Struktur Nilai Tambah Bruto NTB

Perubahan stok merupakan selisih dari modal awal tahun dengan modal akhir tahun dalam perekonomian. Sektor industri makanan dan minuman kecil berkontribusi terhadap perubahan stok sebesar 1,353 persen, sektor industri makanan dan minuman menengah sebesar 1,112 persen sedangkan sektor industri makanan dan minuman besar hanya berkontribusi sebesar 0,296 persen dari total perubahan stok. Pembentukan modal tetap bruto yang lebih tinggi dibandingkan perubahan stok terhadap investasi sektor-sektor perekonomian menunjukkan bahwa ada investasi baru yang terbentuk pada tahun tersebut. Selain itu, nilai negatif terhadap perubahan stok menunjukkan bahwa barang-barang bahan baku atau hasil produksi sudah digunakan oleh produsen atau sebagian besar output yang diproduksi diekspor ke luar negeri.

4.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto NTB

Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output UKM Indonesia tahun 2007 nilai tambah bruto meliputi upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, dan subsidi. Pada tahun 2007, total nilai tambah bruto UKM Indonesia adalah sebesar Rp. 3.965.784.798 juta dengan perincian Rp. 1.224.005.996 juta berasal dari upah dan gaji, Rp. 2.202.570.274 juta berasal dari surplus usaha, Rp. 349.849.256 juta berasal dari penyusutan, Rp. 203.042.122 juta berasal dari pajak tak langsung dan Rp. 13.682.850 juta berasal dari subsidi. Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sektor industri makanan dan minuman kecil berkontribusi nilai tambah bruto sebesar Rp. 53.291.527 juta atau sebesar 1,34 persen. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus usaha sebesar Rp. 25.189.128 juta atau sekitar 47,27 persen diikuti oleh upah dan gaji sebesar Rp. 20.241.909 juta atau sebesar 37,80 persen, penyusutan sebesar Rp. 5.367.262 juta atau 10,07 persen dan pajak tak langsung sebesar Rp. 2.493.227 juta atau 4,86 persen. Sektor industri makanan dan minuman menengah sebesar Rp. 54.960.615 juta atau sebesar 1,39 persen. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus usaha sebesar Rp. 31.644.012 juta atau sekitar 57,57 persen diikuti oleh upah dan gaji sebesar Rp. 15.356.966 juta atau sebesar 27,94 persen, penyusutan sebesar Rp. 5.556.149 juta atau 10,11 persen dan pajak tak langsung sebesar Rp. 2.403.489 juta atau 4,38 persen. Sedangkan industri makanan dan minuman besar sebesar Rp. 141.740549 juta atau sebesar 3,57 persen. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus usaha sebesar Rp. 80.865.456 juta atau sekitar 57,05 persen diikuti oleh upah dan gaji sebesar Rp. 43.166.452 juta atau sebesar 30,45 persen, pajak tak langsung sebesar Rp. 9.503.963 juta atau 6,70 persen dan penyusutan sebesar Rp. 8.204.679 juta atau 5,80 persen. Besarnya kontribusi sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar menunjukkan bahwa sektor tersebut cukup berperan terhadap pembentukan PDB Nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar telah dikelola dengan baik dan berpotensi untuk menghasilkan bagi pemilik modal sektor tersebut. Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha maka akan diperoleh nilai rasio upah gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio tersebut menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima produsen. Rasio upah dan gaji dengan surplus usaha termasuk kategori baik jika rasionya mendekati keseimbangan mendekati 1 yang berarti bahwa proporsi penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi produsen berimbang. Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada Tabel 4.5, diperoleh bahwa ternyata pada sektor industri makanan dan minuman baik kecil, menengah maupun besar mempunyai nilai surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan gaji. Hal ini terlihat dari nilai rasio yang lebih kecil dari satu untuk industri makanan dan minuman kecil 0,8; menengah 0,5 dan besar 0,5. Kondisi ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal dan pekerja tidak merata atau terjadi ketimpangan yang sangat besar yang disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja dengan share yang lebih besar pada produsen pemilik modal. Untuk mengurangi kesenjangan pendapatan ini diperlukan campur tangan pemerintah melalui penetapan upah minimum dan pemberian fasilitas bagi karyawan, seperti uang transportasi dan konsumsi, jaminan sosial, dll. Tabel 4.5. Kontribusi Sektor-Sektor UKM Indonesia terhadap Nilai Tambah Bruto Juta Rupiah Sektor Uraian Sektor Upah dan gaji Surplus usaha Penyusutan Pajak tak langsung Subsidi Nilai Tambah Bruto Total Persen 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Kecil 104.868.693 337.784.851 9.529.585 6.226.653 458.409.782 11,56 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Menengah 14.210.774 31.595.914 2.151.647 803.017 48.761.352 1,23 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Besar 7.022.834 15.520.747 1.383.575 494.308 24.421.465 0,62 4 Penambangan dan penggalian Kecil 8.918.184 12.729.759 2.554.122 790.810 24.992.875 0,63 5 Penambangan dan penggalian Menengah 2.515.129 3.442.124 660.839 301.732 6.919.824 0,17 6 Penambangan dan penggalian Besar 31.586.364 59.064.688 6.829.263 6.618.632 104.098.947 2,62 7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 24.280.242 275.063.487 11.022.990 9.525.375 319.892.094 8,07 8 Industri makanan dan minuman Kecil 20.241.909 25.189.128 5.367.262 2.493.227 53.291.527 1,34 9 Industri makanan dan minuman Menengah 15.356.966 31.644.012 5.556.149 2.403.489 54.960.615 1,39 10 Industri makanan dan minuman Besar 43.166.452 80.865.456 8.204.679 9.503.963 141.740.549 3,57 11 Industri pengolahan lainnya Kecil 36.324.155 39.477.202 8.863.702 3.973.839 88.638.898 2,24 12 Industri pengolahan lainnya Menengah 31.375.845 35.659.504 8.214.651 4.137.837 4.295 79.383.543 2,00 13 Industri pengolahan lainnya Besar 128.242.017 218.073.233 51.518.884 69.710.032 689.191 466.854.974 11,77 14 Barang-barang hasil kilang minyak 14.230.316 34.584.108 12.665.492 1.162.283 62.642.199 1,58 15 Gas alam cair LNG 2.687.475 77.186.116 7.579.538 337.008 87.790.137 2,21 16 Industri semen 2.172.230 3.661.964 1.250.043 929.124 8.013.360 0,20 17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besibaja 6.467.432 13.899.867 3.406.299 1.564.499 25.338.097 0,64 18 Listrik, Gas dan air minum 9.429.736 19.458.414 16.730.345 1.973.120 12.867.012 34.724.602 0,88 20 Bangunan Menengah 33.475.791 26.350.003 6.061.032 3.145.803 69.032.628 1,74 21 Bangunan Besar 55.780.067 35.489.741 10.087.902 5.226.222 106.583.931 2,69 22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran Kecil 102.072.795 290.519.323 22.450.678 28.289.381 443.332.177 11,18 23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran Menengah 35.087.609 71.246.687 7.631.519 8.553.825 122.519.641 3,09 24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran Besar 9.720.963 5.889.340 3.231.383 4.658.297 23.499.983 0,59 25 Jasa angkutan dan komunikasi Kecil 23.530.821 34.570.110 30.527.205 3.362.042 91.550 91.898.627 2,32 26 Jasa angkutan dan komunikasi Menengah 19.104.336 26.688.054 18.861.796 2.199.814 27.767 66.826.232 1,69 27 Jasa angkutan dan komunikasi Besar 25.969.529 47.652.652 28.222.038 3.698.157 3.035 105.539.340 2,66 28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan Kecil 8.198.049 40.241.305 3.917.999 2.535.409 54.892.762 1,38 29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan Menengah 28.320.416 104.705.305 7.834.753 3.107.649 143.968.124 3,63 30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan Besar 19.924.757 77.433.703 6.107.825 2.886.329 106.352.614 2,68 31 Jasa-jasa Kecil 73.568.758 55.192.271 15.012.389 4.845.332 148.618.750 3,75 32 Jasa-jasa Menengah 14.933.039 10.928.044 3.443.434 1.149.998 30.454.515 0,77 33 Jasa-jasa Besar 206.862.071 1.686.131 11.305.877 371.257 220.225.337 5,55 Total 1.224.005.996 2.202.570.274 349.849.256 203.042.122 13.682.850 3.965.784.798 100 Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 updating, Klasifikasi 33 Sektor diolah

4.2. Analisis Keterkaitan

Linkage Analysis 4.2.1. Keterkaitan ke Depan Forward Linkage Keterkaitan ke depan menunjukkan sejauh mana kegiatan pada suatu sektor yang menggunakan output pada sektor tertentu dalam proses produksinya, yang mana kekuatan hubungan ke depan tergantung pada proporsi output yang bermanfaat untuk penggunaan input antara. Dibandingkan dengan keterkaitan langsung, nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu. Hal ini disebabkan nilainya memperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu satuan. Berdasarkan Tabel 4.6 untuk sektor industri makanan dan minuman kecil mempunyai nilai keterkaitan langsung ke depan pada urutan kedelapanbelas sebesar 0,1941 arti dari nilai tersebut adalah setiap permintaan akhir mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka jumlah output sektor industri makanan dan minuman kecil yang dijual atau digunakan oleh ke sektor lain mengalami peningkatan sebesar 0,1941 satuan secara langsung. Untuk sektor industri makanan dan minuman menengah mempunyai nilai keterkaitan langsung ke depan pada urutan keduapuluhsatu yaitu sebesar 0,1842. Sedangkan sektor industri makanan dan minuman besar mempunyai nilai keterkaitan langsung ke depan pada urutan kesembilan yaitu sebesar 0,5251.

Dokumen yang terkait

Strategi Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Mengembangkan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Kerajinan Rotan Swaka Karya)

19 171 94

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)Masyarakat Desa Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri (Studi kasus di Desa Jorlang Huluan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

7 132 78

Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

2 53 84

Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

39 304 119

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Debitur Dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pada Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Ar- Ridhwan di Kota Medan

0 42 110

Evaluasi Program Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Medan(Studi Dekriptif tentang Pengembangan Jaringan Pemasaran UKM di Dinas Koperasi Kota Medan)

0 43 112

Dampak Ekoncuni Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Perdagangan terhadap Perekonomian Kota Bogor

0 6 273

Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman Dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang

0 12 135

Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Indonesia

1 4 203

Dampak Ekoncuni Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Perdagangan terhadap Perekonomian Kota Bogor

0 10 263