14
G am
b ar
3 .1
P et
a L
o k
as i
d an
S ta
si u
n P
en eliti
an d
i P
u la
u L
iu k
an g
L o
e K
ab u
p ate
n B
u lu
k u
m b
a
15
Tabel 3.1 Jenis data yang dibutuhkan, sumber data dan metode pengumpulan data
No. Parameter
Stasiun 1,….dst
Baku Mutu AlatMetode
Ket.
A.
Fisika-Kimia-Biologi 1. BOD mgl
2. Oksigen terlarut mgl 3. Amonia mgl
4. pH 5. Salinitas
∞ 6. Suhu
C 7. Kekeruhan NTU
8. Bakteri E. coli MPN100 ml
BiologiNon-Biologi 1.Tutupan
terumbu karang 2. Profil pantai
- Tipe pantai m - Lebar pantai m
- Kemiringan pantai 3. Ikan karang
4. Vegetasi pantai 5. Biota berbahaya
Hidroosanografi 1. Kecerahan m
2. Kedalaman m 3.Kecepatan
arus cmdtk 4. Material dasar
5. Ketersediaan air tawar Peta
10 5
2 6.5-8.5
Alami Alami
5 1 000
- -
- -
-
- -
- -
- -
Titrasi DO meter
Spektrofotometer pH meter
Refraktometer Termometer
Turbidimeter Titrasi
MeteranLIT Meteran, Waterpass,
- -
-
Secchi disk Tali penduga
meteran Layang-layang arus,kompas
dan stopwatch -
- Analisis SIG
Lab. In situ
Lab. In situ
In situ In situ
In situ Data sekunder
Data sekunder In situ
Data sekunder In situ
In situ In situ
In situ In situ
In situ In situ
Citra Quickbird
B.
C.
D
Keterangan : = Baku mutu wisata pesisir Kepmen Negara LH No. 51 Tahun 2004.
3.2.1. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini Dusun yang dijadikan tempat pengambilan contoh adalah Dusun Ta’buntuleng dan Pasilohe.
Pengambilan contoh lokasi ini didasarkan pada keterwakilan pemanfaatan sumberdaya dan mata pencaharian
masyarakat secara dominan. Adapun kelompok masyarakat yang terambil menjadi contoh adalah Nelayan, Tokoh Masyarakat, Pemerintah Desa dan Jasa. Sementara
untuk pengambilan contoh wisatawan, teknik pengambilan contoh dilakukan secara accidental sampling, yaitu contoh yang diambil dari siapa saja yang
kebetulan beradaditemui dan atau yang pernah ke Pulau Liukang Loe yang bersedia menjadi responden.
Adapun tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2, dimulai dengan identifikasi potensi dan pemanfaatan sumberdaya, kesesuaian lahan untuk
ekowisata bahari, daya dukung ekologi meliputi pendekatan ruangspasial dan kualiats air serta rekomendasi pengelolaan keberlanjutan ekowisata bahari di
Pulau Liukang Loe.
16
Masukan
Proses
Luaran
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Identifikasi potensi dan pemanfaatan sumberdaya Pulau
Liukang Loe
Analisis kesesuaian ekowisata bahari Pulau Liukang Loe
Analisis daya dukung ekologi Pulau Liukang Loe Pendekatan ruangspasial dan parameter kualitas
perairan
Pengelolaan Pulau Liukang Loe untuk ekowisata bahari berkelanjutan
Sumberdaya Pulau Liukang Loe untuk pengembangan ekowisata bahari berkelanjutan
17
3.2.2. Penentuan Stasiun Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey yang dirancang untuk mendeskripsikan kondisi ekologis objek penelitian Pulau Liukang Loe. Variabel
penelitian antara lain inventarisasi sumberdaya dan tingkat pemanfaatan, kesesuaian ekowisata bahari, daya dukung dengan pendekatan ruangspasial dan
kualitas air serta rekomendasi pengelolaan keberlanjutan ekowisata bahari di Pulau Liukang Loe.
Pengambilan contoh diambil di daerah pesisir yang dianggap bisa mewakili kondisi kualitas perairan dan pantai Pulau Liukang Loe. Penentuan
stasiun penelitian dilakukan berdasarkan keterwakilan variabilitas kondisi ekologi. Lokasi pengambilan contoh juga didasarkan pada keberadaan dan penyebaran
sumberdaya biofisik yang bersumber dari data sekunder dan hasil survey lapangan. Data potensi sumberdaya penting yang diketahui dari data sekunder
maka pengamatan hanya melakukan ground check. Pengukuran parameter biofisik perairan diukur dengan menggunakan pengukuran in situ. Sementara stasiun
sosial ekonomi berada di sebelah utara pulau Kampung Ta’buntuleng yang merupakan pusat pengembangan ekowisata bahari dan sebelah tenggara pulau
Kampung Pasilohe.
Berikut adalah pengamatan kondisi biofisik ekosistem pantai dan terumbu karang di Pulau Liukang Loe dengan teknik observasi sebagai berikut :
1. Pantai
Pengamatan data kondisi pantai untuk peruntukan wisata pantai meliputi parameter kemiringan pantai, tipe pantai, lebar pantai, penutupan lahanvegetasi
pantai, kedalaman perairan, substrat dasar perairan, kecepatan arus dan ketersediaan air tawar dilakukan dengan observasi dan pengukuran langsung di
lapangan. Keberadaan pantai berpasir yang sesuai untuk wisata pantai berada di sebelah utara yaitu Kampung Ta’buntuleng, sebelah barat pulau dan sebelah
tenggara pulau.
2. Terumbu karang
Penentuan stasiun terumbu karang berdasarkan sebaran terumbu karang yang berada di perairan dangkal Pulau Liukang Loe. Secara detail stasiun terumbu
karang dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 3.2 Stasiun penelitian ekosistem terumbu karang di Pulau Liukang Loe
Stasiun Lintang
Bujur Nama Lokasi
Stasiun I 120.25454
-5.394960 Batubong
Stasiun II 120.25152
-5.384443 Panekang Kera
Stasiun III 120.26202
-5.381295 Ujung Baturapa
Stasiun IV 120.26570
-5.381690 Batu Sobbalong
Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan Metode Line Intercept Transect LIT. Pengamatan kondisi terumbu karang untuk peruntukan wisata
18
snorkling dan selam, terutama penutupan karang dapat dihitung dengan rumus tutupan karang hidup menurut English et al. 1994, yaitu :
Kehadiran tiap kategori = × 100
…........ 1 Hasil perhitungan tersebut kemudian dianalisis dengan kategori menurut
Brown 1986 yang menyatakan bahwa persentase tutupan karang dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu :
1. Kategori rusak : 0.0-24.9
2. Kategori sedangkritis : 25.0-49.9
3. Kategori baik : 50.0-79.9
4. Kategori sangat baik : 80.0-100
Persentase tutupan adalah persentase luas area yang ditutupi oleh pertumbuhan karang. Persentase karang hidup yang tinggi menandakan bahwa
terumbu karang di suatu perairan berada dalam keadaan sehat.
3.3 Analisis Data 3.3.1
Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung untuk Wisata
Suatu kegiatan pemanfaatan yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya. Matriks kesesuaian
untuk ekowisata bahari meliputi peruntukkan untuk wisata pantai, wisata snorkling dan wisata selam diving. Setiap kegiatan wisata mempunyai
persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan objek wisata yang akan dikembangkan.
Untuk menghitung kesesuaian wisata dapat menggunakan rumus Yulianda et al. 2010 :
IKW =
x 100
…………………….. 2 Dimana :
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni
= Nilai parameter ke-i bobot x skor N
maks
= Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian dari skor dan bobot yang
diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh melalui penjumlahan nilai dari seluruh
parameter. Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian dari skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari
interval kesesuaian yang diperoleh dari penjumlahan nilai dari seluruh skor parameter yang dibandingkan dengan nilai maksimal dari setiap indeks
kesesuaian dari setiap jenis aktivitas wisata. Persen interval yang didapatkan dari perhitungan indeks adalah sebagai berikut, kategori tidak sesuai TS yaitu
19
37.5 , sesuai bersyarat SB 37.5 - 62.5 , sesuai S 62.5 - 87.5 dan sangat sesuai SS sebesar 87.5 - 100 . Matriks kesesuaian dapat dilihat
pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 3.3 Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai
Parameter Bobot
Kategori SS S1
Skor Kategori
S S2 Skor
Kategori SB S3
Skor Kategori
TS N Skor
Tipe pantai m Lebar pantai m
Kedalaman m
Material dasar Arus mdtk
Kemiringan pantai
Kecerahan m Penutupan lahan
pantai Biota berbahaya
Ketersediaan air tawar
3 3
3 2
2 2
1 1
1 1
Pasir putih
15 0-2
Pasir 0-0,10
25 75
Kelapa, lahan
terbuka Tidak ada
0,5 4
4 4
4
4 4
4 4
4 4
Pasir putih,sedikit
karang 10-15
2-4 Karang
berpasir 0,10-0,40
25-45 50-75
Semak belukar
Bulu babi 0,5-1
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
Pasir hitam, Berkarang
3-10 4-6
Pasir berlumpur,
berkarang 0,40-0,50
45-75 25-50
Belukar tinggi
Bulu babi, ikan pari
1-2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 Lumpur,
berbatu, 3
6 Lumpur
0,50 75
25 Hutan bakau,
pemukiman Bulu babi,
ikan pari,lepu ikan hiu
2 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
Sumber : dimodifikasi dari Yulianda et al. 2010.
Keterangan : Nilai maksimum = 76
Tabel 3.4 Matriks kesesuaian lahan untuk snorkling
Parameter Bobot
Kategori SS S1
Skor Kategori
S S2 Skor
Kategori SB S3
Skor Kategori
TS N Skor
Tutupan karang Jenis life form
Jenis ikan karang Kecerahan
perairan Kecepatan
arus cmdtk
Kedalaman terumbu
karang m Lebar hamparan dasar
karang m 3
3 2
2 2
1 1
75-100 12
50 100
10 1-3
100 4
4 4
4 4
4 4
50-75 8-12
26-50 80-100
10-30 3-5
50-100 3
3 3
3 3
3 3
25-50 4-7
10-25 25-80
30-50 5-10
20-50 2
2 2
2 2
2 2
25 4
10 25
50 10;1
20 1
1 1
1 1
1 1
Sumber : dimodifikasi dari
1
Yulianda 2010;
2
Kepmen LH nomor 4 tahun 2001;
3
Yulianda et al. 2010.
Keterangan : Nilai maksimum = 56
20
Tabel 3.5 Matriks kesesuaian lahan untuk wisata selam
Parameter Bobot
Kategori SS S1
Skor Kategori
S S2 Skor
Kategori SB S3
Skor Kategori
TS N Skor
Tutupan karang dan benda bersejarah
di laut
1,2
Jenis life form Jenis ikan karang
Kecerahan perairan
Kecepatan arus
cmdtk Kedalaman
terumbu karang m
3 3
2 2
2 1
75-100 12
100 80
0-15 5-15
4 4
4 4
4 4
50-75 8-12
50-100 50-80
15-30 15-20
dan 3-5 3
3 3
3 3
3 25-50
4-7 20-49
20-49 30-50
20-30 2
2 2
2 2
2 25
4 20
20 50
3 dan 30 1
1 1
1 1
1
Sumber : dimodifikasi dari
1
Yulianda 2010;
2
Kepmen LH nomor 4 tahun 2001;
3
Yulianda et al. 2010.
Keterangan : Nilai maksimum = 52
Adapun potensi ekologis pengunjung, unit area dan waktu yang dihabiskan wisatawan untuk setiap unit kegiatan dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3.6 Potensi ekologis pengunjung K dan luas area kegiatan Lt
No. Jenis Kegiatan ∑ Pengunjung
orang Unit Area
Lt Keterangan
1 2
3 Rekreasi pantai
Snorkling Selam
1 1
2 50 m
500 m
2
2 000 m
2
1 orang setiap 50 m panjang pantai
Setiap 1 orang dalam 100 x 5 m Setiap 2 orang dalam 200 x
10 m
Sumber : Yulianda et al. 2010.
Tabel 3.7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan
No. Jenis Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan – Wp jam
Total waktu 1 Hari – Wt jam
1 2
3 Rekreasi pantai
Snorkling Selam
3 3
2 6
6 8
Sumber : Yulianda et al. 2010.
Hasil analisis kesesuaian yang ada dari kawasan yang sangat sesuai dan sesuai akan digunakan sebagai dasar penentuan daya dukung sebagai luas atau
panjang area yang dimanfaatkan Lp. Daya dukung dihitung agar diketahui jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan
yang tersedia pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan
21
manusia. Perhitungan Daya Dukung Kawasan DDK tersebut dapat dilihat dalam persamaan berikut Yulianda et al. 2010 :
DDK = K x LpLt x WtWp ……………………….. 3
Dimana : DDK = Daya Dukung Kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area atau panjang area yang dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
3.3.2 Pencemaran dan Daya Dukung Lingkungan Pulau Liukang Loe
Daya dukung lingkungan sangat erat hubungannya dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang dapat
dibuang ke dalam lingkungan perairan tanpa menimbulkan polusi UNEP, 1993. Stasiun pengamatan berdasarkan keberadaan aktivitas masyarakat dan
wisatawan serta aliran beban limbah yang masuk ke perairan pantai Pulau Liukang Loe. Adapun yang menjadi parameter limbah organik dalam penelitian
ini yaitu oksigen terlarut DO dan biological oxygen demand BOD. Selain itu juga dilakukan pengukuran parameter suhu, salinitas, pH, NH
3
dan kekeruhan serta pengukuran terhadap keberadaan bakteri Escherichia coli E. Coli di
perairan Pulau Liukang Loe. Metode analisa parameter fisika, kimia dan biologi perairan laut mengacu pada Kepmen LH No.51 Tahun 2004.
Data beban limbah diperoleh melalui pengukuran kualitas air untuk peruntukan aktivitas wisata bahari pada tiap-tiap stasiun pengamatan. Besarnya
tekanan pemanfaatan aktivitas penduduk maupun wisata menyebabkan tingginya laju pembuangan limbah khususnya limbah organik yang bersumber
dari limbah toilet MCK ataupun limbah dapur yang apabila langsung dibuang ke laut akan berdampak pada pencemaran perairan dan ekosistem pesisir. Oleh
karena itu diperlukan suatu kajian kualitas air sehingga daya dukung tidak terlampaui serta dampak pencemaran dan laju degradasi ekosistem dapat
diminimalkan.
Adapun langkah-langkah dalam penentuan daya dukung melalui pendekatan pencemaran perairan sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah penduduk lokal dan wisatawan yang berkunjung di Pulau Liukang Loe yaitu dengan cara menghitung tingkat pertumbuhan penduduk dan
wisatawan berdasarkan kondisi pada saat penelitian kemudian diprediksikan jumlah penduduk dan wisatawan untuk 10 tahun kedepan.
2. Pengambilan sampel air laut per stasiun penelitian meliputi parameter DO, pH, kekeruhan kemudian melakukan analisis laboratorium untuk parameter BOD,
NH3 dan bakteri E. Coli pada kondisi eksisting. 3. Membandingkan hasil pengukuran tiap parameter per stasiun penelitian dengan
nilai baku mutu air laut untuk peruntukkan wisata bahari sesuai Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi dan Administrasi
Pulau Liukang Loe terletak di wilayah perairan sebelah selatan pulau Sulawesi tepatnya pada posisi 05
38’20” – 05 39’84” LS dan 120
25’14.87” – 120
26’46,75” BT. Pulau Liukang Loe termasuk dalam wilayah administrasi Dusun Liukang Loe Desa Bira Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
Pulau Liukang Loe terdiri dari dua dusun yakni Dusun Ta’buntuleng dan Dusun Pasilohe. Luas wilayah Pulau Liukang Loe sekitar 5.67 km
2
termasuk mikro island dengan panjang pantai sekitar ± 3 km. Sebagian besar daratan Pulau
Liukang Loe tersusun dari batu karang dan merupakan pulau berbukit. Akses menuju pulau Liukang Loe adalah dari pantai Bira. Pulau Liukang
Loe dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor tempel dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Pantai Bira. Jadwal penyeberangan sehari sebanyak
3-4 kali mulai jam 07.00 pagi hingga jam 15.00 wita.
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk di pulau Liukang Loe sekitar ± 650 orang dengan jumlah Kepala Keluarga sekitar 203. Komposisi penduduk berdasarkan umur
adalah : - 0 – 5 tahun : 30 orang
- 5 – 17 Tahun : 220 orang - 17 tahun : 400 orang
Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian 80 nelayan sementara sisanya bermata pencaharian PNS, pedagang, bengkel, dan
pengrajin. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan : - Sarjana : 10 orang
- Tamat SMA : 30 orang. - Tamat SMP : 50 orang
- Tamat SD : 200 orang - Tidak tamat SD : 360 orang
Rendahnya tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari nelayan akan
memberikan kemudahan dalam menerapkan atau mengadopsi teknologi baru maupun dalam proses menjalin kerja sama dengan lembaga ekonomi baik formal
maupun informal, disamping itu nelayan akan terampil dalam mengelola usaha perikanan. Komposisi penduduk berdasarkan agama adalah 100 agama Islam.
23
4.1.3 Aktifitas Masyarakat
Umumnya masyarakat di pulau Liukang Loe adalah perantau, setelah mengumpulkan banyak modal kemudian kembali dan menjadi nelayan mandiri,
sehingga tidak terdapat kelembagaan punggawa-sawi di pulau tersebut. Alat tangkap yang digunakan nelayan pada umumnya adalah alat tangkap yang ramah
lingkungan seperti panah dan jaring sehingga mendukung pelestarian sumberdaya pulau.
Produksi perikanan tangkap di pulau ini cukup tinggi dimana pemasaran dilakukan di Pantai Bira bahkan sampai ke ibukota Kabupaten Bulukumba.
Jumlah nelayan tangkap sekitar 200 orang. Jenis ikan hasil tangkapan berupa ikan karang, seperti ikan kerapu, baronang, cepa dan lainnya. Secara umum produksi
perikanan tangkap sekitar 5 kgnelayanhari sedangkan yang memiliki armada penangkapan yang besar mampu menghasilkan ikan sekitar 1 ton20 hariunit
perahu. Sarana penangkapan yang banyak ditemukan di pulau ini berupa perahu yang digunakan berupa perahu tanpa motor serta perahu motor tempel
berkekuatan 24 PK. Jumlah perahu sekitar 100 buah dengan peralatan tangkap berupa panah dan jaring.
Lokasi penangkapan ikan karang oleh masyarakat di pulau ini umumnya dilakukan sekitar pulau sampai ke wilayah perairan pulau Kambing. Jenis
kegiatan pariwisata bahari yang telah dikembangkan adalah wisata pantai, diving dan snorkling. Selain itu, kegiatan peternakan juga terdapat di Pulau ini berupa
peternakan kambing, ayam serta bebek yang dilakukan masyarakat. Kegiatan lain seperti kerajinan berupa kain tenun, pembuatan batako serta kerajinan dari kerang-
kerangan dimana hasil kegiatan kerajinan umumnya dipasarkan ke wilayah pantai bira sebagai pusat kegiatan pariwisata di Kabupaten Bulukumba. Kegiatan
pertanian dan perkebunan masyarakat di Pulau Liukang Loe umumnya dilakukan dalam skala kecil. Tanaman yang terdapat di pulau yang dibudidayakan oleh
masyarakat berupa tanaman lantoro, srikaya batu, asam, kelor dan petai yang ditanam di daerah perbukitan pulau, sedangkan tanaman pisang,ubi kayu, jagung,
kelapa, dan pepaya dilakukan di sekitar pemukiman masyarakat.
4.1.4 Sosial Budaya Masyarakat
Sejarah pulau Liukang Loe mulai ditempati oleh masyarakat sekitar tahun 1940. Warga pertama kali yang menempati pulau ini ada 2 orang yakni Ballosang
di Kampung Ta’bungtuleng berarti mentokujung atau tidak ada jalan yang merupakan RK pertama dan Dorahing di Dusun Passiloe berarti banyak pasir.
Wilayah perairan pulau Liukang Loe sebelum tahun 1940-an sampai 1990 merupakan lokasi nelayan dari pantai Bira yang menangkap ikan sampai
keperairan sekitar pulau kambing, selain itu juga memanfaatkan pulau ini untuk tempat persinggahan ketika cuaca buruk, mula-mula mereka membangun rumah
semipermanen gubuk dan lama-kelamaan akhirnya mereka menetap dan berkembang menjadi seperti sekarang.
Liukang Loe memiliki 2 arti yakni Liukang Loe berasal dari dua suku kata yaitu “Liukang” yang berarti dikelilingi, dan “Loe” yang berarti banyak, sehingga
Liukang Loe dapat diartikan sebagai tempat yang dikelilingi oleh banyak air.
24
Sedangkan versi lain dan kebanyakan warga mengetahui yakni Liukang berasal dari kata Liu Liukang yang berarti jenis kayu khas kayu hitam yang terdapat di
pulau ini dan Loe berarti banyak. Menurut cerita masyarakat bahwa jenis kayu ini dahulu banyak ditemukan namun sekarang sudah jarang karena tahun 1990-an
sudah dieksploitasi besar-besaran karena harganya cukup mahal yang dipasarkan sampai ke Makassar.
Status kepemilikan pulau ini secara umum masih merupakan tanah Negara. Namun menurut cerita masyarakat bahwa telah ada beberapa orang yang
berasal dari luar pulau mengklaim sebagai tanah adat dari keluarga mereka. Namun pada tahun 2000-an sebanyak 100 kavling 50 kavling di Ta’bungtuleng
dan 50 Kavling di Pasilohe dengan luas 18 x 20 meter setiap kavling telah disertifikasi hak milik melalui program Prona oleh BPN.
Umumnya masyarakat di pulau ini merupakan masyarakat perantau. Hal ini menjadi kebiasaanbudaya masyarakat apabila telah remaja tamat SMA
sudah diizinkan pergi meratau. Umumnya mereka menjadi pelaut, pedagang dan sebagainya. Umumnya wilayah yang sering di datangi seperti Kepulauan Selayar,
Makassar, Papua dan Nusa Tenggara.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah ini cukup baik dengan keberadaan atau kondisi perumahan yang tergolong cukup baik. Penataan
perumahan dan kondisi rumah yang sudah kebanyak merupakan rumah permanen rumah batu dengan fasilitas rumah yang cukup lengkap menandakan tingkat
ekonomi masyarakat tergolong baik. Pemukiman masyarakat cukup padat di kedua dusun.
Pengetahuan masyarakat terhadap nilai sumberdaya perikanan sudah tinggi bahkan sampai pada distribusi pemasarannya. Begitu pula dengan lokasi-
lokasi di sekitar pulau secara detail masyarakat memberikan nama seperti Batubong, Panekang Kera, Ujung Papaiya yang berada disebelah Barat pulau.
Kemudian Panralangan, Kassi Tabua, Batu Sobbalong, Bate Baroso disebelah utara. Selanjutnya Ujung Baturapa disebelah Timur Pulau.
4.1.5 Kelembagaan Masyarakat
Pulau Liukang Loe merupakan pulau kecil dengan tingkat kepadatan penduduk 115 jiwakm
2
. Kondisi pulau yang tidak terlalu luas menjadikan penduduk yang bermukim di Pulau Liukang Loe saling mengenal dan sebagian
besar ada yang memiliki ikatan persaudaraan. Hal ini menimbulkan sifat kekeluargaan yang kuat antar penduduk jika dilihat dari adanya kegiatan gotong
royong, saling membantu dan saling menjaga keamanan. Keamanan di Pulau Liukang Loe bisa dibilang sangat aman karena selain sifat kekeluargaan yang
kental, luas pulau yang tidak terlalu luas, akses keluar masuk pulau-pulau sangat terbatas sehingga mudah untuk mengenali apakah ada orang asing yang keluar
masuk pulau.
Masyarakat Pulau Liukang Loe memiliki organisasi kemasyarakatan yang dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe formallegal memiliki kekuatan hukum yang
meliputi LKMD, organisasi profesi dan organisasi pemuda. Sedangkan tipe informalnon legal formal hanya berdasarkan kesepakatan bersama meliputi
25
kelompok nelayan, kelompok pengajian dan lain-lain. Pengorganisasi masyarakat dan proses-proses pembangunan di tingkat Dusun difasilitasi oleh sebuah lembaga
pemerintahan dusun yang terdiri dari kepala dusun yang dibantu oleh kepala kampung serta beberapa warga desa sebagai bagian perangkat pemerintahan
dusun. Beberapa bantuan telah pernah mereka peroleh seperti bantuan sarana budidaya rumput laut, alat pengolahan ikan sampai ke panel solarcell.
4.2 Kondisi Biofisik Kawasan 4.2.1 Kondisi Iklim
Pulau Liukang Loe tersusun dari batu karang yang mendominasi dan hanya sebagian kecil merupakan hamparan pasir putih. Secara umum kawasan
hamparan pasir putih dijadikan sebagai kawasan perumahan sedangkan kawasan batu karang perbukitan dijadikan kawasan perkebunan.
Kondisi meteorologi di Pulau Liukang Loe tidak begitu berbeda dengan kondisi meteorologi Kabupaten Bulukumba secara umum. Angin yang bertiup di
sekitar Pulau Liukang Loe merupakan angin musim yang berubah arah dua kali dalam setahun dengan rata-rata kecepatan 3-7 knot. Rata-rata curah hujan di
sekitar Pulau Liukang Loe adalah 1 000 - 1 500 mmtahun. Suhu rata-rata berkisar antara 23.82 ºC - 27.68 ºC. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian
tanaman pangan dan tanaman perkebunan.
Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober -Maret dan musim rendengan antara April-September. Daerah dengan curah hujan
tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian selatan curah hujannya
rendah. dengan curah hujan sebagai berikut :
1. Curah hujan antara 800 – 1 000 mmtahun meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.
2. Curah hujan antara 1 000 – 1 500 mmtahun meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.
3. Curah hujan antara 1 500 – 2 000 mmtahun meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang,
sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.
4. Curah hujan di atas 2 000 mmtahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.
4.2.2 Kondisi Oseanografi
Kondisi oseanografi memegang peranan penting dalam mempengaruhi dinamika ekosistem dan kondisi perairan, karena permukaan perairan tidak pernah
diam dan selalu terjadi gerakan dinamis. Gerakan permukaan ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah pola arus, pola gelombang, peristiwa
pasang surut, dan batimetri. Kondisi oseanografi di pulau Liukang Loe dapat
dilihat sebagai berikut :
26
a. Pasang surut
Pasang surut merupakan naik turunnya paras laut, terutama karena gaya tarik akibat gravitasi gravitational attraction antara bulan, matahari dan bumi.
Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari pasut tunggal, atau dua kali sehari pasut ganda, sedangkan pasut lainnya yang tidak berperilaku seperti di
atas disebut pasut campuran.
Pengukuran pasang surut dilakukan di Kampung ta’buntuleng dermaga dan diasumsikan mewakili kondisi pasang surut daerah survey. Adapun tipe
pasang surut di Pulau Liukang Loe adalah campuran condong ke semidiurnal yang memiliki ciri khas yakni terjadi dua kali air tinggi pasang dan dua kali air
rendah surut dalam satu hari 24 jam dimana salah satu air pasang memiliki amplitudo yang lebih tinggi dari air pasang lainnya.
Selain tipe pasut juga dihasilkan tunggang pasut, yakni perbedaan tinggi air pada saat pasang tertinggi dan surut terendah. Tunggang pasut yang diperoleh
adalah 135 cm, yang berarti bahwa lokasi termasuk dalam klasifikasi pantai microtidal tunggang pasut antara 2 m. Karena memiliki tunggang pasut yang
kecil 2 m maka diperkirakan pengaruh pasut terhadap pergerakan dan transpor sedimen di wilayah kajian relatif kecil.
b. Gelombang
Gelombang memiliki peran terhadap proses abrasi dan sedimentasi pantai, melalui mekanisme perombakan material sedimen pantai. Gelombang yang sangat
sering terjadi di laut dan cukup penting adalah Gelombang yang dibangkitkan oleh angin. Gelombang dibangkitkan oleh angin karena adanya pengalihan energi
dari angin ke permukaan laut akibat fluktuasi tekanan udara pada permukaan air laut. Proses pembangkitan ini terjadi pada suatu daerah yang disebut daerah
pembangkitan Gelombang Wind wave generating area.
Gelombang yang mendekati pantai akan mengalami transformasi perubahan karena terjadinya perubahan kedalaman dan adanya halangan-
halangan berupa pulau-pulau atau bangunan-bangunan pantai. Gelombang yang mendekati pantai akan memusat jika mendekati tanjung, dan menyebar jika
menemuimemasuki teluk cekungan. Selain itu gelombang yang mendekati pulau juga akan mengalami perubahan kemiringan rasio antara tinggi dan
panjang gelombang dan pada akhirnya pecah secara spilling, plunging, collapsing atau surging tergantung dari keadaan topografi dasar lautnya.
Tinggi gelombang signifikan pada kondisi normal relatif lemah yaitu kurang dari 0.5 m dengan arah datang gelombang dominan dari Selatan 175 –
185 . Periode gelombang bervariasi dari 4.6 detik sampai dengan 6.2 detik.
Berdasarkan prediksi BMKG, pada bulan Juni 2012 tinggi gelombang maksimum dapat mencapai 0.75 – 1.25 m di perairan pantai Bira dengan arah datang
gelombang dari Timur. Gelombang di laut lepas umumnya berasal dari arah timur. Ketika memasuki laut dangkal mengalami proses refraksi oleh kontur kedalaman
laut dan proses difraksi oleh pulau-pulau di depan daerah kajian. Akibatnya terjadi pembelokan arah rambat dan tinggi gelombang ketika mendekati pantai.
27
c. Arus
Arus merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan untuk melakukan aktivitas wisata snorkling dan selam. Hasil pengukuran arus pada stasiun
penelitian menunjukkan bahwa arah dan kecepatan arus sesaat bervariasi di masing-masing stasiun pengamatan. Data kecepatan arus dapat dilihat pada Tabel
4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Pengukuran Kecepatan Arus dan Arah Arus di Pulau Liukang Loe
Stasiun Lintang
Bujur Kec. Arus
mdetik Arah Arus
Stasiun I 120.25454
-5.394960 0.17
240 - 280
o
Stasiun II 120.25152
-5.384443 0.10
310 - 320
o
Stasiun III 120.26202
-5.381295 0.14
310 - 360
o
Stasiun IV 120.26570
-5.381690 0.21
310 - 360
o
Sumber : DKP Provinsi Sulawesi Selatan, 2012.
Hasil pengukuran, menunjukkan arah arus umumnya dari timur ke utara dengan kecepatan berkisar antara 0.1 – 0.21 mdetik. Kecepatan arus tertinggi
diperoleh pada stasiun 4 yakni 0.21 mdetik dan terendah pada stasiun ke 2 yakni sebesar 0.10 mdetik.
d. Parameter kualitas air laut
Kualitas air merupakan salah satu penentu utama dalam pengembangan wisata bahari. Kualitas air mempengaruhi pertumbuhan karang dan keragaman
ikan karang yang merupakan daya tarik utama dalam kegiatan wisata bahari. Perbedaan musim berpengaruh terhadap nilai parameter kualitas perairan fisik,
kimia, biologi dan oseanografi. Nybakken 1999 menyatakan bahwa parameter kualitas perairan memiliki hubungan dan pengaruh antara satu dengan lainnya.
Hasil analisis perbandingan antara nilai kualitas perairan di Pulau Liukang Loe dengan baku mutu air laut untuk kegiatan ekowisata pesisir disajikan pada Tabel
4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Pengukuran Kualitas Air Laut di Pulau Liukang Loe
Parameter Stasiun I
Batubomg Stasiun II
Panekang
Kera Stasiun III
Ujung
Baturapa Stasiun IV
Batu
Sobbalong Rata-
Rata Baku
Mutu
BOD mgl 1.12
1.01 1.19
1.17 1.12
10 DO mgl
5.91 5.79
5.52 6.56
5.95 5
NH3 mgl 0.10
0.13 0.11
0.08 0.11
2 pH
6.80 6.95
7.17 7.47
7.10 6.5-8.5
Kekeruhan NTU 0.91
1.10 0.75
0.90 0.91
5 Salinitas
∞ 33.65
33.15 33.45
33.50 33.44
Alami Suhu
C 28.40
28.85 28.75
28.50 28.63
Alami