56 Bekasi bekejasama dengan perusahaan pemborong. Pemborong tersebut bertugas
membebaskan lahan dari hak bertani para petani. Petani menjual lahan pertanian atau sawah yang mereka miliki kepada pemborong, setelah itu pemborong
menjual lahan tersebut kepada pihak pengembang pemukiman atau investor industri. Lahan pertanian yang sudah dibeli oleh pemborong tidak langsung
dialihfungsikan menjadi bentuk lain, karena menunggu adanya pihak investor atau pengembang yang akan membeli lahan tersebut. Saat lahan tersebut kosong petani
masih dapat menggarap lahan sampai ada investor atau pengembang yang membeli dan membuat industri atau pemukiman di lahan tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa pola alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Bekasi adalah pola yang kedua, dimana alih fungsi lahan diawali dengan adanya alih
penguasaan lahan dari petani kepada pengembang. Analisis mengenai tata cara jual beli pihak petani kepada pemborong akan dibahas lebih lanjut pada Bab
Analisis Kelembagaan Lahan Kabupaten Bekasi.
6.2. Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Bekasi
Alih fungsi lahan sawah selama periode 2002-2011 di Kabupaten Bekasi berfluktuatif dari tahun ke tahun. Secara umum lahan sawah di Kabupaten Bekasi
selama sepuluh tahun terakhir berkurang sebesar 3.123 hektar atau sekitar 347 hektar per tahun. Alih fungsi lahan tersebut menyebabkan luas sawah di
Kabupaten Bekasi berubah dari luas 56.826 hektar pada tahun 2002 menjadi 53.703 hektar pada akhir tahun 2011. Laju penyusutan luas sawah tiap tahunnya
dapat dilihat pada Tabel 3.
57
Tabel 3. Luas dan Laju Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2011
Tahun Luas Sawah
Ha Pencetakan
Sawah Baru Ha
Luas Sawah Terkonversi
Ha Laju Penyusutan
Luas Sawah
2001 56.077
- -
- 2002
56.826 749
1,34 2003
55.989 837
-1,47 2004
55.859 130
-0,23 2005
55.354 505
-0,90 2006
55.150 204
-0,37 2007
55.582 432
0,78 2008
55.074 508
-0,91 2009
54.425 649
-1,18 2010
53.584 841
-1,55 2011
53.703 119
0,22 Total
1.300 3.674
-4,27 Rata-rata
130 367,4
-0,43
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, berbagai terbitan diolah
Pada Tabel 3 nilai laju penyusutan luas sawah yang bertanda negatif menggambarkan adanya penyusutan luas lahan sawah akibat alih fungsi lahan.
Nilai yang bertanda positif menggambarkan adanya pencetakan sawah baru. Luas penyusutan lahan sawah selama sepuluh tahun terakhir di Kabupaten Bekasi juga
cukup besar, yaitu dengan total sekitar -4,27 persen atau sebesar 3.674 hektar. Artinya selama sepuluh tahun terakhir lahan sawah telah menyusut sebesar 4,27.
Penurunan luas lahan dimulai pada tahun 2003 dimana lahan berkurang sebanyak 837 hektar dari 56.826 hektar menjadi 55.989 hektar. Pada tahun tersebut luas
sawah menyusut sebesar 1,47 persen, hal ini menandakan mulainya industrialisasi di Kabupaten Bekasi. Pada tahun 2007 lahan sawah sempat bertambah 432 hektar
atau meningkat sebesar 0,78 persen karena adanya pencetakan lahan sawah baru. Pencetakan sawah ini diakibatkan adanya deindustrialisasi akibat banjir besar
pada wilayah tersebut. Investor yang mempunyai lahan di Kabupaten Bekasi tidak
58 jadi membuat industri sehingga ada banyak lahan kering yang kosong. Lahan
kosong tersebut dimanfaatkan oleh warga setempat untuk dijadikan sawah. Alih fungsi lahan yang terbesar yaitu pada akhir tahun 2010 dengan luas sebesar 841
hektar atau menyusut sebesar 1,55 persen. Pada tahun tersebut pemerintah menetapkan kebijakan pengalokasian pemukiman di wilayah barat, dimana
mayoritas wilayah tersebut merupakan wilayah sawah. Pada tahun 2011 lahan sawah meningkat sebesar 0,22 persen, karena pemerintah setempat membuka
lahan sawah dari lahan kering seluas 119 hektar untuk mempertahankan kondisi pertanian di wilayah tersebut. Rata-rata laju penyusutan lahan selama sepuluh
tahun terakhir yaitu -0,43 persen.
6.3. Analisis Kelembagaan Lahan Kabupaten Bekasi