Kebutuhan energi BBM Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP Nusantara VIII Lebak, Banten
37
Ef. teknis =
��������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������
x 100
Analisis data dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya proses produksi CPO. Data yang diperoleh dimasukkan dalam
persamaan yang telah ditentukan, sehingga diperoleh nilai konsumsi energi pada tiap tahapan proses produksi. Kebutuhan total energi untuk menghasilkan tiap kg
CPO merupakan jumlah energi pada tiap tahapan proses produksi. Hasil tersebut kemudian akan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya pada komoditas yang
sama yaitu CPO dengan lokasi penelitian yang sama mau pun berbeda tempat. Analisis selanjutnya yaitu melihat efisiensi alat dan proses pada tiap tahapan
produksi, sehingga dapat diketahui besarnya pemborosan energi. Analisis data secara keseluruhan digunakan untuk memperoleh kesimpulan tentang efisien atau
tidaknya penggunaan energi pada proses produksi CPO yang berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di Pabrik Kelapa Sawit PKS Kertajaya PTP Nusantara VIII Lebak Banten
Perhitungan konsumsi energi yang dilakukan di PKS Kertajaya meliputi kegiatan-kegiatan pada proses budidaya kelapa sawit di kebun termasuk
pengangkutan TBS ke pabrik dan proses pengolahan TBS menjadi CPO di pabrik termasuk sarana pendukung. Pada audit energi ini, jenis energi primer yang
diaudit, yakni energi langsung biomassa dan solar, energi tidak langsung pupuk dan pestisida dan energi biologis dari tenaga manusia.
Besarnya konsumsi energi primer untuk menghasilkan 1 kg CPO di PKS Kertajaya tanpa menghitung energi dari pestisida dan bahan kimia pembantu pada
kapasitas pengolahan 60 ton TBSjam dengan besar rendemen 21.55 adalah sebesar 16.6779 MJ. Konsumsi energi primer pada proses produksi CPO di PKS
Kertajaya dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
Input energi primer terbesar berasal dari energi biomassa sebesar 15.8900 MJkg CPO, 95.28 dari total masukan energi primer, dengan input energi
terkecil berasal dari energi biologis manusia sebesar 0.0258 MJkg CPO, 0.16 dari total masukan energi primer. Sedangkan tahapan produksi yang
mengkonsumsi energi primer terbesar adalah pada kegiatan pengolahan TBS di pabrik serta sarana pendukungnya yaitu sebesar 16.1347 MJkg CPO, sebesar
96.74 dari total konsumsi energi primer. Sedangkan tahapan produksi yang paling kecil adalah pada kegiatan pemanenan yaitu sebesar 0.0018 MJkg CPO,
0.01 dari total konsumsi energi primer.
38 Tabel 15 Konsumsi energi primer pada proses produski CPO di PKS Kertajaya
Jenis energi Konsumsi energi MJkg CPO
Persentase Budidaya
Panen Angkut
TBS Pengolahan
dan sarana pendukung
Total A.Energi
langsung 1. Solar
- -
0.1721 0.2404
0.4125 2.47
2. Biomassa -
- -
15.8900 15.8900
95.28 B. Energi
tidak langsung 1. Pupuk
0.3492 -
- -
0.3492 2.09
2. Pestisida -
- -
- C. Energi
biologis manusia
0.0144 0.0018
0.0057 0.0043
0.0262 0.16
Total 0.3636
0.0018 0.1778
16.1347 16.6779
Persentase 2.18
0.01 1.07
96.74 100.00
Input energi tidak langsung dari pestisida tidak dimasukkan dalam perhitungan konsumsi energi primer karena kurangnya data pendukung, tetapi penggunaan pestisida
tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan bukan satuan unit energi pada Tabel 25.
Nilai konsumsi energi primer di PKS Kertajaya yaitu 16.6779 MJkg CPO, lebih besar dibanding dengan hasil penelitian di PTPN VII Unit Usaha Rejosari
Rahmat, 2002 yaitu sebesar 15.7550 MJkg CPO. Hal ini disebabkan input energi langsung dari biomassa di PKS Kertajaya lebih besar dibanding input
energi biomassa di Unit Usaha Rejosari. Namun apabila nilai konsumsi energi primer ini dibandingkan dengan hasil penelitian di PTPN VIII PKS Kertajaya
Sholahuddin, 1999, dan PMKS PT. Condong Garut yang masing-masing sebesar 18.6680 MJkg CPO dan 33.4840 MJkg CPO, maka nilai konsumsi energi primer
di PKS Kertajaya pada saat ini lebih kecil dibanding penelitian terdahulu tersebut. Perbedaan konsumsi energi primer yang paling besar terlihat pada energi
biomassa. Selain itu konsumsi energi tidak langsung dari pupuk di PKS Kertajaya paling rendah dibanding hasil-hasil penelitian terdahulu tersebut.
Besarnya konsumsi energi pada setiap tahapan produksi setelah input energi solar dan biomassa pada stasiun penyediaan energi dikonversi menjadi energi
listrik, sehingga input yang yang diperhitungkan berupa energi uap dan energi listrik disajikan dalam Tabel 16 berikut.