Energi Tidak Langsung Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP Nusantara VIII Lebak, Banten

15 Tabel 8 Input energi untuk memproduksi beberapa jenis pestisida Jenis Pestisida Input Energi MJkg Herbisida MCPA Diuron Atrazine Trifuralin Paraquat 2,4-D 2,4,5-T Chloramben Dinoseb Propanil Propachlor Dieamba Glyphosate Diquat 129.57 269.12 189.38 147.22 458.45 101.30 137.35 198.88 79.87 218.68 209.04 294.03 452.51 398.68 Insektisida DDT Texaphane Methyl parathion Carbofuran Carbaryl 101.30 159.49 57.81 452.51 152.50 Fumigan Methyl bromide 66.77 Fungisida Ferban Maneb Captan Sulfur 63.84 98.66 114.61 111.43 Sumber: Pimentel 1980 d. Energi bahan lainnya Selain pupuk dan pestisida, dalam industri dan pertanian sering digunakan beberapa jenis bahan kimia pembantu untuk menunjang proses produksi. Nilai embodied energy dari beberapa jenis bahan kimia pembantu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Nilai embodied energy dari beberapa bahan kimia Bahan Embodied Energy MJkg NaOH 1.43 NaCl 1.43 Belerang SO 2 31.38 CaO 1.30 MgO 1.32 Na 3 PO 4 1.43 Batu kapur 1.32 Sumber: Pimentel 1980 16 3. Energi Biologis dari Tenaga Manusia Operasi di bidang pertanian tidak bisa lepas dari peran tenaga manusia, walaupun mungkin peran tenaga manusia hanya sebagai operator atau tenaga pembantu. Kebutuhan energi dasar seseorang tergantung pada ukuran badan, umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, iklim, dan faktor lingkungan lainnya Callubine, 1950; Quenoville et al, 1951; Sugss Splinter, 1961; FAO WHO, 1974 dalam Abdullah dkk, 1998. Menurut Astrand Rodhal dalam Abdullah dkk 1998, hanya 20-30 energi kimia dari makanan dapat dikonversikan menjadi tenaga mekanis. Untuk kerja sehari penuh, keluaran energi manusia diperkirakan sekitar 0.1 HP 75 watt atau 1.07 kCalmenit. Menurut Departemen Mekanisasi Pertanian dalam Sholahuddin 1999, pengeluaran tenaga manusia secara normal berkisar antara 0.4-0.7 kW setara dengan 1.44 MJjam – 2.52 MJjam. Dengan memperhitungkan waktu istirahat selama 8 jam kerja, maka kebutuhan tenaga manusia sekitar 0.32 kW – 0.35 kW setara dengan 1.15 MJjam – 1.20 MJjam. Wanders dalam Indrayana 2001 mengemukakan tabel kalsifikasi beban kerja secara karas yang disebut skala Chirstensen untuk tenaga kerja berumur 20 tahun - 50 tahun yang dapat dilihat pada tabel 10. Sedangkan kebutuhan energi manusia di berbagai kegiatan pertanian dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 10 Kebutuhan energi manusia untuk melakukan aktivitas pada beberapa kondisi beban kerja Aktivitas Kerja ringan MJ Kerja sedang MJ Kerja berat MJ Kerja sangat berat MJ Wanita berat badan 55 kg Istirahat 8 jam Kerja 8 jam Rata-ratakg berat badan 1.80 3.30 0.15 1.80 4.20 0.17 1.80 5.90 0.20 1.80 7.50 0.23 Pria berat badan 55 kg Istirahat 8 jam Kerja 8 jam Rata-ratakg berat badan 2.10 4.60 0.17 2.10 5.80 0.19 2.10 8.00 0.23 2.10 10.00 0.26 Sumber: FAO dan WHO 1974 dalam Indrayana 2001 Tabel 11 Kebutuhan energi biologis manusia pada beberapa kegiatan pertanian Kegiatan kKalmenit MJjam Pra panen Membersihkan semak Penanaman Menyiangi rumput Pemanenan Aplikasi pestisida Pengolahan tanah secara mekanis Pengolahan tanah secara manual Memupuk Mengukurmerintis Pembuatan drainasejalan Wiping 6.1 3.2 6.1 4.9 6.9 4.2 6.9 6.9 2.0 6.1 6.1 1.532 0.803 1.532 1.230 1.733 1.055 1.733 1.733 1.502 1.532 1.532 Pasca panen Pengolahan di pabrik 1.4 0.725 Sumber: Stout 1990 dalam Indrayana 2001 17 Audit Energi Audit energi merupakan bentuk kegiatan untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahapan di dalam suatu sistem secara keseluruhan Abdullah dkk,1998. Sedangkan menurut PT. Koneba dalam Wibowo 2008, audit energi adalah kegiatan penelitian pemanfaatan energi untuk mengetahui keseimbangan energi dan mengetahui peluang-peluang penghematan energi. Audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi dan biaya yang dapat dihemat dengan usaha konservasi energi dari suatu sistem, sarana mau pun peralatan yang telah ada KEPRES 431993, Konversi Energi dalam Setiawan 2010. Bagian dari usaha konservasi energi adalah dengan cara mengetahui sumber-sumber pemborosan pemakaian energi, serta memberikan analisis dan jawaban mengenai tindakan yang bisa dilakukan terhadap pemakaian energi yang lebih tepat tanpa mengurangi produktifitas yang telah dicapai sebelumnya PII, 1992 dalam Setiawan 2010. Menurut Koneba 1989 dalam Mulyawan 1997, metode audit energi terdiri dari dua tahapan, yaitu audit energi awal preliminary energy audit dan audit energi terinci detailed energy audit. 1. Audit energi awal Adalah berupa pengumpulan data awal dan analisis pendahuluan yang terdiri dari pengelompokan sumber data, mengidentifikasi data yang diperlukan, pengumpulan data, analisis data, dan pembuatan rencana pengembangan. 2. Audit energi terinci Adalah dengan melakukan penjajagan terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan analsis, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara kontinyu mau pun alat yang bersifat tidak tetap. Tahapan audit energi terinci yaitu: • Evaluasi pengelolaan energi harian • Melakukan audit energi awal • Rencana pengembangan kegiatan pabrik • Pemilihan bagian-bagian yang akan diaudit secara rinci • Persiapan perlengkapan kerja • Pemeriksaan data lapangan • Evaluasi data yang dikumpulkan • Mengidentifikasi peluang konservasi energi • Rencana pengembangan aktivitas peralatan • Pengawasan penggunaan energi secara kontinyu • Penyempurnaan pengelolaan energi secara menyeluruh Menurut Wayne C. Turner, 1982 dalam Sholahudin 1999, langkah- langkah dalam audit energi adalah pengumpulan data, analsis, evaluasi biaya peralatan, membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi. Masing-masing langkah tersebut akan diuraikan secara rinci dalam uraian berikut ini. 1. Pengumpulan data Teknik pengumpulan data meliputi teknik analisis pendahuluan, pengumpulan data tetapan-tetapan peralatan, catatan lapang, pengoperasian data terhadap persamaan yang telah ada dan uji coba perlatan atau unjuk kerja. 18 2. Analisis Tahapan analisis ini meliputi: • Menganalisis konsep penambahan biaya untuk tahapan tertentu • Menganalisis kesetimbangan massa dan energi • Menganalisis pindah panas • Mengevaluasi sifat muatan listrik • Membuat model dan simulasi 3. Evaluasi biaya peralatan 4. Membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi Tahapan ini merupakan langkah terakhir dalam perumusan audit energi yang meliputi: • Laporan utama, merupakan hasil keseluruhan dari auditing mulai bahan baku sampai barang jadi yang siap dipasarkan • Laporan biasa, merupakan data hasil perhitungan harian dari sebelum dijadikan hasil audit energi yang baku • Laporan efektifitas pengelolaan peralatan auditing mau pun peralatan pabrik • Laporan tinjauan tiap tahapan proses Philippines National Oil Company 1986 dalam Mulyawan 1997 membagi audit energi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: 1. Primary audit atau prelimary audit yang terdiri dari kegiatan pencatatan dan analisis pemakaian energi dengan cara melakukan tinjauan singkat pada fasilitas pabrik dan analisis kebutuhan serta pembelian bahan bakar minyak. Pemeriksaan visual dilakukan untuk menentukan peluang penghematan energi dan membuat rencana analisis yang lebih rinci. Primary audit dikerjakan 1-3 hari tergantung pada tingkat kerumitan pabrik. 2. Detailed audit atau maxi audit yang terdiri dari catatan lengkap pemakaian energi untuk menghitung tingkat pemakaian energi dan efisiensi. Hal ini mengharuskan penggunaan alat-alat pengukuran. Detailed audit ini dapat dikerjakan dalam waktu satu minggu atau lebih. 3. Plant survey atau mini audit yang terdiri dari identifikasi energi terpakai, menganjurkan peningkatan pemeliharaan dan praktek pengoperasian alat secara benar. Mini audit memerlukan pengujian data pengukuran jumlah energi terpakai dan hilang. Mini audit juga meliputi anjuran dan analisis peluang konservasi energi dengan anggaran yang relatif murah. Waktu pelaksanaan sangat bervariasi tergantung dari keadaan pabrik. Hasil-hasil Penelitian Audit Energi pada Proses Produksi CPO Penelitian oleh Hendi Sholahudin Amri pada tahun 1999 tentang audit energi di PTPN VIII Persero PKS Kertajaya Banten Selatan meliputi kegiatan budidaya kelapa sawit hingga pengolahan TBS menjadi CPO. Masukan energi terbagi dua, yaitu energi langsung dan energi tidak langsung. Energi langsung berasal dari tenaga manusia, bahan bakar minyak solar, biomassa cangkang dan serat, dan listrik, sedangkan masukan energi tidak langsung meliputi energi pupuk dan energi pestisida. Hasil audit energi pada proses produksi CPO adalah 18.6680 MJkg CPO dengan rincian: energi tenaga manusia sebesar 2.624 MJkg 19 CPO, energi listrik sebesar 0.1631 MJkg CPO, energi bahan bakar solar sebesar 2.1286 MJkg CPO, energi biomassa sebesar 2.827 MJkg CPO, energi pestisida sebesar 0.7598 MJkg CPO dan energi pupuk sebesar 10.7901 MJkg CPO. Penelitian oleh Tedi Ali Rahmat pada tahun 2002 tentang audit energi di UU Rejosari PTPN VII Persero Lampung Selatan meliputi kegiatan budidaya kelapa sawit, pengolahan TBS menjadi CPO dan kegiatan yang berlangsung pada sarana pendukung produksi. Hasil audit energi pada proses produksi CPO adalah sebesar 15.7550 MJkg CPO dengan rincian: energi tenaga manusia sebesar 0.1903 MJkg CPO, energi listrik sebesar 0.3969 MJkg CPO, energi bahan bakar solar sebesar 0.7197 MJkg CPO, energi biomassa sebesar 9.9200 MJkg CPO, dan energi pupuk sebesar 4. 9250 MJkg CPO. Penelitian oleh Sulitiono Ari Wibowo pada tahun 2008 tentang audit energi di PMKS PT Condong Garut, Jawa Barat meliputi kegiatan budidaya kelapa sawit hingga pengolahan TBS menjadi CPO. Hasil audit energi pada proses produksi CPO adalah sebesar 33.4840 MJkg CPO dengan rincian: energi tenaga manusia sebesar 4.713 MJkg CPO, energi bahan bakar solar sebesar 3.728 MJkg CPO, energi biomassa sebesar 22.776 MJkg CPO, dan energi pupuk sebesar 2.267 MJkg CPO. PROSES PRODUKSI CPO DI PABRIK KELAPA SAWIT PKS KERTAJAYA PTP NUSANTARA VIII PERSERO LEBAK, BANTEN Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di Kebun Kertajaya akan disajikan pada bagan alir berikut beserta penjelasannya. Gambar 2 Bagan alir proses budidaya kelapa sawit di Kebun Kertajaya Vademikum Kelapa Sawit PTPN III, 2001 Persemaian Pembukaan lahan Pemeliharaan Penanaman Pemanenan 20 1. Persemaian Kebun Kertajaya menerima kecambah dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS di Medan. Kecambah dikirim dalam kotak dengan jumlah sekitar 5000 butir kecambah tiap kotak. Di dalam kotak disertakan bubuk gergaji sebagai bahan penahan guncangan dan kekeringan. Persemaian kelapa sawit di Kebun Kertajaya dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembibitan awal Pre Nursery dan pembibitan utama Main Nursery. Pembibitan awal dilakukan selama 3 bulan di polybag kecil sedangkan pembibitan utama dilakukan selama 9 bulan di polybag besar. Pada kegiatan persemaian ini membutuhkan input energi berupa energi biologis manusia, energi listrik, energi pupuk dan energi pestisida. 2. Pembukaan Lahan Pembukaan lahanareal merupakan tahapan awal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan-kegiatan dalam usaha perkebunan kelapa sawit. Kondisi lahan yang akan dibuka tidak selalu sama, baik ditinjau dari segi vegetasi, topografi serta bekas hutan lahan bukaan baru, new planting, dan bekas lahan perkebunan kelapa sawit replanting. 3. Penanaman Kegiatan penanaman bibit kelapa sawit meliputi pengajiranpemancangan, pembuatan lubang tanam, dan penanaman. Kebun Kertajaya menggunakan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga didapatkan kerapatan tanaman tiap hektar adalah 136 tanaman. Penanaman dilakukan secara manual sehingga input energi yang dibuthkan berupa tenaga manusia dan serta membutuhkan pupuk untuk menyuburkan tanaman. 4. Pemeliharaan Pemeliharan tanaman kelapa sawit di Kebun Kertajaya dibagi menjadi dua periode, yakni pemeliharaan tanaman belum menghasilkan TBM dan pemeliharaan tanaman menghasilkan TM. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan TBM adalah pemeliharaan saluran air dan jalan, penyulaman, babad, bobokor, chemis, pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta pemupukan. Pada kegiatan pemeliharaan TM umunnya sama dengan kegiatan pemeliharaan TBM, hanya saja kegiatan seperti kastrasi tidak lagi dilakukan di pemeliharaan TM. Pada kegiatan pemliharaan ini dibutuhkan masukan energi berupa tenaga manusia, pupuk, dan pestisida. 5. Pemanenan dan Transportasi Pada dasarnya tujuan pembudidayaan tanaman kelapa sawit adalah untuk dipanen buahnya yang lazim disebut tandan buah segar TBS. Alat yang digunakan untuk memanen TBS adalah dodos atau egrek. Dalam proses pemanenan hanya membutuhkan input energi berupa tenaga manusia. Setelah TBS dipanen selanjutnya TBS diangkut menggunakan truk ke pabrik sehingga dibutuhkan input energi berupa solar sebagai bahan bakar. . Pengolahan TBS menjadi CPO Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya merupakan unit pengolahan TBS menjadi crude palm oil CPO dan palm kernel oil PKO dengan bahan baku TBS yang berasal dari Kebun Kertajaya, Kebun seinduk, Kebun Plasma pihak ketiga. Pada 21 prinsipnya pengolahan kelapa sawit ditujukan bagaiman menghasilkan minyak yang terkandung dalam buah semaksimal mungkin dengan menekan susut. Berikut diagaram alir proses pengolahn TBS menjadi CPO di PKS Kertajaya. PKS Kertajaya memiliki kapasitas terpasang 60 tonjam, yang dibagi menjadi 2 line. Masing-masing line memiliki kapasitas terpasang 30 tonjam, dimulai dari stasiun penebahan sampai stasiun kernel. Berikut disajikan bagan alir proses pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Kertajaya beserta penjelasannya. Gambar 3 Bagan alir proses pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Kertajaya SOP Pengolahan Kelapa Sawit PKS Kertajaya, 2011

1. Stasiun penerimaan buah

Stasiun penerimaan buah adalah stasiun awal yang menerima datangnya tandan buah segar yang berasal dari kebun seinduk atau pun dari pihak ketiga. Stasiun penerimaan buah terbagi menjadi 3 unit, yaitu: jembatan timbang, sortasi, loading ramp. Ketiga unit tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Jembatan timbang Jembatan timbang berfungsi untuk mengetahui jumlah TBS yang diterima pabrik. Penimbangan dilakukan dengan menimbang truk yang berisi TBS masuk ke pabrik penimbangan I, setelah TBS dibongkar di loading ramp, TBS Perebusan Sterillizer Penebahan Theresser Pengadukan Digester Pengepresan Screw Press Pengolahan biji Vibrating Screen Pemurnian Clarification Tank CPO Penerimaan buah Loading ramp PKO 22 truk kosong dirimbang kembali untuk mengetahui berat truk kosong penimbangan II. Berat TBS yang diterima pabrik dapat diketahui dengan menghitung selisih penimbangan I dengan penimbangan II. b. Sortasi Sortasi bertujuan untuk mengetahui mutu TBS yang layak olah, TBS tidak layak olah dan klaim. Sortasi dilakukan saat pembongkaran TBS di loading ramp. Mutu TBS dapat diklasifikasikan atas beberapa fraksi berdasarkan tingkat kematangan TBS yng dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12 Tingkat kematangan TBS Fraksi Persentase Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan 00 Tidak ada yang membrondol Sangat mentah Buah luar membrondol 1 - 12.5 Mentah 1 Buah luar membrondol 12.5 - 25 Kurang matang 2 Buah luar membrondol 25 - 50 Matang 3 Buah luar membrondol 50 - 75 Matang 4 Buah luar membrondol 75 - 100 Lewat matang 5 Buah dalam ikut membrondol Buah busuk Sumber: PPKS Medan dalam Pedoman teknis panen sawit PTP Nusantara VIII, 2009 Hubungan teoritis fraksi kematangan buah berkaitan dengan rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas ALB disajikan pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13 Hubungan antara fraksi kematangan TBS dengan rendemen dan kadar ALB Fraksi Rendemen minyak Kadar ALB 16.0 1.6 1 21.4 1.7 2 22.1 1.8 3 22.2 2.1 4 22.2 2.6 5 22.9 3.8 Sumber: PPKS Medan dalam Pedoman teknis panen sawit PTP Nusantara VIII, 2009 Fraksi 00 dan fraksi 5 adalah buah yang diklaim karena tidak layak olah, sedangkan fraksi 0 samapi fraksi 4 adalah buah layak olah. Sampai saat ini pensortiran TBS dilakukan dengan cara pengamatan langsung. c. Loading ramp Loading ramp berfungsi sebagai tempat penimbunan sementara TBS sebelum diumpankan ke lori rebusan serta untuk mengurangi kotoran yang terbawa oleh TBS dari kebun. Loading ramp memiliki 20 pintu dan masing- masing pintu memiliki kapasitas 15 ton, sehingga total kapsitas loading 23 ramp yang ada di PKS Kertajaya adalah 300 ton. TBS diumpankan ke lori rebusan melalui pintu-pintu loading ramp dengan membuka pintu hopper hydrolic.

2. Stasiun perebusan

Lori-lori yang sudah berisi TBS dibawa ke sterilizer melalui transfer carriage. Perebusan dilakukan dengan menggunakan uap panas steam yang berasal dari BPV sebagai media penghantar panas dengan suhu 130-140 C dan tekanan 2.8-3.0 kgcm 2 . Perebusan bertujuan untuk untuk menginaktifkan enzim- enzim yang ada di buah sawit, mengurangi kadar air dalam buah dan inti sawit, memudahkan pelepasan brondolan dari tandan, melunakkan daging buah agar mudah dilumat dalam digester, dan memudahkan proses pengolahan kernel. Untuk mencapai tujuan tersebut, TBS direbus dengan menginjeksikan steam ke sterilizer selama 85-90 menit dengan pola triple peak. Sebelum proses perebusan, dilakukan deaerasi untuk menghilangkan udara dalam sterilizer selama 3-5 menit. Selama deaerasi berlangsung tekanan uap dalam sterilizer harus tetap 0 kgcm 2 untuk mencegah terjadinya turbulensi uap. Pada Tabel 14 berikut dijelaskan secara rinci proses perebusan yang terjadi di PKS Kertajaya. Tabel 14 Rincian proses perebusan di PKS Kertajaya Jenis kegiatan Waktu menit Tekanan kgcm 2 Deaerasi buang udara Tekanan puncak I Buang kondensat I Tekanan puncak II Buang kondensat II Tekanan puncak III Buang exhaust Buka tutup pintu 3-5 15 4 20 3-5 55 6 10 - 0-1.4 1.4-0 0-1.8 1.8-1 1-2.4 2.4-0 - Sumber: SOP pengolahan kelapa sawit PKS Kertajaya, 2011

3. Stasiun penebahan

Setelah proses perebusan selesai, lori-lori rebusan ditarik untuk dikeluarkan dari sterilizer dengan menggunakan capstand. Setelah itu, satu per satu lori-lori rebusan tersebut diangkat ke atas auto feeder dan kemudian lori dibalik sehingga tandan buah rebus keluar dari lori dan jatuh ke dalam auto feeder. Auto feeder akan berputar secara otomatis dan mengatur tandan buah rebus masuk ke dalam thresher untuk dibanting sehingga buah lepas dari tandannya. Melalui kisi-kisi thresher, buah jatuh ke bottom conveyor dan dinaikkan ke fruit distiributing conveyor oleh fruit elevator. Kemudian fruit distributing conveyor akan mendistribusikan buah ke digester-digester untuk di ekstraksi minyaknya. Sedangkan tandan yang sudah kosong yang berasal dari thresher dibawa empty bunch conveyor menuju hopper tandan kosong untuk dijadikan pupuk di kebun. 4. Stasiun pengadukan Pengadukan buah menggunakan alat yang disebut digester. Buah yang dibawa oleh fruit distributing conveyor didistribusikan ke dalam digester-digester. Dalam proses pengadukan di dalam digester terjadi proses penghancuran, 24 peremasan, dan pemanasan buah sehingga buah akan hancur dan lumat. Secara prinsip proses pengadukan buah bertujuan untuk membuka jaringan buah dan sel- sel yang mengandung minyak serta melepaskan dinding buah dari bijinya supaya proses pengempaan di screw press menjadi lebih muda. Digester terdiri dari pisau perajang untuk melumatkan buah dan pisau pelempar untuk mengumpankan lumatan buah ke screw press. Digester dilengkapi dengan steam jacket yang berfungsi untuk menjaga temperatur berada pada kisaran 90-95 C. Pengadukan berlangsung selama 15-20 menit. Pada waktu proses pelumatan, digester harus dalam keadaan penuh dengan buah rebus agar hasil pengadukan lebih baik. 5. Stasiun pengempaan Buah yang telah lumat diumpankan ke screw press untuk memisahakan minyak dari ampas. Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak maka perlu ditambahkan air panas. Di dalam screw press, selain buah lumat diputar, juga ditekan menggunakan tekanan hidrolik sehingga cake akan betuk- betul bebas dari minyak. Tekanan yang digunakan harus tepat karena apabila tekanan kurang maka kandungan minyak akan terikut dengan ampas dan apabila tekanan terlalu besar dapat menyebabkan pecah pada inti. Selanjutnya minyak diumpankan ke stasiun pemurnian minyak sedangkan ampas serat dan biji diumpankan ke stasiun pengolahan biji. 6. Stasiun pemurnian Minyak yang diperoleh dari hasil pengempaan masih sangat kotor karena masih tercampur dengan bahan-bahan lain, seperti pasir, air dan sludge lumpur sehingga perlu di lakukan proses pemurnian minyak. Tujuan dari proses pemurnian adalah untuk memperoleh semaksimal mungkin minyak kelapa sawit CPO yang bersih dan bermutu. Proses pemurnian minyak berlangsung di stasiun klarifikasi yang terdiri dari unit-unit sebagai berikut. a. Crude oil gutter Crude oil gutter berfungsi sebagai penampung minyak kasar crude oil hasil pengempaan, selanjutnya crude oil disalurkan menuju sand trap tank untuk memisahkan minyak kasar dari kotoran dan pasir. b. Sand trap tank Pada sand trap tank, minyak dipisahkan dari kotoran dan pasir yang berlangsung secara gravitasi. Pasir dan kotoran dengan masa jenis yang lebih besar akan berada pada lapisan bawah dan akan dilakukan blow down secara berkala menuju decanting basin, sedangkan minyak yang berada pada lapisan atas akan dialirkan ke vibrating screen secara overflow. Temperatur pada sand trap tank dijaga 90-95 C dengan menginjeksikan steam. c. Vibrating screen Benda-benda padat yang masih terbawa dalam minyak kasar setelah melewati sand trap tank dipisahkan lagi dengan vibrating screen. Kemudian minyak hasil penyaringan ditampung dalam crude oil tank yang berada di bawah vibrating screen. d. Crude oil tank Crude oil tank merupakan tangki bersekat yang membagi tangki menjadi tiga bagian. Di crude oil tank terjadi pemisahan minyak dengan air secara gravitasi. Minyak, dengan berat jenis lebih kecil dibanding berat jenis air,