Energi Tidak Langsung Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP Nusantara VIII Lebak, Banten
15 Tabel 8 Input energi untuk memproduksi beberapa jenis pestisida
Jenis Pestisida Input Energi MJkg
Herbisida MCPA
Diuron Atrazine
Trifuralin Paraquat
2,4-D 2,4,5-T
Chloramben Dinoseb
Propanil Propachlor
Dieamba Glyphosate
Diquat 129.57
269.12 189.38
147.22 458.45
101.30 137.35
198.88
79.87 218.68
209.04 294.03
452.51 398.68
Insektisida DDT
Texaphane Methyl parathion
Carbofuran
Carbaryl 101.30
159.49 57.81
452.51 152.50
Fumigan Methyl bromide
66.77 Fungisida
Ferban Maneb
Captan Sulfur
63.84 98.66
114.61 111.43
Sumber: Pimentel 1980 d.
Energi bahan lainnya Selain pupuk dan pestisida, dalam industri dan pertanian sering digunakan
beberapa jenis bahan kimia pembantu untuk menunjang proses produksi. Nilai embodied energy dari beberapa jenis bahan kimia pembantu dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9 Nilai embodied energy dari beberapa bahan kimia Bahan
Embodied Energy MJkg NaOH
1.43 NaCl
1.43 Belerang SO
2
31.38 CaO
1.30 MgO
1.32 Na
3
PO
4
1.43 Batu kapur
1.32 Sumber: Pimentel 1980
16 3.
Energi Biologis dari Tenaga Manusia
Operasi di bidang pertanian tidak bisa lepas dari peran tenaga manusia, walaupun mungkin peran tenaga manusia hanya sebagai operator atau tenaga
pembantu. Kebutuhan energi dasar seseorang tergantung pada ukuran badan, umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, iklim, dan faktor lingkungan lainnya
Callubine, 1950; Quenoville et al, 1951; Sugss Splinter, 1961; FAO WHO, 1974 dalam Abdullah dkk, 1998. Menurut Astrand Rodhal dalam Abdullah
dkk 1998, hanya 20-30 energi kimia dari makanan dapat dikonversikan menjadi tenaga mekanis. Untuk kerja sehari penuh, keluaran energi manusia
diperkirakan sekitar 0.1 HP 75 watt atau 1.07 kCalmenit.
Menurut Departemen Mekanisasi Pertanian dalam Sholahuddin 1999, pengeluaran tenaga manusia secara normal berkisar antara 0.4-0.7 kW setara
dengan 1.44 MJjam – 2.52 MJjam. Dengan memperhitungkan waktu istirahat selama 8 jam kerja, maka kebutuhan tenaga manusia sekitar 0.32 kW – 0.35 kW
setara dengan 1.15 MJjam – 1.20 MJjam. Wanders dalam Indrayana 2001 mengemukakan tabel kalsifikasi beban kerja secara karas yang disebut skala
Chirstensen untuk tenaga kerja berumur 20 tahun - 50 tahun yang dapat dilihat pada tabel 10. Sedangkan kebutuhan energi manusia di berbagai kegiatan
pertanian dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 10 Kebutuhan energi manusia untuk melakukan aktivitas pada beberapa kondisi beban kerja
Aktivitas
Kerja ringan MJ
Kerja sedang MJ
Kerja berat MJ
Kerja sangat berat MJ
Wanita berat badan 55 kg Istirahat 8 jam
Kerja 8 jam Rata-ratakg berat badan
1.80 3.30
0.15 1.80
4.20 0.17
1.80 5.90
0.20 1.80
7.50 0.23
Pria berat badan 55 kg Istirahat 8 jam
Kerja 8 jam Rata-ratakg berat badan
2.10 4.60
0.17 2.10
5.80 0.19
2.10 8.00
0.23 2.10
10.00 0.26
Sumber: FAO dan WHO 1974 dalam Indrayana 2001
Tabel 11 Kebutuhan energi biologis manusia pada beberapa kegiatan pertanian
Kegiatan kKalmenit
MJjam
Pra panen
Membersihkan semak Penanaman
Menyiangi rumput Pemanenan
Aplikasi pestisida Pengolahan tanah secara mekanis
Pengolahan tanah secara manual Memupuk
Mengukurmerintis Pembuatan drainasejalan
Wiping 6.1
3.2 6.1
4.9 6.9
4.2 6.9
6.9 2.0
6.1 6.1
1.532 0.803
1.532 1.230
1.733 1.055
1.733 1.733
1.502 1.532
1.532
Pasca panen
Pengolahan di pabrik 1.4
0.725 Sumber: Stout 1990 dalam Indrayana 2001
17
Audit Energi
Audit energi merupakan bentuk kegiatan untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahapan di dalam suatu sistem secara keseluruhan
Abdullah dkk,1998. Sedangkan menurut PT. Koneba dalam Wibowo 2008, audit energi adalah kegiatan penelitian pemanfaatan energi untuk mengetahui
keseimbangan energi dan mengetahui peluang-peluang penghematan energi.
Audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi dan biaya yang dapat dihemat dengan usaha
konservasi energi dari suatu sistem, sarana mau pun peralatan yang telah ada KEPRES 431993, Konversi Energi dalam Setiawan 2010. Bagian dari usaha
konservasi energi adalah dengan cara mengetahui sumber-sumber pemborosan pemakaian energi, serta memberikan analisis dan jawaban mengenai tindakan
yang bisa dilakukan terhadap pemakaian energi yang lebih tepat tanpa mengurangi produktifitas yang telah dicapai sebelumnya PII, 1992 dalam
Setiawan 2010.
Menurut Koneba 1989 dalam Mulyawan 1997, metode audit energi terdiri dari dua tahapan, yaitu audit energi awal preliminary energy audit dan
audit energi terinci detailed energy audit. 1.
Audit energi awal Adalah berupa pengumpulan data awal dan analisis pendahuluan yang
terdiri dari pengelompokan sumber data, mengidentifikasi data yang diperlukan, pengumpulan data, analisis data, dan pembuatan rencana pengembangan.
2. Audit energi terinci
Adalah dengan melakukan penjajagan terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan analsis, baik terhadap alat yang tetap
digunakan secara kontinyu mau pun alat yang bersifat tidak tetap. Tahapan audit energi terinci yaitu:
• Evaluasi pengelolaan energi harian • Melakukan audit energi awal
• Rencana pengembangan kegiatan pabrik • Pemilihan bagian-bagian yang akan diaudit secara rinci
• Persiapan perlengkapan kerja • Pemeriksaan data lapangan
• Evaluasi data yang dikumpulkan • Mengidentifikasi peluang konservasi energi
• Rencana pengembangan aktivitas peralatan • Pengawasan penggunaan energi secara kontinyu
• Penyempurnaan pengelolaan energi secara menyeluruh Menurut Wayne C. Turner, 1982 dalam Sholahudin 1999, langkah-
langkah dalam audit energi adalah pengumpulan data, analsis, evaluasi biaya peralatan, membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi. Masing-masing
langkah tersebut akan diuraikan secara rinci dalam uraian berikut ini. 1.
Pengumpulan data Teknik pengumpulan data meliputi teknik analisis pendahuluan,
pengumpulan data tetapan-tetapan peralatan, catatan lapang, pengoperasian data terhadap persamaan yang telah ada dan uji coba perlatan atau unjuk kerja.
18 2.
Analisis Tahapan analisis ini meliputi:
• Menganalisis konsep penambahan biaya untuk tahapan tertentu • Menganalisis kesetimbangan massa dan energi
• Menganalisis pindah panas • Mengevaluasi sifat muatan listrik
• Membuat model dan simulasi 3.
Evaluasi biaya peralatan 4.
Membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi Tahapan ini merupakan langkah terakhir dalam perumusan audit energi
yang meliputi: • Laporan utama, merupakan hasil keseluruhan dari auditing mulai bahan
baku sampai barang jadi yang siap dipasarkan • Laporan biasa, merupakan data hasil perhitungan harian dari sebelum
dijadikan hasil audit energi yang baku • Laporan efektifitas pengelolaan peralatan auditing mau pun peralatan
pabrik • Laporan tinjauan tiap tahapan proses
Philippines National Oil Company 1986 dalam Mulyawan 1997 membagi audit energi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1. Primary audit atau prelimary audit yang terdiri dari kegiatan pencatatan dan
analisis pemakaian energi dengan cara melakukan tinjauan singkat pada fasilitas pabrik dan analisis kebutuhan serta pembelian bahan bakar minyak.
Pemeriksaan visual dilakukan untuk menentukan peluang penghematan energi dan membuat rencana analisis yang lebih rinci. Primary audit dikerjakan 1-3
hari tergantung pada tingkat kerumitan pabrik.
2. Detailed audit atau maxi audit yang terdiri dari catatan lengkap pemakaian
energi untuk menghitung tingkat pemakaian energi dan efisiensi. Hal ini mengharuskan penggunaan alat-alat pengukuran. Detailed audit ini dapat
dikerjakan dalam waktu satu minggu atau lebih.
3. Plant survey atau mini audit yang terdiri dari identifikasi energi terpakai,
menganjurkan peningkatan pemeliharaan dan praktek pengoperasian alat secara benar. Mini audit memerlukan pengujian data pengukuran jumlah energi
terpakai dan hilang. Mini audit juga meliputi anjuran dan analisis peluang konservasi energi dengan anggaran yang relatif murah. Waktu pelaksanaan
sangat bervariasi tergantung dari keadaan pabrik.
Hasil-hasil Penelitian Audit Energi pada Proses Produksi CPO
Penelitian oleh Hendi Sholahudin Amri pada tahun 1999 tentang audit energi di PTPN VIII Persero PKS Kertajaya Banten Selatan meliputi kegiatan
budidaya kelapa sawit hingga pengolahan TBS menjadi CPO. Masukan energi terbagi dua, yaitu energi langsung dan energi tidak langsung. Energi langsung
berasal dari tenaga manusia, bahan bakar minyak solar, biomassa cangkang dan serat, dan listrik, sedangkan masukan energi tidak langsung meliputi energi
pupuk dan energi pestisida. Hasil audit energi pada proses produksi CPO adalah 18.6680 MJkg CPO dengan rincian: energi tenaga manusia sebesar 2.624 MJkg
19 CPO, energi listrik sebesar 0.1631 MJkg CPO, energi bahan bakar solar sebesar
2.1286 MJkg CPO, energi biomassa sebesar 2.827 MJkg CPO, energi pestisida sebesar 0.7598 MJkg CPO dan energi pupuk sebesar 10.7901 MJkg CPO.
Penelitian oleh Tedi Ali Rahmat pada tahun 2002 tentang audit energi di UU Rejosari PTPN VII Persero Lampung Selatan meliputi kegiatan budidaya
kelapa sawit, pengolahan TBS menjadi CPO dan kegiatan yang berlangsung pada sarana pendukung produksi. Hasil audit energi pada proses produksi CPO adalah
sebesar 15.7550 MJkg CPO dengan rincian: energi tenaga manusia sebesar 0.1903 MJkg CPO, energi listrik sebesar 0.3969 MJkg CPO, energi bahan bakar
solar sebesar 0.7197 MJkg CPO, energi biomassa sebesar 9.9200 MJkg CPO, dan energi pupuk sebesar 4. 9250 MJkg CPO.
Penelitian oleh Sulitiono Ari Wibowo pada tahun 2008 tentang audit energi di PMKS PT Condong Garut, Jawa Barat meliputi kegiatan budidaya kelapa sawit
hingga pengolahan TBS menjadi CPO. Hasil audit energi pada proses produksi CPO adalah sebesar 33.4840 MJkg CPO dengan rincian: energi tenaga manusia
sebesar 4.713 MJkg CPO, energi bahan bakar solar sebesar 3.728 MJkg CPO, energi biomassa sebesar 22.776 MJkg CPO, dan energi pupuk sebesar 2.267
MJkg CPO.
PROSES PRODUKSI CPO DI PABRIK KELAPA SAWIT PKS KERTAJAYA PTP NUSANTARA VIII PERSERO LEBAK,
BANTEN
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di Kebun Kertajaya akan disajikan pada bagan alir berikut beserta penjelasannya.
Gambar 2 Bagan alir proses budidaya kelapa sawit di Kebun Kertajaya Vademikum Kelapa Sawit PTPN III, 2001
Persemaian Pembukaan
lahan
Pemeliharaan Penanaman
Pemanenan
20 1.
Persemaian
Kebun Kertajaya menerima kecambah dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS di Medan. Kecambah dikirim dalam kotak dengan jumlah sekitar 5000
butir kecambah tiap kotak. Di dalam kotak disertakan bubuk gergaji sebagai bahan penahan guncangan dan kekeringan. Persemaian kelapa sawit di Kebun
Kertajaya dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembibitan awal Pre Nursery dan pembibitan utama Main Nursery. Pembibitan awal dilakukan selama 3 bulan di
polybag kecil sedangkan pembibitan utama dilakukan selama 9 bulan di polybag besar. Pada kegiatan persemaian ini membutuhkan input energi berupa energi
biologis manusia, energi listrik, energi pupuk dan energi pestisida. 2.
Pembukaan Lahan
Pembukaan lahanareal merupakan tahapan awal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan-kegiatan dalam usaha perkebunan kelapa sawit.
Kondisi lahan yang akan dibuka tidak selalu sama, baik ditinjau dari segi vegetasi, topografi serta bekas hutan lahan bukaan baru, new planting, dan bekas lahan
perkebunan kelapa sawit replanting. 3.
Penanaman
Kegiatan penanaman bibit kelapa sawit meliputi pengajiranpemancangan, pembuatan lubang tanam, dan penanaman. Kebun Kertajaya menggunakan jarak
tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga didapatkan kerapatan tanaman tiap hektar adalah 136 tanaman. Penanaman dilakukan secara manual sehingga input energi
yang dibuthkan berupa tenaga manusia dan serta membutuhkan pupuk untuk menyuburkan tanaman.
4.
Pemeliharaan
Pemeliharan tanaman kelapa sawit di Kebun Kertajaya dibagi menjadi dua periode, yakni pemeliharaan tanaman belum menghasilkan TBM dan
pemeliharaan tanaman menghasilkan TM. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan TBM adalah pemeliharaan saluran air dan jalan, penyulaman,
babad, bobokor, chemis, pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta pemupukan. Pada kegiatan pemeliharaan TM umunnya sama dengan kegiatan
pemeliharaan TBM, hanya saja kegiatan seperti kastrasi tidak lagi dilakukan di pemeliharaan TM. Pada kegiatan pemliharaan ini dibutuhkan masukan energi
berupa tenaga manusia, pupuk, dan pestisida. 5.
Pemanenan dan Transportasi
Pada dasarnya tujuan pembudidayaan tanaman kelapa sawit adalah untuk dipanen buahnya yang lazim disebut tandan buah segar TBS. Alat yang
digunakan untuk memanen TBS adalah dodos atau egrek. Dalam proses pemanenan hanya membutuhkan input energi berupa tenaga manusia. Setelah
TBS dipanen selanjutnya TBS diangkut menggunakan truk ke pabrik sehingga dibutuhkan input energi berupa solar sebagai bahan bakar.
.
Pengolahan TBS menjadi CPO
Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya merupakan unit pengolahan TBS menjadi crude palm oil CPO dan palm kernel oil PKO dengan bahan baku TBS yang
berasal dari Kebun Kertajaya, Kebun seinduk, Kebun Plasma pihak ketiga. Pada
21 prinsipnya pengolahan kelapa sawit ditujukan bagaiman menghasilkan minyak
yang terkandung dalam buah semaksimal mungkin dengan menekan susut. Berikut diagaram alir proses pengolahn TBS menjadi CPO di PKS Kertajaya.
PKS Kertajaya memiliki kapasitas terpasang 60 tonjam, yang dibagi menjadi 2 line. Masing-masing line memiliki kapasitas terpasang 30 tonjam,
dimulai dari stasiun penebahan sampai stasiun kernel. Berikut disajikan bagan alir proses pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Kertajaya beserta penjelasannya.
Gambar 3 Bagan alir proses pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Kertajaya SOP Pengolahan Kelapa Sawit PKS Kertajaya, 2011