Ekowisata Bahari The Small Island Management Of Marine Ecotourism Development (Case Study in Liukang Loe Island, Bulukumba Region, South Sulawesi)

10 tidak langsung yaitu tumbuhnya kesadaran wisatawan untuk memperhatikan sikap hidup yang tidak berdampak buruk bagi alam. Kesadaran ini tumbuh akibat kesan yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi langsung dengan lingkungan di kawasan konservasi. 2.3 Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Pulau-Pulau Kecil 2.3.1 Analisis Kesesuaian Pada dasarnya suatu kegiatan pemanfaatan yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Oleh karena itu, analisis kesesuaian yang dimaksud adalah analisis kesesuaian dari potensi sumberdaya untuk dikembangkan sebagai objek ekowisata bahari karena setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan objek wisata yang akan dikembangkan Yulianda, 2007. Kesesuaian lahan land suitability merupakan kecocokan adaptability suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai kelas lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya. Pengembangan daerah yang optimal dan berkelanjutan membutuhkan suatu pengelolaan keruangan wilayah pesisir yang matang. Berkaitan dengan hal tersebut, maksimum kajian tentang model pengelolaan dan arahan pemanfaatan wilayah pesisir yang berbasis digital dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dikaji Harjadi, 2004. Selanjutnya, Fauzi dan Anna 2005 mengatakan bahwa kebijakan menyangkut pulau-pulau kecil pada dasarnya harus berbasiskan kondisi dan karakteristik biogeofisik serta sosial ekonomi masyarakatnya, mengingat peran dan fungsi kawasan tersebut sangat penting baik bagi ekosistem pesisir maupun bagi kehidupan ekosistem daratan mainland agar sumberdaya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Adapun kriteria wilayah yang diperlukan untuk menentukan zona kegiatan pariwisata, yakni : 1. Mempunyai keindahan alam yang menarik untuk dilihat dan dinikmati sehingga membawa kepuasan dan memberikan rasa relaksasi dan memulihkan semangat produktif 2. Memiliki keaslian panorama alam dan keaslian budaya 3. Memiliki keunikan ekosistem 4. Di dalam lokasi wisata tidak terdapat ancaman atau gangguan binatang buas, arus maupun angin kencang 5. Tersedia sarana dan prasarana mudah dijangkau, baik melalui darat maupun melalui laut, kemungkinan pengembangan aksesibilitas cukup baik, dekat dengan restoran, penjualan cinderamata, tempat penginapanhotel, dan tersedia air bersih. 11

2.3.2 Analisis Daya Dukung

Daya dukung merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari melalui ukuran kemampuannya. Pada dasarnya, konsep daya dukung wilayah pesisir ditujukan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Daya dukung carrying capacity adalah ukuran batas maksimal penggunaan suatu area berdasarkan kepekaan atau toleransinya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami seperti terhadap ketersediaan makanan, ruang untuk tempat hidup, tempat berlindung dan ketersediaan air Maldonado dan Montagnini, 2004. Di dalam konteks ini ada tiga indikator untuk mencerminkan komponen di pulau kecil Cocosis, 2005 in PKSPL IPB 2005. Beberapa komponen yang menjadi indikator antara lain : 1. Indikator fisik-ekologis 2. Indikator demographic-sosial 3. Indikator politis-ekonomi. Semua indikator tersebut secara langsung berhubungan dengan konsep dan implementasi dari aktivitas di pulau kecil. Indikator keberlanjutan juga diperlukan ketika terjadi indikasi terjadinya perubahan kemampuan untuk bertahannya sumberdaya tersebut. Dalam pembuatan dan pemilihan kebijakan atau perencana dapat menyusun indikator yang sesuai untuk wilayahnya. Daya dukung ekowisata tergolong spesifik dan lebih berhubungan dengan daya dukung lingkungan biofisik dan sosial terhadap kegiatan pariwisata dan pengembangannya McNeely, 1994. Daya dukung ekowisata juga diartikan sebagai tingkat atau jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh sarana prasarana infrastruktur objek wisata alam. Jika daya tampung sarana dan prasarana tersebut dilampaui maka akan terjadi kemerosotan sumberdaya, kepuasan pengunjung tidak terpenuhi dan akan memberikan dampak merugikan terhadap masyarakat, ekonomi dan budaya Ceballos-Lascurin, 1991; Simon et al. 2004. Terlampauinya daya dukung wisata akibat meningkatnya jumlah infrastruktur dermaga melalui reklamasi, hotel dan lainnya serta pemukiman penduduk, menyebabkan hilangnya beberapa vegetasi daratan dan ekosistem perairan laut terumbu karang, sumberdaya ikan dan non ikan. Peningkatan infrastruktur dan jumlah penduduk secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas air melalui peningkatan jumlah limbah padat dan cair Wong, 1991.

2.4 Pencemaran di Lingkungan Pesisir dan Laut

Adanya pembangunan di lingkungan pesisir dan laut akan memberikan dampak baik itu positif ataupun negatif. Menurut Sorensen et al. 1999 in Ismail 2000 bahwa pemanfaatan berbagai sektor di lingkungan pesisir akan saling mempengaruhi dan menimbulkan dampak positif dan negatif. Pencemaran perairan merupakan dampak logis dari adanya pemanfaatan sehingga memerlukan pengelolaan tersendiri. Sementara itu dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan semakin pesatnya pembangunan di wilayah pesisir pemukiman, perikanan, pelabuhan, dll maka akan menimbulkan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir Bengen, 2004.