Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia

akan membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UKM akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki keterkaitan industri yang cukup tinggi. Dengan kata lain pemberdayaan UKM akan memberikan perluasan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan sehingga dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Kemenkop, 2004.

2.3. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia KBLI 2005 Industri makanan dan minuman pada KBLI tahun 2005 diberi kode 15 berdasarkan Kode KBLI dua digit. Industri ini dikelompokkan menjadi lima sub golongan berdasarkan Kode KBLI tiga digit yakni : industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak kode KBLI:151; industri susu dan makanan dari susu kode KBLI:152; industri penggilingan padi-padian, tepung, dan makanan ternak kode KBLI:153; industri makanan lainnya kode KBLI:154 serta industri minuman kode KBLI:155. Sedangkan untuk pengelompokkan industri makanan dan minuman berdasarkan Kode KBLI lima digit yakni sebanyak 60 kelompok industri.

2.4. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia

Total industri pangan Indonesia, baik berskala besar, kecil dan menengah, maupun rumah tangga pada tahun 2004 mencapai jumlah 944.948 industri, meningkat dibanding tahun 2003 dengan jumlah 883.880 industri. Akan tetapi, jumlah tersebut masih dibawah tahun 2002, dimana jumlahnya mencapai 972.784 industri. Industri makanan berskala besar dan menengah sejumlah 4.419 industri, yang berskala kecil 78.449 industri dan rumah tangga sebanyak 862.080 industri. Namun kalau dilihat nilai output dan penyerapan tenaga kerjanya, maka yang besar dan menengah mencapai Rp 173,9 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 653.930 orang, sedangkan yang skala kecil dan rumah tangga masing- masing mencapai Rp 13,2 triliun dan Rp 20,1 triliun serta penyerapan tenaga kerja masing-masing mencapai 635.036 orang dan 1.764.421 orang Darmawan, 2006. Omzet industri pangan baik skala besar, menengah, kecil dan rumah tangga selalu tumbuh dengan besaran 10-12 persen per tahun. Pada tahun 2002 mencapai Rp 163,6 triliun maka pada tahun 2003 telah meningkat menjadi Rp 207,3 triliun. Pada tahun 2004 total omzet industri pangan mencapai kira-kira Rp 800 triliun, dengan perincian 70 persen tidak diolah dan 30 persen diolah. Omzet industri pangan pada tahun 2005 sebanyak Rp 220 triliun sedangkan pada tahun 2006 menembus jumlah Rp 250 triliun BPS, 2005. Angka peningkatan ini juga disumbangkan oleh banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia telah mencapai kapasitas produksi maksimum sehingga dibutuhkan investasi baru seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan daya belinya. Sebagaimana halnya dengan industri pangan skala besar dan sedang, industri kecil menengah IKM atau usaha kecil menengah UKM pangan nasional dari waktu ke waktu juga menunjukkan suatu sumbangsih yang cukup berarti bagi perekonomian Indonesia. Situasi UKM makanan di Indonesia, pada umumnya dikerjakan dan dikendalikan oleh SDM yang berpengetahuan minim di bidang pengolahan dan mutu makanan, sehingga tidak diherankan ada banyak berita mengenai keracunan makanan. Mengacu pada data BPS, banyak usaha kecil menengah pangan IKM yang ada di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2004 berjumlah 1.031.767 80 persen dari industri yang ada di Indonesia. UKM pangan yang tumbuh di masyarakat umumnya adalah sebagai antisipasi masalah krisis ekonomi dan pada umumnya pula skala usaha, sarana produksi dan manajemennya dirancang pada skala kecil dan tidak memenuhi standar manajemen pangan yang ada. Strategi usaha demikian memang paling tepat dan fleksibel untuk menghadapi situasi tak menentu fluktuatif sehingga pola usaha dapat dijalankan dalam pola yang fleksibel tanpa harus menanggung risiko keuangan yang besar. Selain itu, pada umumnya UKM pangan Indonesia memanfaatkan bahan baku lokal dalam pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu, tidak diherankan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, UKM pangan mampu bertahan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, 2006.

2.5. Tabel Input-Output

Dokumen yang terkait

Strategi Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Mengembangkan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Kerajinan Rotan Swaka Karya)

19 171 94

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)Masyarakat Desa Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri (Studi kasus di Desa Jorlang Huluan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

7 132 78

Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

2 53 84

Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

39 304 119

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Debitur Dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pada Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Ar- Ridhwan di Kota Medan

0 42 110

Evaluasi Program Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Medan(Studi Dekriptif tentang Pengembangan Jaringan Pemasaran UKM di Dinas Koperasi Kota Medan)

0 43 112

Dampak Ekoncuni Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Perdagangan terhadap Perekonomian Kota Bogor

0 6 273

Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman Dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang

0 12 135

Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Indonesia

1 4 203

Dampak Ekoncuni Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Perdagangan terhadap Perekonomian Kota Bogor

0 10 263