Daya Dukung Ekologi Wisata Bahari Pulau Liukang Loe

43 sebesar 327 oranghari atau dengan kata lain total luas areal karang untuk peruntukkan wisata snorkeling sebesar 24.65 ha dengan jumlah wisatawan yang dapat ditampung di sub zona wisata snorkling setiap hari adalah 986 oranghari dengan waktu yang dibutuhkan setiap wisatawan untuk beraktivitas selama 3 jam. DDK Sub Zona Wisata Selam. Ekosistem terumbu karang merupakan faktor utama yang menentukan dalam penetapan kawasan wisata bahari karena merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata snorkling dan selam. Luasan ekosistem terumbu karang di tiap stasiun pengamatan diasumsikan sebagai luasan area yang akan digunakan untuk selam yang berdasarkan hasil analisis kesesuaian termasuk dalam kelas sangat sesuai. Hasil analisis kesesuaian lahan diperoleh bahwa untuk aktivitas selam diperoleh kelas kesesuaian yakni kelas sesuai dengan luas areal 14.73 ha. Berdasarkan luas kawasan tersebut maka diperoleh jumlah wisatawan yang dapat ditampung di sub zona wisata selam yaitu stasiun Batu Sobbalong dengan jumlah wisatawan yang dapat ditampung sebesar 296 oranghari dan stasiun Ujung Baturapa dengan jumlah wisatawan yang dapat ditampung sebesar 294 oranghari atau total wisatawan yang dapat ditampung untuk wisata selam sebesar 589 oranghari dengan waktu yang dibutuhkan setiap wisatawan untuk beraktivitas selama 2 jam. Hasil analisis daya dukung ekowisata dari sisi ekologi di Pulau Liukang Loe disajikan pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Nilai daya dukung kawasan ekowisata bahari di Pulau Liukang Loe dengan pendekatan ruang spasial No. Jenis Wisata LuasPanjang Area yang Dimanfaatkan Potensi Ekologis Lp Nilai Daya Dukung Kawasan - DDK OrangHari

1 Pantai

1 411 m 56 2 Snorkling 246 510 m 2 986 3 Selam 147 311 m 2 589 Total 1 631 oranghari 595 315 orangtahun Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2012. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa daya dukung ekologi untuk kegiatan wisata pesisir wisata pantai, snorkling, selam di Pulau Liukang Loe yakni 1 631 orang per hari atau jika ditotalkan dalam setahun sebesar 595 315 orang per tahun. Jika dibandingkan dengan data kunjungan wisatawan pada musim puncak sebesar 321 oranghari yang artinya jumlah tersebut masih berada dibawah berdasarkan perhitungan daya dukung kawasan untuk pengembangan ekowisata bahari sehingga berdasarkan kegiatan pemanfaatan saat ini, diketahui kegiatan ekowisata bahari di Pulau Liukang Loe masih berada di bawah daya dukung ekologi sehingga masih dapat ditingkatkan kuantitasnya. Daya dukung wisata pantai memiliki jumlah yang lebih kecil dibanding ketiga kegiatan wisata lainnya, oleh karena keterbatasan kawasan pantai yang sesuai. Zakai and Chadwick-Furman 2002 merekomendasikan 5 lima upaya pengelolaan wisata selam dalam meminimalisasi kerusakan terumbu karang yakni : 1. Pembatasan jumlah 44 penyelam per lokasi per tahun 2. Diperlukan guide untuk seluruh penyelaman 3. Transfer keterampilan bagi penyelam pemula mulai dari kawasan terumbu karang yang rentan kerusakan sampai kawasan berpasir, 4. Mengalihkan tekanan penyelaman dari kawasan terumbu karang alami ke terumbu karang buatan, dan 5. Pengembangan pendidikan lingkungan bagi penyelam melalui kursus keterampilan mengenai tata cara dan perintah yang dilakukan bersama selama melakukan kegiatan di bawah air. Selanjutnya, pemanfaatan sumberdaya Pulau Liukang Loe untuk menunjang kegiatan wisata bahari sangat berkaitan dengan kesesuaian dan daya dukung kawasan tersebut. Sementara kesesuian dan daya dukung suatu kawasan sangat bergantung pada kondisi ekologis dari lingkungan. Pada sisi lain kondisi lingkungan ekologis terukur dari parameter diantaranya parameter fisika dan kimia. Selanjutnya kondisi fisika dan kimia suatu kawasan pesisir dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya beban limbah yang masuk. Menurut Mara 2004 menyatakan bahwa konsentrasi limbah organik mencapai 70 di perairan pesisir seperti protein, karbohidrat dan lemak. Untuk mengetahui konsentarsi limbah organik di perairan maka dapat dilakukan dengan perhitungan DO dan BOD. Nilai BOD menggambarkan jumlah oksigen yang digunakan mikroba untuk merombak bahan organik yang ada di badan air. Sementara semakin rendahnya konsentrasi DO menandakan adanya bahan organik dalam badan air sebagai dampak dari aktivitas mikroorganisme. Sementara dengan adanya peningkatan kunjungan wisatawan sampai ke daya dukung kawasan di Pulau Liukang Loe diperlukan skenario rancangan kebijakan yang dapat dilaksanakan dalam kondisi nyata yang didasarkan pada faktor-faktor yang berpengaruh di masa yang akan datang. Skenario yang dimodelkan mencoba menganalisis jumlah maksimum wisatawan dan masyarakat lokal yang beraktivitas di lingkungan pesisir Pulau Liukang Loe hubungannya dengan batas maksimum nilai kualitas perairan yang diperbolehkan baku mutu wisata bahari. Sehingga diasumsikan bahwa aktivitas wisatawan dan masyarakat lokal yang ada di Pulau Liukang Loe berpeluang untuk mencemarkan perairan batas baku mutu. Oleh karena itu dibangun simulasi dengan asumsi model akan terus berlanjut dimasa yang akan datang. Asumsi yang digunakan untuk skenario model ini secara umum adalah : 1. Periode waktu simulasi dibatasi hanya 10 tahun adalah periode umur efektif dari Instalasi Pengolahan air Limbah. 2. Jumlah penduduk dan wisatawan mengikuti pola pertumbuhan yang terjadi saat penelitian. 3. Parameter limbah yang digunakan dalam model adalah BOD dan konsentrasinya mengacu pada saat penelitian. 4. Migrasi penduduk tidak diperhitungkan dan dianggap nol. Hasil simulasi dengan analisis kualitas perairan dan dibandingkan dengan baku mutu menunjukkan bahwa kondisi daya dukung dengan pendekatan kualitas air masih bisa mentolerir aktivitas wisata dengan sumbangan BOD ke lingkungan perairan Pulau Liukang Loe hingga tahun 2022 atau masih berada di bawah baku 45 mutu yang dipersyaratkan Kepmen Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan daya dukung dengan pendekatan kualitas perairan dengan parameter BOD dan baku mutu di perairan Pulau Liukang Loe seperti disajikan pada Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Nilai daya dukung kawasan ekowisata bahari di Pulau Liukang Loe dengan pendekatan kualitas air Tahun Kategori BOD mgl Daya Dukung oranghari Total 2013 Masyarakat 3.27 688 2 108 Wisatawan 6.73 1 420 2014 Masyarakat 3.19 727 2 277 Wisatawan 6.81 1 550 2015 Masyarakat 3.14 765 2 437 Wisatawan 6.86 1 672 2016 Masyarakat 3.09 803 2 597 Wisatawan 6.91 1 794 2017 Masyarakat 3.05 841 2 760 Wisatawan 6.95 1 919 2018 Masyarakat 3.01 880 2 921 Wisatawan 6.99 2 041 2019 Masyarakat 2.98 918 3 080 Wisatawan 7.02 2 162 2020 Masyarakat 2.95 956 3 242 Wisatawan 7.05 2 286 2021 Masyarakat 2.92 994 3 403 Wisatawan 7.08 2 409 2022 Masyarakat 2.90 1 033 3 564 Wisatawan 7.10 2 531 Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2013. Hasil analisis dengan asumsi tidak melakukan perhitungan kontribusi BOD dari perairan lain menunjukkan bahwa untuk mengkaji daya dukung dengan pendekatan kualitas perairan 10 tahun mendatang dengan BOD sebagai indikator pencemaran organik diperoleh nilai BOD akan mencapai ambang baku mutu dengan nilai maksimum jumlah penduduk dan wisatawan mengalami peningkatan dimana pada Tahun 2022 diprediksi sebesar 3 564 oranghari dengan komponen masyarakat sebesar 1 033 orang atau kontribusi BOD sebesar 2.90 mgl dan jumlah wisatawan sebesar 2 531 oranghari dengan kontribusi BOD sebesar 7.10 mgl. 46 Gambar 4.10 Prediksi Konsentrasi BOD di Pulau Liukang Loe. Pada Gambar 4.10 dapat dilihat prediksi kontribusi BOD untuk komponen wisatawan semakin meningkat setiap tahun akan tetapi belum mencapai ambang baku mutu yang dipersyaratkan untuk peruntukkan wisata bahari hingga tahun 2022. Hal ini mengindikasikan pada kondisi saat ini dengan jenis serta tingkat kegiatan yang berlangsung di Pulau Liukang Loe, kondisi kualitas perairan belum mencapai baku mutu maksimum BOD yaitu 10. Akan tetapi, ancaman pencemaran wilayah pesisir Pulau Liukang Loe bukan berarti tidak ada sama sekali. Hal ini kemungkinan terkait dengan meningkatnya aktivitas masyarakat termasuk wisata dan kegiatan pemanfaatan lain perikanan dan transportasi dimasa mendatang.

4.8 Strategi Pengelolaan Wisata Bahari Pulau Liukang Loe

Perumusan alternatif kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Liukang Loe dengan menggunakan atribut ekologi. Menurut Dahuri 2001 menyebutkan bahwa terdapat beberapa metode untuk pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, diantaranya : 1. Menetapkan batas-batas boundaries baik vertikal maupun horizontal terhadap garis pantai coastal line, wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan management unit 2. Menghitung luasan 3. Mengalokasi atau melakukan zonasi wilayah pesisir tersebut menjadi 3 zona utama, yaitu : 1. Preservasi 2. Konservasi 3. Pemanfaatan. Selain itu, diperlukan juga pengaturan lahan secara komprehensif dan tepat sesuai dengan peruntukan serta tidak melebihi daya dukung Adrianto, 2005. Pulau Liukang Loe memiliki ekosistem yang unik yang patut untuk dikelola secara arif dan bijaksana, untuk diperlukan pengaturan sumberdaya demi kelestarian sumber alam yang ada. Menurut masyarakat kawasan yang menjadi daerah penangkapan ikan dulunya memiliki terumbu karang hidup dalam kondisi yang masih baik. Namun, sejalan dengan banyaknya aktivitas yang bersifat merusak yang masih dilakukan oleh nelayan dan masyarakat lokal ditambah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 K o n se n tr a si B O D m g l Tahun Baku Mutu 47 dengan adanya aktivitas wisata sehingga ekosistem terumbu karang mengalami tekanan dan mendorong terjadinya kerusakan terumbu karang. Untuk menghindari kerusakan ekosistem terumbu karang semakin parah, maka perlu dilakukan pembatasan daerah pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya di Pulau Liukang Loe sehingga tercapai keseimbangan antara aktivitas pemanfaatan dan konservasi. Pengelolaan Wisata Pulau Liukang Loe untuk pemanfaatan wisata bahari sebaiknya dilakukan di kawasan yang sesuai agar pemanfaatan yang dilakukan bisa memberikan kepuasan bagi wisatawan, tidak mengganggu aktivitas pemanfaatan lain dan tidak merusak kondisi ekologi yang terkait di sekitar pesisir Pulau Liukang Loe. Pembatasan pemanfaatan sesuai dengan daya dukung pemanfaatan yang sudah diukur dari luas kawasan sesuai harus dilakukan agar wisatawan mendapatkan kepuasan, kenyamanan dan ketenangan dalam berwisata, hal ini dilakukan agar keberadaan sumberdaya yang dimanfaatkan tetap lestari dan bisa berkelanjutan. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata snorkling dan selam di Pulau Liukang Loe tergolong cukup sesuai untuk kedua jenis wisata tersebut. Persentase tutupan karang hidup cukup beragam, mulai dari kategori rusak hingga baik. Keberadaan ekosistem karang tersebut jika tidak dilestarikan kemungkinan akan mengalami perubahan atau penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas tersebut tentunya akan mengurangi nilai estetika alam bawah laut dan akan mengancam keberlanjutan kegiatan wisata yang telah ada. Untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya ekosistem terumbu karang yang ada di Pulau Liukang Loe, berbagai upaya dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba antara lain : 1. Penetapan pemanfaatan kawasan secara tegas oleh pemerintah daerah terhadap pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang Pulau Liukang Loe. Penetapan aturan yang jelas dan tegas dalam melakukan aktivitas wisata akan mampu mendorong pencapaian misi konservasi sehingga dengan pendekatan ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan pada masyarakat lokal. Strategi ini menjadi yang utama mengingat kondisi eksisting ekosistem terumbu karang yang menyebar di perairan Pulau Liukang Loe terutama di sebelah barat pulau berada pada kondisi buruk sehingga dalam penetapan pemanfaatan kawasan ini seharusnya merupakan full protected area yang artinya asset-aset wisata tidak diperkenankan beroperasi di kawasan tersebut. 2. Melakukan pengawasan terhadap jumlah wisatawan agar tidak melebihi daya dukung kawasan. Hal ini akan sangat menjadi krusial sehingga patut mendapat perhatian serius dimana terkhusus untuk periode musim puncak peak season kunjungan wisatawan dengan cara membatasi jumlah penjualan tiket masuk atau dengan cara menerapkan sistem kuota dan menetapkan lama tinggal wisatawan di lokasi wisata mengingat kegiatan wisata bahari berpeluang mass tourism.