam perumusan perencanaan pembangunan pulau-pulau kecil PPK terutama untuk pengelolaan untuk mengatasimeminimalisir beban limbah akibat aktivitas wisatawan dan masyarakat lokal di Pulau Liukang Loe. Selain itu, dapat menjadi bahan informasi bagi pihak swasta ataupun stakeholder yang ingin terlibat dalam kegiatan ekowisata bahari Pulau Liukang Loe dan menjadi acuan atau pedoman ilmiah bagi pengembangan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. 5

1.5 Kerangka Pemikiran

Pulau Liukang Loe merupakan sumberdaya pulau kecil yang memiliki potensi yang cukup besar. Variabel penelitian dengan inventarisasi sumberdaya berupa ekosistem alami yang tersedia di Pulau Liukang Loe antara lain terumbu karang dan pantai berpasir, analisis kesesuaian wisata, analisis daya dukung di tinjau dari aspek ekologi dengan pendekatan ruangketersediaan ruang serta kualitas air sehingga diperoleh rekomendasi pengelolaan Pulau Liukang Loe untuk ekowisata bahari berkelanjutan. Sebagai pulau kecil, Pulau Liukang Loe rentan terhadap berbagai tekanan baik dari masyarakat lokal dengan segala aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, selain itu juga dari aktivitas wisatawan yang mengunjungi dan memanfaatkan sumberdaya dan jasa lingkungan di kawasan tersebut untuk kebutuhan wisata. Oleh karena itu sangat penting untuk mempertimbangkan aspek ekologi dalam pengembangan kawasan ini. Pengembangan Pulau Liukang Loe untuk kegiatan ekowisata bahari tentu perlu dikaji terlebih dahulu potensi dan informasi terkait mengenai sumberdaya dan kondisi masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil dengan maksud mengidentifikasi karakteristik sumberdaya dan kesesuaian lahan pemanfaatan agar dalam pemanfaatannya secara optimal. Dalam penelitian ini, penentuan zona pengembangan wisata bahari dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis SIG yang didasarkan pada kriteria kesesuaian untuk setiap aktivitas wisata bahari dimana melaui pendekatan ini akan diperoleh kawasan mana saja yang sesuai dan tidak sesuai untuk berbagai jenis wisata. Selanjutnya, dilakukan penentuan daya dukung kawasan untuk menampung wisatawan yang masuk tanpa mengganggu keseimbangan ekologis. Perhitungan daya dukung dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan ruangspasial untuk mengetahui jumlah wisatawan yang dapat ditampung ditiap sub zona kegiatan wisata berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan pendekatan kualitas air terkait dengan limbah yang dihasilkan oleh masyarakat dan wisatawan selama melakukan aktivitas di Pulau Liukang Loe. Informasi tersebut sangat diperlukan dalam pengelolaan dan pengembangan Pulau Liukang Loe untuk ekowisata bahari untuk keberlanjutan system sumberdaya dan aktivitas wisata itu sendiri. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut.