26 l.
Sludge separator Sludge separator berfungsi untuk memisahkan sludge yang masih
terkandung pada minyak, setelah itu lumpur dan kotoran dialirkan ke tempat pembuangan sedangkan minyak dipompakan ke continuous settling tank.
m. Decanting basin
Decanting basin berfungsi untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak dari blow down tangki-tangki pada pemurnian minyak.
Minyak yang dapat dipisahkan dipompakan ke sand trap tank sedangkan sludge dialirkan ke deoiling pond.
n. Deoiling pond
Deoiling pond merupakan tempat pengutipan minyak terakhir. Minyak yang dapat dipisahkan dipompakan ke decanting basin sedangkan sludge
dialirkan ke unit pengolahan limbah.
7. Stasiun pengolahan biji
Stasiun pengolahan biji berfungsi untuk mengolah biji sawit nut menjadi palm kernell oil PKO. Stasiun pengolahan biji terdiri dari 12 unit yang akan
diuraikan sebagai berikut. a.
Cake braker conveyor Cake campuran fibre dan nut yang berasal dari screw press diumpankan ke
dalam cake brakaer conveyor. Cake braker conveyor berfungsi untuk memecah gumpalan antara fibre dan nut dan sekaligus mengumpankan cake
ke dalam depericarper.
b. Depericarper
Depericarper berupa cerobong yang berfungsi sebagai pemisah fibre dan nut. Fibre dengan bobot lebih ringan dibanding nut akan terhisap oleh
blower yang ada di atas cerobong yang kemudian diteruskan ke fibre cyclone untuk dijadikan umpan boiler, sedangkan nut akan jatuh dan masuk
ke nut polishing drum.
c. Nut polishing drum
Nut polishing drum merupakan drum berputar yang berfungsi untuk memisahkan fibre yang masih melekat pada nut. Fibre yang dapat
dipisahkan terhisap ke dericarper sedangkan nut diangkut oleh nut conveyor ke destoner.
d. Destoner
Destoner berupa pemisah benda non biji yang berasal dari polishing drum. Jadi fibre yang tidak terhisap akan dipisahkan di destoner sedangkan nut
yang sudah bersih dari fibre akan diumpankan ke nut silo.
e. Nut silo
Nut silo berfungsi untuk mengurangi kadar air nut supaya memudahkan proses pemecahan nut di ripple mill.
f. Ripple mill
Ripple mill berfungsi untuk memecahkan nut. Ripple mill berada tepat di bawah nut silo. Nut akan turun secara gravitasi ke riipple mill untuk digiling
sampai nut pecah sehingga kernel dan shell cangkang terpisah.
g. Craker mixture conveyor
Cangkang dan kernel dari ripple mill diumpankan oleh craker mixture conveyor ke LTDS I.
h. Light tenera dust separator LTDS I
27 LTDS I berfungsi untuk memisahkan cangkang dan kernel secara gravitasi
tahap I dengan hisapan blower. Cangkang dengan bobot lebih ringan dibanding kernel akan terhisap oleh blower dan masuk ke shell cyclone
sebagai bahan bakar boiler sedangkan kernel masuk ke grading drum.
i. Grading drum
Grading drum berupa silinder horizontal berfungsi sebagai pemisah menurut ukuran lubang berdasarkan dari inti utuh, biji pecah dan biji utuh.
Dari grading drum, kernell masuk ke LTDS II untuk pemisahan tahap II sedangkan biji dikembalikan ke polishing drum.
j. LTDS II
LTDS II berfungsi untuk memisahkan cangkang yang tidak terpisahkan pada LTDS I dengan menggunakan hisapan blower. Cangkang dengan
bobot lebih ringan dibanding kernel akan terhisap oleh blower dan masuk ke shell cyclone sedangkan kernel diumpankan ke kernell silo.
k. Kernell silo
Kernell silo berfungsi untuk mengurangi kadar air kernell hingga 6 . Sistem pemanasan di kernell silo menggunakan steam coil untuk
mempertahankan temperatur silo pada bagian atas 60 - 70 C, temperatur
silo bagian tengah 50 – 60 C, dan temperatur silo bagian bawah 40 – 50
C. Dari kernell silo, kernel diumpankan ke kernell bin.
l. Kernell bin
Kernell bin berfungsi sebagai tempat penyimpanan kernel sebelum dijual atau didistribusikan.
Sarana Pendukung Proses Pengolahan CPO
Proses produksi CPO di PKS Kertajaya tidak akan berjalan jika tidak didukung oleh sarana pendukung seperti sarana penyediaan air dan sarana
penyediaan energi. Berikut penjelasan kedua sarana pendukung tersebut. 1.
Penyediaan air
Setiap pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk proses pengolahan TBS menjadi CPO. Air digunakan unutk kebuthan domestik dan untuk
diumpankan ke boiler untuk menghasilkan uap. Air yang digunakan harus memenuhi standar sebelum diumpankan ke boiler. Standar tersebut dilihat
berdasarkan kandungan bahan-bahan kimianya, bahan padatan terlarut, dan sebagainya. Penanganan air ini terbagi dua yaitu external treatment dan internal
treatment. a. External Treatment
PKS Kertajaya menggunakan air yang berasal dari sungai Ciliman yang berlokasi di dekat pabrik. Air diambil dengan pemompaan dan dialirkan ke
clarifier tank untuk mengendapkan kotoran. Air kemudian dialirkan ke sand filter yang berfungsi untuk menyaring pasir kemudian dialirkan ke menara air
kapasitas 60 m
3
jam yang berfungsi untuk mengirimkan air ke pabrik. Bahan kimia yang ditambahkan dalam external treatment ini yaitu PAC dan Flockgulan.
b. Internal Treatment Internal treatment merupakan perlakuan lanjutan terhadap air yang akan
digunakan untuk umpan boiler. Air dari menara air akan masuk ke cation tank
28 untuk menarik ion positif kemudian dialirkan ke degasifer tank. Degasifer tank
berfungsi untuk menerima air dari cation tank dan menghisapnya untuk dikirim ke anion tank untuk menarik ion negatif dan kemudian air masuk ke feed tank untuk
memanaskan air. Selanjutnya air masuk ke deaerator untuk menarik oksigen yang terlarut dalam air. Bahan kimia yang ditambahkan dalam internal treatment ini
adalah HCl dan NaOH untuk anion-cation exchanger serta Tanin, Polyperse dan Alkali untuk menghilangkan karat dalam boiler.
2. Penyediaan Energi
Penyediaan energi merupakan sarana untuk menghasilkan energi listik dan energi panas untuk keperluan operasional pabrik. Sarana penyediaan energi terdiri
dari boiler, turbin uap, dan mesin pembangkit tenaga diesel diesel engine. a.
Boiler Boiler adalah bejana tertutup untuk mengubah air menjadi uap bertekanan
tinggi dengan bantuan pemanasan yang diperoleh dari pembakaran. Bahan bakar yg digunakan di PKS Kertajaya adalah ampas dari pengolahan berupa serat dan
cangkang sawit. Uap bertekanan yang dihasilkan boiler dialirkan melalui pipa ke turbin uap untuk membangkitkan tenaga listrik yang digunakan untuk keperluan
proses pengolahan di pabrik. Di PKS Kertajaya terdapat 3 unit boiler, 2 unit untuk dioperasikan dan 1 unit untuk cadangan.
Unit boiler terdiri dari beberapa bagian seperti ruang bakar, upper drum, lower drum, pipa saturated, pipa superheated, input bahan bakar, dust collector,
cerobong asap, blower, dan alat-alat kontrol. Proses pembakaran dimulai ketika serat dan cangkang mulai masuk ke fuel feeding melalui fibre conveyor dan shell
conveyor. Selanjutnya udara luar ditarik menggunakan blower untuk menyuplai oksigen dan proses pembakaran dimulai. Air dari deaerator air hasil internal
treatment dipompa ke upper drum dan kemudian masuk ke pipa saturated dan lower drum. Air umpan kemudian mendidih dan terbentuk uap saturated. Untuk
mengubah air menjadi uap superheated maka uap saturated dari upper drum dialirkan ke pipa superheated. Gas dan abu sisa pembakaran keluar melalui
cerobong dan kerak sisa pembakaran akan jatuh ke dust collector. b.
Turbin Uap
Turbin uap merupakan unit pengkonversi energi dari steam menjadi energi
mekanis putaran lalu diubah menjadi energi listrik. Turbin uap yang digunakan berjumlah 3 unit dengan daya listrik output terpasang yaitu 800 kW 2 unit dan
960 kW 1 unit. Uap dari boiler yang telah digunakan untuk memutar turbin kemudian ditampung dalam BPV yaitu berupa bejanatangki. Dari BPV kemudian
uap didistribusikan ke stasiun-stasiun pengolahan di pabrik, seperti stasiun perebusan, stasiun pelumatan, stasiun klarifikasi, stasiun biji dan tangki timbun.
c.
Generator Diesel Generator diesel merupakan peralatan untuk mendukung penyediaan energi
listrik dari turbin uap, terutama saat awal mulai pengolahan dimana pasokan energi listrik dari boiler belum optimal, saat pemakaian energi listrik meningkat
atau kualitas uap dari boiler kurang sehingga listrik dari turbin uap juga kurang. Generator diesel yang digunakan di PKS Kertajaya berjumlah 4 unit dengan
kapasitas terpasang bebeda-beda, yaitu 220 kW 2 unit, 200 kW 1 unit dan 440 kW 1 unit.
29
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit PKS Kertajaya PT. Perkebunan Nusantara VIII, Banten dan Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
Pertanian TMB FATETA IPB dengan waktu penelitian selama 5 bulan dalam selang waktu antara Oktober 2012 sampai Februari 2013.
Metode Audit Energi 1.
Pendekatan masalah dan batasan sistem
Dalam pelaksanaan audit energi, sistem yang akan diteliti perlu dibatasi. Batasan sistem yang diaudit didekati dengan asumsi bahwa kegiatan produksi
CPO dimulai dari budidaya kelapa sawit di kebun sampai dengan pengolahan TBS menjadi CPO. Batasan sistem yang akan diaudit adalah sebagai berikut:
a. Proses produksi untuk menghasilkan CPO dimulai dari kegiatan budidaya
sampai dengan pengolahan TBS menjadi CPO dengan sarana pedukungnya, yaitu sarana penyediaan air dan energi. Hal ini dianggap satu kesatuan
sistem produksi.
b. Pengamatan terhadap proses produksi CPO dilakukan secara berurutan
mengikuti proses yang berlangsung. c.
Pada saat pengamatan rinci, setiap tahapan proses produksi CPO yang diamati dianggap merupakan tahapan proses produksi yang dapat diputus
dari tahapan sebelum dan sesudahnya. d.
Semua kegiatan dan jalannya proses produksi CPO dianggap tetap setiap tahunnya dan dalam keadaan normal.
e. Masukan energi biologis tenaga manusia hanya dihitung yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Untuk pegawai administrasi di kantor tidak dihitung.
f. Pada kegiatan budidaya, energi langsung dari sinar matahari tidak
diperhitungkan sebagai energi. g.
Masukan energi listrik yang dihitung hanya untuk kegiatan yang langsung berhubungan dengan proses produksi. Penggunaan listrik untuk peralatan
dan penerangan kantor serta kebutuhan listrik untuk perumahan karyawan tidak dihitung.
h. Energi yang dihasilkan dari sistem ketel uap uap dan pembangkit tenaga
diesel tidak dianggap sebagai input energi total, tetapi yang diperhitungkan hanya bahan bakar dari kedua sistem pembangkit uap dan listrik tersebut.
Tetapi energi uap dan listrik untuk setiap tahapan produksi tetap dihitung dihitung sebagai input energi pada tiap tahapan produksi yang
mengonsumsinya.
i. Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam
perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam
bentuk satuan unit bahan bukan satuan unit energi.