Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

8 pemeliharaan piringanlingkungan di sekitar individu tanaman radius 1.0 – 1.5 meter dari pokok kelapa sawit, pemeliharaan tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan jenis pupuk: Urea atau ZA, Rock Phospate, Muriate of Phosphate, Kieserite, dan Borax, pemangkasan daun atau menunas daun, kastrasi bunga pembuangan bunga jantan dan bunga betina, penyerbukan bantuan, pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman menghasilkan TM merupakan kegiatan pemeliharaan lanjutan tanaman belum mengahasilkan TBM. Beberapa kegiatan pemeliharaan TM adalh pengendalian gulma, pemupukan, dan pemeliharaan lainnya seperti pemeliharaan jalan, pemeliharaan parit, dan sebagainya. g. Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan akhir pada tahapan budidaya tanaman kelapa sawit. Hasil panen dari tanaman kelapa sawit adalah tandan buah segar TBS yang kemudian dari TBS akan diperoleh minyak sawit CPO dan minyak inti setelah diolah di pabrik. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, serta pengangkutan dari dalam kebun menuju tempat pengumpulan hasil TPH. Pemanenan TBS harus dilaksanakan pada saat yang tepat karena pemanenan akan menentukan tercapainya kuantitas dan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Pemanenan yang dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan mengakibatkan hasil minyak kurang dari semestinya. Sedangkan pemanenan yang melewati proses pembentukan minyak akan merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi asam lemak bebas free fatty acid yang mengakibatkan turunnya mutu minyak kelapa sawit. Untuk itu hal-hal berikut perlu diperhatikan, antara lain kriteria matang panen, persiapan panen kesiapan alat pemotong dan pengumpul buah serta tenaga kerja, rotasi dan sistem pemanenan, dan transportasi hasil panen. Suatu areal tanaman belum menghasilkan TBM dapat berubah menjadi tanaman menghasilkan TM dan mulai dapat dilakukan pemanenan apabila 60 buah atau lebih telah matang panen. Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan buah yang jatuh dari tandannya untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau 1 buah brondolan untuk tiap kilogram tandan yang beratnya lebih dari 10 kg.

2. Pengolahan TBS menjadi CPO

Proses pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit CPO yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS dan brondolan dari TPH ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingannya. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut. a. Pengangkutan TBS ke pabrik TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik diantaranya adalah lori, traktor gandengan, dan truk. Setelah TBS sampai di pabrik segera dilakukan penimbangan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit Fauzi dkk, 2007. TBS kemudian ditampung di dalam 9 loading ramp untuk kemudian didistribusikan ke dalam lori-lori yang akan membawa TBS ke dalam ketel rebus sterilizer untuk direbus. b. Perebusan TBS Pada dasarnya tujuan perebusan adalah merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB, mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang, memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, dan untuk mengkoagulasikan mengendapkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak Fauzi dkk, 2007. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung tekanan uap. Pada umumnya besar tekanan uap yang digunakan adalah 2.5 atmosfer dengan suhu uap 125 C Fauzi dkk, 2007. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel, sebaliknya perebusan terlalu singkat menyebabkan banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. c. Perontokan dan pelumatan buah Lori-lori yang berisi TBS yang telah direbus ditarik keluar dari sterilizer menggunakan capstand kemudian diangkat dengan alat hoisting crane yang digerakkan motor. Hoisting crane akan membalikkan TBS ke dalam hopper untuk selanjutnya diterusakan ke mesin perontok buah thresher. Dari thresher, buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat digester. Selama proses pelumatan, digester dipanasi dengan uap untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji. d. Pemerasan atau ekstraksi minyak Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan buah, perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, tahap selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi adalah untuk mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak, antara lain dengan sentrifugasi, dengan screw press, dengan bahan pelarut, dan dengan tekanan hidrolis Fauzi dkk, 2007. e. Pemurnian minyak Minyak yang keluar dari stasiun pengempaan masih mengandung padatan dan air. Oleh sebab itu minyak perlu dipisahkan dari kotoran-kotoran tersebut secara bertahap. Tahapan pemisahan dalam pemurnian ini meliputi filtrasi, pengendapan, pengupan, sentrifugasi, dan pengeringan. Minyak hasil ekstraksi kemudian disimpan di dalam tangki penyimpanan. f. Pengolahan biji Biji sawit yang telah dipisahkan pada proses pengadukan diolah lebih lanjut untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50 C. Akibat proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerut dan memudahkan pemisahan inti sawit sari cangkang atau tempurungnya. Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah hydrocyclone separator. Inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji- biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1.16. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80 C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut untuk menghasilkan minyak inti sawit palm kernell oil, PKO Fauzi dkk, 2007. 10 g. Stasiun pendukung Proses pengolahan TBS menjadi CPO tidak akan berlangsung tanpa didukung oleh stasiun pendukung. Keberadaan stasiun pendukung produksi ini sangat berperan penting karena untuk jalannya pengolahan. Stasiun-stasiun pendukung pengolahan kelapa sawit meliputi stasiun penyediaan energi, stasiun pengolahan air, dan sistem pengelolaan limbah. 1 Stasiun penyediaan energi Penyedia utama kebutuhan energi di pabrik kelapa sawit adalah Ketel Uap Boiler. Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk uap bertekanan steam. Steam kemudian dialirkan ke turbin uap untuk memutar sudu-sudu turbin. Putaran turbin energi mekanis yang dihasilkan akan digunakan untuk membangkitakan energi listrik melalui alternator. Turbin uap dilengkapi dengan alat pengumpul uap bekas yang disebut dengan Back Pressure Vessel BPV yang berfungsi untuk mendistribusikan steam ke stasiun sterilizer, stasiun clarification, stasiun digester, stasiun screw press, stasiun kernell, stasiun storage dan stasiun fat fit. Uap bekas dari stasiun-stasiun ini akan dikembalikan ke pengolahan air untuk diolah lagi untuk digunakan sebagai air boiler. Penyedia kebutuhan energi lainnya adalah diesel engine. Diesel engine diperlukan pada saat start awal proses dan juga pada saat tenaga yang dihasilkan turbin tidak mencukupi untuk proses pengolahan. Pada saat tenaga yang dihasilkan turbin berkurang, maka diesel engine diparalel dengan turbin. Diesel engine juga diperlukan untuk menggantikan peran turbin pada saat pabrik tidak melakukan pengolahan. Pada mesin diesel berlangsung empat siklus, yaitu:  Proses Induksi Yaitu proses pemasukanpenghisapan udara ke dalam silinder, melalui inlet valve.  Proses Kompresi Yaitu proses pemampatan udara kedua inlet valve dan outlet valve tertutup sehingga temperatur dalam silinder naik.  Proses Pembakaran Yaitu proses peledakan akibat bahan bakar diinjeksikan ke ruangan yang bertekanan dan bertemperatur tinggi, sehingga mendorong piston ke bawah.  Proses Exhaust Yaitu proses pembuangan sisa pembakaran dengan cara mendorong ke atas dan gas keluar melalui outlet valve. Diesel genset bekerja dengan prinsip mengubah energi hasil pembakaran solar menjadi energi mekanis berupa putaran. Putaran ini selanjutnya digunakan untuk memutar poros generator. Generator adalah alat yang mengkonversi energi gerak berupa putaran menjadi energi listrik akibat adanya induksi gaya gerak listrik GGL. 2 Stasiun Penyediaan Air Sistem penyediaan air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sebyelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Persyaratan tersebut dilihat berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia, bahan padatan 11 terlarut, dan sebagainya. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, diperlukan adanya proses penanganan treatment pada air terlebih dahulu. Proses penangan air di pabrik kelapa sawit terdiri dari dari external water treatment dan internal water treatment. Setelah air memenuhi persyaratan, air dialirkan ke boiler sebagai umpan. 3 Sistem pengelolaan limbah Limbah pabrik kelapa sawit umumnya terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Limbah-limbah ini ditangani oleh unit pengolahan limbah UPL. Unit pengolahan Limbah UPL pada pabrik kelapa sawit terdiri dari:  Fat pit Fungsi fat pit adalah sebagai tempat penampungan sludge kotoran yang masih mengandung minyak di pabrik dan stasiun klarifikasi, pengutipan minyak yang masih tersisa, dan menghomogenkan kepekatan limbah.  Cooling tower Pada alat ini terjadi penurunan suhu limbah menjadi 43–45 C, bila suhu limbah 45 C maka bakteri yang digunakan untuk perombakan akan mati.  Kolam I dan II anaerobic pond Pada kolam ini bakteri anaerobik yang aktif akan membentuk asam organik dan CO 2 . Selanjutnya bakteri metan methagonic bacteria akan mengubah asam organik menjadi metan dan CO 2 . Waktu penahanan untuk kolam ini adalah selama 30 hari. Bakteri yang akan digunakan dalam proses anaerobik pada awalnya dipelihara dalam suatu tempat yang bertujuan untuk memulai pembiakan bakteri.  Kolam III dan IV kolam aerobik Proses yang terjadi pada kolam aerobik adalah proses aerobik. Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk flok. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam. Metode pengadaan oksigen dapat dilakukan secara alami dan atau menggunakan aerator. Kebutuhan Energi dalam Industri Pertanian Kebutuhan energi di bidang industri dan pertanian dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu energi langsung, energi tidak langsung dan energi biologis khususnya dari tenaga manusia. Energi tersebut dibutuhkan sebagai input atau masukan pada proses produksi .

1. Energi Langsung

Energi langsung merupakan energi yang digunakan secara langsung pada proses produksi yaitu berupa bahan bakar fosil Abdullah, 1998. Peran energi langsung sangat besar dalam suatu proses produksi, terutama untuk proses produksi yang padat energi, hal ini terkait dengan kebutuhan bahan bakar yang cukup. Nilai energi dari beberapa jenis bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 3 sedangkan jumlah energi bahan bakar yang digunakan untuk beberapa operasi mekanis pada lahan pertanian dengan merata-ratakan antara operasi di tanah ringan dan berat, cuaca basah dan kering serta tanah datar dan berbukit, dapat dilihat pada Tabel 4.