Kerangka Teoritis Kerangka Operasional

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Persaingan akan kebutuhan untuk berbagai jenis penggunaan lahan ditentukan oleh besarnya nilai sewa ekonomi lahan land rent. Land rent yang dihasilkan oleh lahan pada suatu wilayah akan berbeda-beda tergantung pada penggunaan lahan tersebut. Barlowe 1978 mengemukanan bahwa land rent mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan produksi. Nilai land rent didapat dari selisih antara total produksi dengan biaya produksi di suatu petakan lahan. Sumber : Barlowe, 1978 Gambar 2. Ilustrasi Land Rent Sebagai Sisa Surplus Ekonomi Setelah Biaya Produksi Dikeluarkan Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2. bahwa nilai land rent didapat dari � ABEC - � ABFD = � CEFD, dimana � ABEC adalah total produksi, � ABFD adalah biaya produksi. Dalam pelaksanaannya, ada dua gejala yang muncul jika hal tersebut diterapkan pada mekanisme pasar, yaitu 1 semakin F E C D A B Jumlah Output Biaya Produksi AC MC 28 besar land rent maka daya saing penggunaan lahan untuk menduduki lokasi yang strategis semakin besar, 2 Penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang lebih besar akan menggeser penggunaan lahan dengan land rent yang lebih kecil. Pada dasarnya land rent sangat dipengaruhi oleh lokasi dari lahan tersebut. Semakin dekat dengan pusat kota maka nilai land rent dari pemukiman akan semakin besar. Begitu pula semakin dekat dengan tempat pemasaran eksport- import maka nilai land rent dari sektor industri akan semakin besar.

3.2. Kerangka Operasional

Lahan merupakan modal penting yang diperlukan dalam proses produksi pertanian. Namun, perkembangan sektor ekonomi di suatu kawasan mendorong perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut. Hal ini mendorong perubahan sumberdaya lahan ke penggunaan yang memberikan nilai ekonomi lebih tinggi. Lahan yang awalnya berupa lahan pertanian diubah menjadi bentuk lain berupa industri yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal serta sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup juga ikut meningkat. Keberadaan lahan yang relatif tetap memaksa lahan pertanian untuk dialihfungsikan menjadi bentuk lain berupa pemukiman dan infrastruktur kependudukan. Alih fungsi lahan pertanian merupakan tuntutan terhadap pembangunan di sektor non pertanian seperti industri, perumahan, dan jasa. Adanya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang mempengaruhi di tingkat wilayah maupun di tingkat petani. Faktor di tingkat petani merupakan faktor mikro yang secara langsung mempengaruhi keputusan petani untuk mengalihfungsikan atau menjual lahan, sedangkan faktor 29 di tingkat wilayah merupakan faktor makro berupa data yang secara tidak langsung mempengaruhi kepetusan pemerintah setempat untuk mengambil kebijakan pengalihfungsian lahan. Selain itu kelembagaan yang ada juga ikut mempengaruhi, karena kelembagaan tersebut dapat mendukung atau mencegah alih fungsi lahan yang terjadi. Fenomena ini mengakibatkan terjadinya penyempitan lahan pertanian. Penyempitan pada lahan pertanian ini akan berdampak langsung pada volume produksi padi yang mempengaruhi ketahanan pangan, dan pada kondisi ekonomi petani karena skala produksinya tidak mencukupi untuk sampai menguntungkan. Analisis dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampak yang ditimbulkan oleh alih fungsi lahan dapat dijadikan patokan kebijakan untuk mengontrol alih fungsi lahan tersebut. Skema operasional di atas ditampilkan secara sederhana dalam Gambar 3. 30 Keterangan : Ruang Lingkup Penelitian Sumber: Peneliti, 2013 Gambar 3. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional Pertumbuhan Penduduk Peningkatan Kebutuhan Lahan Pemukiman Alih Fungsi Lahan Pertanian Pola dan Laju Alih Fungsi Lahan Faktor yang Mempengaruhi Dampak yang Terjadi Faktor Mikro Faktor Makro Terhadap Ketahanan Pangan Terhadap Ekonomi Petani Pembangunan Ekonomi Peningkatan Kebutuhan Lahan Industri Kebijakan Pengelolaan Lahan Faktor Kelembagaan Analisis Logistik Analisis Regresi Analisis Deskriptif Rata-rata Selisih Pendapatan Estimasi Dampak Produksi

IV. METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Langkat

21 114 113

Analisis Dampak Pengalihan Lahan Konservasi Hutan Bakau Menjadi Lahan Pertambakan Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Nelayan Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Studi Kasus Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura)

0 22 101

Analisis Dampak Ekonomi dari Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor.

1 45 109

Analisis dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan pangan di kabupaten cianjur (studi kasus : desa sukasirna, kecamatan sukaluyu)

4 38 101

Analisis Ekonomi Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Karawang Jawa Barat (Studi Kasus Desa Tanjungpura Kecamatan Karawang Barat)

3 34 92

Analisis Ekonomi dan Kelembagaan Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Penggunaan Non Pertanian Studi Kasus Di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat

0 6 111

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN Analisis Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian di Desa Ajibarang Wetan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

0 3 16

PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN SEBAGAI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN: Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

0 3 85

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).

4 11 37

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

0 0 8