Faktor Mikro yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Kecamatan

67 permintaan lahan untuk pemukiman. Selain itu penduduk juga membutuhkan penunjang berupa sarana dan prasarana seperti, jalan, sekolah, rumah sakit, dll. Hal tersebut akan mempengaruhi permintaan akan lahan. Lahan yang jumlahnya terbatas menjadi kendala dalam mengatasi permasalahan tersebut sehingga banyak lahan sawah yang dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman. Hal ini mengindikasikan adanya pengalihfungsian lahan dari pertanian ke non pertanian. Jumlah Industri berpengaruh positif terhadap perubahan lahan sawah. Namun tidak berpengaruh nyata dimana nilai probabilitas dari variabel jumlah industri lebih besar dari taraf nyata 10 persen 0,49 0,10. Hasil estimasi ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah industri akan sangat berpengaruh terhadap luas lahan sawah. Variabel jumlah industri yang tidak berpengaruh nyata dapat diinterpretasikan bahwa banyaknya industri di Kabupaten Bekasi belum tentu membutuhkan lahan luas yang sampai mengalihfungsikan lahan sawah.

6.5. Faktor Mikro yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Kecamatan

Tambun Utara Alih fungsi lahan di Kabupaten Bekasi tidak hanya disebabkan oleh faktor makro yang berasal dari tingkat wilayah, namun faktor mikro yang berasal dari diri petani juga ikut mempengaruhinya. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya bahwa pengalihfungsian lahan diawali dengan penjualan lahan dari petani ke investor. Setelah penjualan itu barulah para investor mengalihfungsikan lahan tersebut menjadi pemukiman atau industri. Faktor ini dianalisis untuk melihat apa penyebab petani menjual lahan kepada investor sehingga lahan tersebut dapat dialihfungsikan. Studi kasus mengenai faktor mikro yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Bekasi ini dilakukan di Kecamatan Tambun Utara. Sebanyak tiga 68 puluh responden dalam penelitian ini merupakan petani pemilik penggarap. Sembilan belas orang merupakan petani yang telah menjual seluruh lahannya kepada investor, sedangkan sebelas orang merupakan petani yang tidak mau atau belum menjual lahannya kepada investor. Adapun variabel bebas yang diduga mempengaruhi keputusan petani dalam menjual lahannya adalah luas lahan, persentase pendapatan usaha tani, biaya produksi, pengalaman, dan jumlah tanggungan. Variabel terikat yang digunakan terdapat dua kemungkinan. Bagi responden yang telah menjual lahan sawahnya diberi nilai 1 Z=1 dan bagi responden yang tidak atau belum menjual lahan sawahnya diberi nilai 0 Z=0. Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode enter disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Mikro yang Mempengaruhi Petani untuk Menjual Lahan Pertanian Variable Coefficient Sig. Exp β Keterangan X1 -0,039 0,736 0,962 Pengalaman X2 -2,132 0,057 0,119 Tanggungan X3 0,868 0,432 2,383 Luas lahan X4 0,000 0,280 1,000 Biaya Produksi X5 -0,324 0,034 0,723 Proporsi Pendapatan C 6,713 0,731 822,917 Konstanta Sumber : Data Primer diolah Keterangan : nyata pada taraf 10 persen Tabel hasil regresi logistik lainnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut diperoleh nilai Sig pada Omnimbus test sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen 0,000 0,100, artinya variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjual lahan. Dari hasil analisis juga didapat nilai Cox Snell R Square sebesar 0,552 dan Nagelkerke R Square sebesar 0,755. Nilai Nagelkerke R Square yang lebih besar dari Cox Snell R Square menunjukan kemampuan kelima variabel bebas dalam 69 menjelaskan varian alih fungsi lahan sebesar 75,5 persen dan terdapat 24,5 persen faktor lain di luar model yang menjelaskan variabel terikat. Nilai Sig pada Hosmer and Lemeshow Test yang diperoleh adalah sebesar 0,460. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen 0,460 0,100, artinya model yang dibuat dapat diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan. Selanjutnya nilai overall percentage pada classification table yang diperoleh sebesar 93,3 persen. Nilai tersebut menunjukan bahwa dari 30 data yang ada terdapat 28 data yang tepat pengklasifikasiannya. Hal ini menunjukan bahwa model yang dihasilkan baik. Berdasarkan Tabel 5 dapat terlihat bahwa dari lima variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjual lahan ternyata hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani tersebut adalah jumlah tanggungan dan persentase pendapatan usaha tani. Signifikan atau tidaknya pengaruh suatu variabel dilihat dari nilai Sig pada Tabel 5 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen. Variabel lain mempunyai nilai Sig yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Hal ini berarti pengalaman bertani, luas lahan sawah yang dimiliki, dan biaya produksi per hektar tidak berpengaruh secara nyata terhadap peluang keputusan petani untuk menjual lahannya. Model yang diperoleh dari hasil regresi logistik pada Tabel 5 adalah sebagai berikut: = 822,917 − 0,962 1 − 0,119 2 + 2,383 3 + 1,000 4 − 0,723 5 Variabel jumlah tanggungan memiliki nilai Sig. sebesar 0,057. Nilai tersebut berarti bahwa jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap peluang 70 terjadinya penjualan lahan oleh petani pada taraf nyata 10 persen 0,057 0,100. Koefisien hasil yang diperoleh bertanda negatif -2,132 dan nilai Exp β atau odds ratio yang diperoleh sebesar 0,119. Hal ini berarti bahwa jika jumlah tanggungan petani bertambah satu orang, maka peluang petani untuk menjual lahan lebih kecil 0,119 kali dibandingkan untuk tidak menjual lahan. Semakin banyak jumlah tanggungan petani maka semakin rendah peluang petani tersebut untuk menjual lahan. Jumlah tanggungan petani merupakan jumlah orang yang kehidupannya masih ditanggung oleh petani tersebut. Semakin banyak jumlah tanggungan berarti semakin banyak beban hidup yang ditanggung oleh petani. Petani dengan beban hidup yang lebih besar akan berpeluang lebih kecil untuk menjual lahannya. Hal ini disebabkan karena mereka sudah biasa bertani untuk membiayai beban hidup mereka. Petani akan memilih pekerjaan yang sudah mereka kuasai untuk membiayai tanggungan yang besar dibandingkan harus menjual lahan dan mencari pekerjaan lain yang belum mereka ketahui. Variabel persentase pendapatan usaha tani memiliki nilai Sig sebesar 0,034. Nilai tersebut berarti bahwa persentase pendapatan usaha tani berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya penjualan lahan oleh petani pada taraf nyata 10 persen 0,034 0,100. Koefisien hasil yang diperoleh bertanda negatif -0,324 dan nilai Exp β atau odds ratio yang diperoleh sebesar 0,723. Hal ini berarti bahwa jika persentase pendapatan usaha tani bertambah satu persen, maka peluang petani untuk menjual lahan lebih kecil 0,723 kali dibandingkan untuk tidak menjual lahan. Semakin besar persentase pendapatan usaha tani petani maka semakin rendah peluang petani tersebut untuk menjual lahan. 71 Persentase pendapatan usaha tani merupakan proporsi pendapatan usaha tani seorang petani dari pendapatan totalnya. Semakin besar persentase tersebut berarti semakin besar ketergantungan petani pada usaha tani yang dimiliki. Petani yang sangat bergantung pada usaha taninya akan berpeluang lebih kecil untuk menjual lahannya. Hal ini disebabkan pemikiran rasional petani yang berpikiran bahwa kehidupan mereka sangat bergantung pada usaha tani tersebut. Petani yang persentase pendapatan usaha taninya besar akan lebih memilih melakukan pekerjaan yang sudah berhasil dan sangat berpengaruh dibandingkan harus menjual lahan dan melakukan pekerjaan lain yang belum tentu berhasil.

6.6. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Kabupaten

Dokumen yang terkait

Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Langkat

21 114 113

Analisis Dampak Pengalihan Lahan Konservasi Hutan Bakau Menjadi Lahan Pertambakan Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Nelayan Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Studi Kasus Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura)

0 22 101

Analisis Dampak Ekonomi dari Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor.

1 45 109

Analisis dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan pangan di kabupaten cianjur (studi kasus : desa sukasirna, kecamatan sukaluyu)

4 38 101

Analisis Ekonomi Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Karawang Jawa Barat (Studi Kasus Desa Tanjungpura Kecamatan Karawang Barat)

3 34 92

Analisis Ekonomi dan Kelembagaan Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Penggunaan Non Pertanian Studi Kasus Di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat

0 6 111

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN Analisis Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian di Desa Ajibarang Wetan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

0 3 16

PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN SEBAGAI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN: Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

0 3 85

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).

4 11 37

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

0 0 8