35 tahun sebelum t tersebut dan dikalikan dengan 100 persen. Hal ini dilakukan juga
pada  tahun-tahun  berikutnya  sehingga  diperoleh  laju  alih  fungsi  lahan  setiap tahun. Nilai V  0 berarti bahwa luas lahan tersebut mengalami penyusutan.
4.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis  regresi  linier  berganda  adalah  sebuah  alat  analisis  statistik  yang memberikan  penjelasan  tentang  pola  hubungan  antara  dua  variabel  atau  lebih.
Tujuan dari analisis regresi  ini adalah menggambarkan hubungan antara  variabel terikat  dengan  variabel  bebas  atau  variabel  yang  mempengaruhinya.  Variabel
terikat  atau  dependen  Y  adalah  variabel  yang  dijelaskan  atau  dipengaruhi  oleh variabel  bebas.  Sedangkan  variabel  bebas  atau  independen  X  adalah  variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel terikat. Metode ini dipilih peneliti untuk  menduga  faktor-faktor  yang  berpengaruh  terhadap  alih  fungsi  lahan
pertanian  secara  makro,  dimana  luas  lahan  sawah  tersebut  merupakan  variabel terikat Y.
Faktor-faktor  makro  yang  diduga  berpengaruh  terhadap  kegiatan  alih fungsi lahan  di tingkat wilayah adalah:
1. PDRB X
1
Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan salah satu indikator yang  dapat  menggambarkan  pertumbuhan  ekonomi.  Semakin  besar
pertumbuhan  ekonomi  suatu  wilayah  dapat  mempercepat  terjadinya perubahan  struktur  ekonomi  ke  arah  sektor  manufaktur,  jasa,  dan  sektor
non  pertanian  lainnya.  Hal  ini  akan  menggeser  peruntukan  lahan  dari pertanian  menjadi  non  pertanian.  Hipotesis  pada  penelitian  ini  bahwa
semakin besar PDRB maka semakin besar alih fungsi lahan yang terjadi.
36 2.
Laju Pertumbuhan penduduk X
2
Laju  pertumbuhan  penduduk  adalah  kecepatan  bertambahnya  penduduk. Jumlah  penduduk  yang  semakin  meningkat  akan  menambah  permintaan
akan  tempat  tinggal  atau  pemukiman.  Hal  ini  mendorong  peningkatan pembangunan  pemukiman,  sehingga  menurunkan  luasan  lahan  pertanian.
Hipotesis  pada  penelitian  ini  adalah  semakin  besar  laju  pertumbuhan penduduk maka semakin besar alih fungsi lahan yang terjadi.
3. Jumlah Industri X
3
Industri merupakan salah satu hal yang menyebabkan alih lahan pertanian. Permintaan  terhadap  lahan  dari  masing-masing  sektor  saling  bersaingan.
Jika jumlah industri bertambah maka lahan yang dibutuhkan oleh industri tersebut juga bertambah. Ada indikasi luas pertanian akan dialihfungsikan
menjadi  industri  jika  jumlah  industri  tersebut  semakin  bertambah. Hipotesis pada penelitian ini adalah semakin banyak jumlah industri yang
ada maka semakin besar pula alih fungsi lahan yang terjadi. Persamaan  model  regresi  linear  berganda  untuk  mengetahui  faktor  yang
mempengaruhi alih fungsi lahan adalah sebagai berikut : � = + �
1 1
+ �
2 2
+ �
3 3
+ �
dimana: Y
= Penurunan lahan pertanian α
= Intersep β
i
= koefisien regresi X
i
= Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penurunan lahan ε
= Error TermResidual
37 Model  analisis  regresi  linear  berganda  merupakan  metode  analisis  yang
didasarkan pada metode Ordinary Least Square OLS. Konsep dari metode OLS adalah  menduga  koefisien  regresi  β
i
dengan  meminimumkan  residual.  OLS dapat menduga koefisien regresi dengan baik, karena: 1 memiliki sifat tidak bias
dengan  varian  yang  minimum,  2  variabelnya  konsisten  dimana  dengan meningkatnya ukuran sample maka koefisien regresi mengarah pada nilai populasi
yang  sebenarnya,  dan  3  koefisien  regresinya  terdistribusi  secara  normal Gujarati 2002.
Untuk  mengetahui  seberapa  jauh  pengaruh  faktor-faktor  yang  telah ditentukan  dalam  persamaan  akan  mempengaruhi  alih  fungsi  lahan,  dilakukan
pengujian  ketelitian  dan  pengujian  kemampuan  model  regresi.  Pengujian  model regresi ini terdiri dari uji koefisien determinasi, Uji koefisien regresi menyeluruh,
dan Uji koefisien regresi parsial. 1.
Uji Koefisien Determinasi R
2
Nilai  R
2
mencerminkan  seberapa  besar  keragaman  dari  variabel  terikat yang  dapat  diterangkan  oleh  variabel  bebasnya.  Nilai  R
2
memiliki  besaran  yang positif dan kurang dari satu 0 ≤ R
2
≤ 1. Jika nilai R
2
bernilai nol maka keragaman dari  variabel  terikat  tidak  dapat  dijelaskan  oleh  variabel  bebasnya.  Sebaliknya,
jika nilai R
2
bernilai satu maka keragaman dari variabel terikat secara keseluruhan dapat  dijelaskan  oleh  variabel  bebas  secara  sempurna.  R
2
dapat  dirumuskan sebagai berikut :
2
= Dimana:
38 ESS
= Explained of Sum Square TSS
= Total of Sum Square 2.
Uji Koefisien Determinasi yang Disesuaikan Adj-R
2
Penambahan  variabel  bebas  akan  menyebabkan  bertambahnya  nilai  R
2
. Permasalahan  tersebut  dapat  diselesaikan  dengan  menghitung  Adj-R
2
.  Adj-R
2
adalah  koefisien  determinasi  yang  telah  disesuaikan,  sehingga  penambahan nilainya menjadi terbebas dari pengaruh penambahan jumlah variabel bebas. Arti
dari  nilai  Adj-R
2
secara  harfiah  sama  dengan  nilai  R
2
,  hanya  saja  Adj-R
2
lebih tepat  karena  telah  menghilangkan  pengaruh  dari  jumlah  variabel.  Adj-R
2
dapat dirumuskan sebagai berikut:
� -
2
= 1 −
� − − 1 � − 1
Dimana: RSS
= Residual of Sum Square TSS
= Total of Sum Square n
= jumlah observasi K
= jumlah koefisien 3.
Uji Koefisien Regresi Menyeluruh F Uji  F  dilakukan  untuk  mengetahui  pengaruh  variabel  bebas  secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun prosedur yang digunakan : H
: β
1
= β
2
= β
3
= ... = β
i
= 0 H
1
: minimal ada satu β
i
≠ 0
ℎ �
= − 1
� − Dimana:
39 JKR
= Jumlah Kuadrat Regresi JKG
= Jumlah Kuadrat GalatResidual k
= Jumlah variabel terhadap intersep n
= Jumlah pengamatan sample Apabila  F
hit
F
tab
maka  H diterima  yang  berarti  bahwa  variabel  bebas
secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap  variabel terikat.  Sedangkan apabila F
hit
F
tab
maka H ditolak yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat. 4.
Uji Koefisien Regresi Parsial t Uji  t  dilakukan  untuk  menghitung  koefisien  regresi  masing-masing
variabel  bebas  sehingga  dapat  diketahui  pengaruh  masing-masing  variabel  bebas terhadap  variabel  terikat.  Menurut  Gujarati  2002,  adapun  prosedur
pengujiannya: H
: β
1
= 0 H
1
: β
1
≠ 0 �
ℎ �
= � −
�
Dimana: b
= parameter pendugaan β
t
= parameter hipotesis Seβ  = standar error parameter β
Jika t
hit
t
tabel α2
, maka H diterima, artinya variabel bebas yang diuji tidak
berpengaruh  nyata  terhadap  variabel  terikat.  Namun,  jika  t
hit
t
tabel  α2
,  maka  H
40 ditolak,  artinya  variabel  bebas  yang  diuji  berpengaruh  nyata  terhadap  variabel
terikat. Model  yang  dihasilkan  dari  regresi  linear  haruslah  baik.  Jika  tidak  maka
akan  mempengaruhi  interpretasinya.  Interpretasi  ini  benar  jika  model  regresi linear  memenuhi  kriteria  BLUE  Best  Linear  Unbiased  Estimator.  BLUE  dapat
dicapai  bila  memenuhi  asumsi  klasik.  Uji  asumsi  klasik  merupakan  pengujian pada  model  yang  telah  berbentuk  linear  untuk  mendapatkan  model  yang  baik.
Setelah model diregresikan dilakukan uji penyimpangan asumsi, yaitu: 1.
Uji Normalitas Uji  normalitas  bertujuan  untuk  melihat  apakah  pada  model  tersebut
residual  terdistribusi  normal  atau  tidak.  Model  yang  baik  harus  mempunyai residual yang terdistribusi normal atau hampir normal. Uji  yang dapat digunakan
adalah  dengan  membuat  histrogram  normalitas.  Nilai  probality  yang  lebih  besar dari taraf nyata α menandakan residual terdistribusi secara normal.
2. Uji Heterokedastisitas
Suatu  model  dapat  dikatakan  mempunyai  sifat  heterokedastisitas  jika ragam residual dalam model tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari variabel-
variabel bebas dalam model regresi. Akibat dari sifat ini adalah penduga OLS-nya tidak  efisien  lagi  karena  standar  residualnya  bias  ke  bawah.  Salah  satu  cara
mendeteksi  heterokedasitisitas  adalah  dengan  melakukan  uji  Glejser.  Uji  ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolut dari residual terhadap variabel bebas
yang  diperkirakan  memiliki  hubungan  erat  dengan  ragam  model,  dimana  setelah pergresian tersebut didapatkan nilai unsur kesalahan Prob. Chi-Square. Jika nilai
41 tersebut  lebih  besar  dari  taraf  nyata  α  yang  digunakan  maka  tidak  ada
permasalahan heterokedastisitas. 3.
Uji Autokolerasi Autokorelasi  terjadi  jika  ada  korelasi  serial  antara  residual.  Korelasi
tersebut  terjadi  karena  residual  saling  mempengaruhi  satu  sama  lain  sehingga residual  tersebut  tidak  bebas.  Korelasi  tersebut  menyebabkan  penduga  OLS
menjadi  tidak  efisien  lagi.  Cara  mendeteksi  autokorelasi  dapat  dilakukan  dengan menggunakan  uji  Breusch-Godfrey.  Uji  ini  dilakukan  dengan  meregresikan
residual  dengan  lag  residual  dan  semua  regresor.  Hasil  regresi  tersebut  akan diperoleh  koefisien  determinasi  Prob.  Chi-Square  untuk  mengetahui
autokorelasi. Jika nilai tersebut lebih besar dari taraf α yang digunakan maka tidak ada permasalahan autokorelasi.
4. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas  adalah  adanya  hubungan  linear  sempurna  antar  variabel bebas  dalam  suatu  model.  Hal  ini  terjadi  jika  nilai  R
2
tinggi  namun  banyak variabel  yang  tidak  signifikan  dari  uji  t.  Suatu  model  yang  mempunyai  sifat  ini
maka  interpretasi  dari  model  tersebut  akan  menjadi  sulit.  Salah  satu  cara  untuk mendeteksi  adanya  multikolinearitas  yaitu  dengan  melihat  nilai  VIF  Variance
Inflation  Factor  dari  masing-masing  variabel.  Jika    nilai  VIF    10  maka  terjadi masalah multikolinearitas yang serius.
4.4.4. Analisis Regresi Logistik