Energi Pupuk Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP Nusantara VIII Lebak, Banten

49 Masukan konsumsi energi pada turbin uap berupa uap superheated yang berasal dari boiler sebesar 5.4185 MJkg CPO. Keluaran dari turbin uap berupa uap bekas yang ditampung di BPV dengan kandungan energi sebesar 5.2659 MJkg CPO dan energi listrik sebesar 0.2866 MJkg CPO sehingga efisiensi riil turbin uap untuk menghasilkan listrik yang merupakan perbandingan antara output listrik dan uap yang keluar dari turbin uap dengan input uap superheated dari boiler yaitu sebesar 92.54. Efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik adalah sebesar 5.29 sedangkan efisiensi teknis turbin uap sebesar 42.75. Rendahnya efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik dapat disebabkan karena rendahnya temperatur dan tekanan uap sehingga menyebabkan kurang maksimalnya gaya mekanis pada turbin sudu-sudu. Uap panas bertekanan tinggi menyebabkan turbin berputar dan hampir semua energi dikonversikan menjadi energi mekanik dan akhirnya dikonversi menjadi energi listrik melalui generator. Selain itu suatu pusat pembangkit memerlukan energi listrik dalam operasinya sehingga listrik yang dihasilkan tidak sepenuhnya digunakan tetapi ada sebagian yang masuk sebagai energi listrik untuk generator. Listrik yang dihasilkan dari turbin uap disalurkan ke alatmesin di instalasi pengolahan maupun sarana pendukung. Konsumsi energi pada instalasi pengolahan sebesar 0.2063 MJkg CPO sedangkan pada sarana pendukung sebesar 0.0982 MJkg CPO sehingga jumlah penggunaan listrik seluruhnya sebesar 0.3045 MJkg CPO. Energi listrik yang dihasilkan dari turbin uap sebesar 0.3078 MJkg CPO sehingga efisiensi total penggunaan listrik sebesar 98.91 . PELUANG PENGHEMATAN DAN KONSERVASI ENERGI Dari hasil perhitungan konsumsi energi dan tingkat efektivitas penggunaan energi yang dilalukan pada proses produksi CPO di PKS Kertajaya Lebak, Banten, terlihat bahwa masih memungkinkan untuk melakukan usaha penghematan energi terhadap beberapa masukan energi yang digunakan. Upaya penghematan energi dalam hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan tingkat efektivitas produksi dan tingkat efisiensi penggunaan energi. 1. Pengolahan TBS Tingkat efektivitas produksi merupakan perbandingan antara kapasitas pengolahan riil dengan kapasitas pengolahan terpasang. Sedangkan penentuan tingkat efektivitas penggunaan energi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menghitung efisiensi riil penggunaan energi yaitu perbandingan antara energi berguna dengan input energi dan bila data tersebut tidak diketahui maka digunakan perbandingan antara kapasitas alatmesin terukur dengan kapasitas alatmesin terpasang yang disebut dengan efisiensi teknis. Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2009 mengenai konservasi energi, defenisi konsevasi energi adalah upaya sistematis, terencana dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh tahap pengelolaan energi meliputi penyediaan energi, pengusahaan energi, pemanfaatan energi dan konservasi sumber daya energi. Di sisi pemanfaatan energi, pelaksanaan konservasi energi oleh para pengguna dilakukan melalui penerapan manajemen energi dan penggunaan teknologi yang hemat energi. 50 Kapasitas pengolahan terpasang PKS Kertajaya adalah 60 tonjam dengan jam kerja 24 jamhari. Sedangkan pada hasil pengamatan, jam kerja per hari adalah 17.7 jam dengan rata-rata TBS yang diolah per hari adalah 830 ton. Dengan demikian diperoleh kapasitas olah riil pabrik adalah 46.90 tonjam. Dengan membandingkan antara kapasitas olah riil dengan kapasitas olah terpasang maka diperoleh efisiensi olah pabrik sebesar 78.17. Nilai efisiensi ini sudah cukup tinggi, namun masih dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan jam olah riil dan meningkatkan produksi TBS di lapangan. Peningkatan produksi TBS di lapangan dilakukan melalui kegiatan budidaya yang optimal serta terus menjalin kemitraan dengan petani-petani kelapa sawit. Dengan meningkatnya pasokan TBS maka akan meningkatkan efisiensi olah riil pabrik. Pada penggunaan energi biologis manusia dalam kegiatan pengolahan terjadi pemborosan energi karena adanaya stagnasi akibat kerusakan pada peralatanmesin pengolahan dan terkadang karena kurangnya pasokan TBS. Hal ini membuat jam olah riil pabrik berkurang dari jam kerja yang tetapkan 24 jam menjadi 17.7 jamhari untuk 2 shift kerja. Sehingga dari hal tersebut terdapat selisih sebesar 6.3 jamhari atau 3.15 jamshift kerja. Akibat pemborosan waktu tersebut maka energi terbuang yaitu 8.833 x 10 -4 MJkg CPO. Nilai pemborosan ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pemborosan energi biologis manusia yang terjadi di UU Rejosari Rahmat, 2002 sebesar 0.00086 MJkg CPO. Upaya penghematan dapat dilakukan dengan perawatan peralatanmesin pengolahan dan meningkatkan pasokan TBS sehingga jam olah riil dapat ditingkatkan dan pemborosan waktu kerja dapat dikurangi.

2. Sarana penyediaan energi

Selain pada konsumsi energi manusia, pemborosan energi terjadi pada sarana penyediaan energi karena adanya kelebihan pemakaian serat dan cangkang pada boiler. Dari hasil perhitungan antara konsumsi bahan bakar riil dengan konsumsi bahan bakar teoritis untuk boiler pada Lampiran 6 terdapat selisih pemakaian loading serat dan cangkang sebesar 14424.65 kghari. Apabila serat dan cangkang tersebut dapat dihemat pemakaian secukupnya tanpa mengurangi uap yang dihasilkan, maka energi yang bisa dihemat dari serat dan cangkang tersebut yaitu sebesar 0.88426 MJkg CPO. Upaya penghematan tersebut dapat dilakukan dengan mengatur loading bahan bakar ke boiler sesuai kebutuhan dan menampung sisa bahan bakar tersebut untuk digunakan kembali atau untuk keperluan lain. Perlu ditekankan kembali bahwa pengurangan yang dilakukan adalah pengurangan loading serat dan cangkang ke boiler bukan pengurangan energi masuk q in . Hal ini sesuai dengan siklus Rankine, yaitu salah satu siklus daya uap sederhana yang skemanya ditunjukkan pada Gambar 8 berikut ini Potter Somerton, 2011.