Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sektor industri makanan dan minuman besar memiliki nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu yaitu sebesar
1,1356 sehingga sektor industri makanan dan minuman besar memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya. Sedangkan
untuk sektor industri makanan dan minuman kecil maupun industri makanan dan minuman menengah memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yaitu
0,7834 dan 0,7707.
4.4. Analisis Pengganda
Multiplier Analysis
Analisis multiplier digunakan untuk melihat dampak perubahan atau peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap seluruh sektor yang ada tiap
satu satuan perubahan jenis multiplier. Analisis multiplier terbagi menjadi dua tipe, yaitu multiplier tipe I dan multiplier tipe II yang keduanya dapat digunakan
dalam menganalisis multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja. Analisis multiplier tipe I didapat dari pengolahan lebih lanjut dari matriks
kebalikan leontif model terbuka, sedangkan tipe II didapat dari matriks kebalikan leontif model tertutup yang memasukan rumah tangga sebagai variabel endogen.
4.4.1. Pengganda Output Output Multiplier
Berdasarkan Tabel 4.9, sektor industri makanan dan minuman kecil memiliki nilai multiplier output tipe I pada urutan pertama dalam UKM Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 2,1760 yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir di sektor industri makanan dan minuman kecil sebesar satu
satuan rupiah akan meningkatkan output pada semua sektor sebesar 2,1760.
Apabila efek konsumsi masyarakat diperhitungkan dengan memasukan rumah tangga ke dalam model maka didapat nilai multiplier tipe II yang nilainya selalu
lebih besar dibandingkan pada tipe I. Multiplier output tipe II sektor industri makanan dan minuman kecil berada pada urutan kedua yaitu sebesar 2,6039.
Artinya, jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut sebesar satu satuan maka output di semua sektor UKM akan
meningkat sebesar 2,6039. Sektor industri makanan dan minuman menengah memiliki nilai
multiplier output tipe I pada urutan ketiga yaitu sebesar 2,1056, sedangkan untuk
tipe II pada urutan keenam yaitu sebesar 2,4850. Sedangkan sektor industri makanan dan minuman besar memiliki nilai multiplier output tipe I pada urutan
kesepuluh yaitu sebesar 1,8611, sedangkan untuk tipe II pada urutan keempatbelas yaitu sebesar 1,1962.
Berdasarkan multiplier output, sektor UKM yang paling dominan adalah sektor industri makanan dan minuman kecil karena nilai multiplier output tipe I
maupun tipe II berada pada urutan teratas yaitu pada urutan pertama untuk multiplier
output tipe I dan urutan kedua untuk multiplier output tipe II. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan minuman kecil merupakan
sektor yang mampu mempertahankan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional pada tingkat yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis, efek maksimum dalam hal peningkatan produksi dan pembentukan output baru akan tercipta apabila setiap satuan uang untuk
permintaan akhir dibelanjakan untuk membeli output yang mempunyai angka
multiplier output terbesar, dalam hal ini yaitu sektor industri makanan dan
minuman kecil. Sedikit saja komponen permintaan akhir tersebut dipakai untuk membeli output yang mempunyai angka pengganda lebih kecil, maka efek
maksimal dari tambahan permintaan akhir tersebut tidak akan tercapai. Dengan meningkatnya output yang dihasilkan UKM di Indonesia ini, maka dapat
meningkatkan pertumbuhan outputnya yang berarti meningkatkan pula laju pertumbuhan ekonominya. Sehingga lambat laun dapat mengurangi permasalahan
kemiskinan yang ada.
4.4.2. Pengganda Pendapatan Income Multiplier