berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm dapat ditebar larva patin sebanyak 500 ekor.
4. Bak Pemberokan Induk
Bak  ini  digunakan  untuk  menyimpan  atau  menempatkan  induk  hasil seleksi dari kolam pemeliharaan induk. Bak ini tidak perlu terlalu luas
dan tidak terlalu dalam karena fungsinya hanya sementara. 5.
Bak Inkubasi Bak  inkubasi  adalah  bak  yang  digunakan  untuk  menyimpan  induk
beberapa  saat  sebelum  disuntik,  sesudah  disuntik,  dan  menunggu waktu ovulasi.
6. Kolam Pemeliharaan Benih
Kolam  pemeliharaan  benih  digunakan  untuk  memelihara  anak  ikan pasca  larva.  Kolam  dapat  berupa  kolam  tanah,  kolam  beton,  sawah,
atau akuarium. 7.
Wadah Pakan Wadah pakan digunakan untuk pemanpungan pakan atau wadah untuk
kultur pakan berupa akuarium, bak fiberglass atau bak beton. Ukuran bak disesuaikan dengan keutuhan.
8. Perlengkapan Lain
Unit  pembenihan  harus  memperoleh  pasokan  listrik  untuk  dapat beroperasi, baik listrik dari PLN Perusahaan Listrik Negara maupun
generator.  Energi  listrik  digunakan  untuk  menggerakkan  aerasi, pompa  air,  dan  penerangan.  Perlengkapan  lain  adalah  sarana  aerasi,
pompa  air,  timbangan,  pemanas  air,  serokan,  pH  meter,  DO-meter, berbagai  bahan  dan  perlengkapan  untuk  pemijahan  benih,  dan
sebagainya.
2.1.6  Budidaya Pembenihan Ikan Patin
Patin  Pangasius  sp.  adalah  salah  satu  ikan  asli  perairan  Indonesia yang  telah  berhasil  di  domestikasi.  Patin  tergolong  ikan  unggul  karena
rasa dagingnya lezat dan gurih, merupakan ikan berukuran besar, respon terhadap  pakan  buatan  dan  dalam  pembudidayaannya  tumbuh  cepat.
Patin  mempunyai  bentuk  tubuh  memanjang,  agak  pipih,  dan  tidak
bersisik.  Panjang  tubuhnya  dapat  mencapai  120  cm.  warna  tubuh  patin pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut
putih  keperak-perakan.  Kepala  patin  relatif  kecil  dengan  mulut  terletak di  ujung  agak  ke  bawah.  Pada  sudut  mulutnya  terdapat  dua  pasang
sungut kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Menurut  Prahasta  dan  Masturi  2009,  jika  dilihat  secara  ilmiah
dalam  taksonomi  hewan  atau  sistematika  hewan,  ikan  patin  dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom  : Metazoa Filum
: Chordata Subfilum
: Vertebrata Kelas
: Pisces Ordo
: Ostarioplaysi Subordo
: Siluriodea Famili
: Pangasidae Genus
: Pangasius Spesies
: Pangasius pangasius Ham. Buch. Budidaya ikan meliputi domestikasi, pembenihan, pemilihan lokasi,
pembesaran, pengadaan pakan, dan penanggulangan hama dan penyakit. Salah satu faktor penting dalam budidaya ikan patin adalah ketersediaan
benih dalan hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Hingga saat ini, patin tidak dapat dipijahkan secara alami, sehingga pengadaan benihnya hanya
dapat  dilakukan  dengan  cara  pemijhan  buatan  induced  breeding,  baik dengan  menggunakan  kelenjar  hipofisa  maupun  hormon  komersial
Kordi, 2005. Menurut  Hernowo  2001  dalam  kegiatan  usaha  budidaya  ikan,
dapat  dibagi  menjadi  dua  tahap,  yaitu  tahap  pembenihan  dan  tahap pembesaran. Tahap pembenihan dimulai dengan pengadaan benih hingga
diperoleh  benih  dengan  umur  tertentu.  Usaha  pembesaran  merupakan kelanjutan  dari  pembenihan,  yaitu  benih  yang  dibeli  kemudian
dibesarkan hingga mencapai ukuran uatau umur konsumsi.
Menurut  Kordi  2005  tahapan  kegiatan  pembenihan  patin  dari teknis pemijahan sampai pemeliharaan benih adalah sebagai berikut:
1. Pemberokan dan penimbangan induk
Calon  induk  yang  telah  matang  gonad  dipisahkan  dengan  ikan-ikan lainnya.  Calon  induk  diberok  dengan  wadah  tersendiri  dengan  cara
mempuasakan ikan selama 12-24 jam. Tujuannya agar kotoran keluar sekaligus  meyakinkan  hasil  seleksi  induk  betina.  Induk-induk  yang
matang gonad selanjutnya ditimbang untuk ditentukan jumlah hormin yang akan disuntikkan.
2. Penyuntikan
Hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  penyuntikan  adalah  dosis,  waktu, letak  dan  frekuensi  penyuntikan  serta  penanganan  induk.  Budidaya
pembenihan ikan patin saat ini dengan menggunakan hormon buatan. Hormon buatan yang sering digunakan untuk merangsang ikan adalah
ovaprim  yang  dijual  dalam  bentuk  cairan  dalam  kemasan  ampul botol  kecil.  Biasanya  setiap  botol  berisi  10  ml.  Dosis  yang
digunakan  biasanya  antara  0,5-0,75  mlinduk  betina.  Dosis  tersebut digunakan  untuk  dua  kali  penyuntikan.  Penyuntikan  pertama  dengan
dosis  13  bagian,  sedangkan  23  bagian  sisanya  diberikan  pada penyuntikan  kedua.  Selang  waktu  antara  penyuntikan  pertama  dan
kedua sekitar 12 jam. Penyuntikan  induk  jantan  harus  dilihat  tingkat  kematangannya.  Bila
induk  jantan  sangat  siap  untuk  memijah,  artinya  tanpa  disuntik  pun sperma  induk  jantan  dengan  mudah  dikeluarkan,  maka  induk  jantan
tidak harus disuntik dengan ovaprim. Namun, bila induk jantan belum terlalu  matang,  sebaiknya  induk  jantan  disuntik  ovaprim  dengan  13
dari  dosis  yang  digunakan  untuk  betina.  Penyuntikan  induk  jantan dilakukan bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
3. Pemijahan
Pemijahan  patin  dibantu  dengan  pemijatan  stripping.  Caranya,  jika sudah  waktunya,  yaitu  dekat  dengan  tanda-tanda  ovulasi  atau  sekitar
8-12 jam dari penyuntikan kedua, induk betina ditangkap. Begitu juga induk  jantan.  Induk  dilap  sampai  tidak  ada  lagi  air  yang  menetes.
Selanjutnya  perut  ikan  betina  diurut  perlahan-lahan  kearah  belakang dan  telur  yang  keluar  ditampung  dalam  piring  beremail.  Begitu  juga
perut  ikan  jantan  diurut  perlahan,  kemudian  sperma  yang  keluar ditampung dalam piring beremail. Kemudian telur dan sperma diaduk
sampai rata dengan menggunakan bulu ayam atau bulu angsa. Setelah itu masukkan air bersih ke dalam wadah pembuahan dan pengadukan
tetap dilakukan. Pada saat  ada air bersih tersebut, proses  pembuahan mulai berlangsung. Sperma  yang tidak berhasil membuahi  telur akan
mati setelah tiga menit. Telur kemudian dicuci dari sperma yang tidak berhasil membuahi.
4. Penetasan telur
Wadah  penetasan  telur  patin  dapat  berupa  akuarium,  hapa  di  dalam kolam,  bak  semen  atau  corong  petesasan  yang  dilengkapi  dengan
aerator. Telur disebar merata di dalam wadah dan dijaga agar jangan sampai  bertumpuk.  Untuk  itu,  telur  disebar  dengan  telur  ayam  agar
telur-telur  tidak  pecah.  Telur  akan  menetas  pada  18-24  jam  setelah ovulasi  pada  suhu  29-30
o
C,  kemudian  larva  mulai  bergerak  naik turun.
5. Pemeliharaan dan Perawatan Larva
Larva  berumur  satu  hari  dapat  dipindahkan  ke  wadah  pemeliharaan larva. Sebuah akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm dapat diisi
larva sebanyak 500 ekor. selama dua hari larva memanfaatkan kuning telur pada tubuhnya. Bekal kuning telur mulai habis ketika memasuki
hari ke-3, sehingga segera diberi suspense kuning telur dan makanan alami berupa kutu air, artemia, rotifer, dan jentik-jentik nyamuk. Pada
hari  ke-5,  larva  sidah  dapat  diberikan  pakan  berupa  tepung  hati  dan pada hari ke-10 larva sudah dapat diberikan cincangan cacing sutera.
Jumlah  pakan  yang  diberikan  pada  larva  adalah  sampai  kenyang  ad libitum.
6. Panen dan Pasca Panen
Faktor  panen  dan  pascapanen  yang  baik  akan  meningkatkan harga jual ikan dalam usaha budidaya ikan patin. Setelah dipanen ikan
harus  selalu  segar  hingga  sampai  ke  tangan  konsumen.  Penurunan mutu ikan akan menyebabkan nilai jualnya menjadi rendah.
Menurut  Kordi  2005  dalam  pengangkutan  benih  ikan  patin, terdapat  dua  sistem  pengangkutan,  yakni  sistem  terbuka  dan  sistem
tertutup.  Masing-masing  sistem  dipergunakan  tergantung  dari keperluannya, terutama terhadap lama atau jarak pengangkutan benih.
Pengangkutan  benih  sistem  terbuka  umumnya  dilakukan  untuk mengangkut  ikan  dalam  jarak  dekat  atau  relatif  memerlukan  waktu
yang  tidak  lama.  Sebagai  alat  pengangkut  benih  dapat  digunakan ember,  baskom,  atau  keramba  pikulan.  Namun  dapat  juga  dilakukan
dengan  alat  lain  misalnya  container  dari  plastik  dengan  alat pengangkut mobil.
Pengangkutan  benih  sistem  tertutup  umumnya  diterapkan  untuk jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4 jam. Biasanya sistem
pengangkutan  benih  ini  dilakukan  dengan  menggunakan  mobil  atau pesawat  terbang.  Wadah  yang  digunakan  adalah  kantong  plastik.
Untuk jarak dekat kantong plastik tidak perlu diisi oksigen, sedangkan untuk jarak jauh kantong harus ditambah dengan gas oksigen. Dalam
satu  kantong  plastik  biasanya  diisi  dengan  sepuluh  liter  air  bersih dengan  kapasitas  benih  300  ekorliter  berukuran  3-5  cm.  kantong
plastik  dimasukkan  ke  dalam  dos  dengan  posisi  membujur  atau ditidurkan.  Hal  ini  dimaksudkan  untuk  memperluas  permukaan  air
atau oksigen. Setelah sampai di tempat tujuan, sebelum kantong plastik dibuka,
disiapkan  terlebih  dahulu  larutan  tetrasiklin  25  ppm  dalam  baskom satu  kapsul  tetrasiklin  dalam  sepuluh  liter  air  bersih.  Setelah
kantong  plastik  dibuka,  ditambahkan  air  bersih  yang  berasal  dari
kolam  atau  perairan  setempat  sedikit  demi  sedikit  agar  perubahan suhu  air  dalam  kantong  terjadi  perlahan-lahan  sehingga  mengurangi
stres benih ikan yang diangkut. Benih ikan lalu dipindahkan ke dalam baskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
Benih  ikan  patin  dapat  langsung  ditebar  ke  dalam  kolam  atau wadah  pemeliharaan  lainnya.  Akan  tetapi  lebih  baik,  bila  benih
dikarantina  selama  satu  minggu  dalam  bak  dan  diberi  makan secukupnya.  Selain  itu,  dilakukan  pengobatan  dengan  tetrasiklin  25
ppm selama tiga hari berturut-turut. Menurut  Kordi  2005  pemanenan  ikan  dalam  kolam  yang  baik
dilakukan  dengan  mengeringkan  kolam  secara  bertahap.  Jika  air kolam sudah tersisa sedalam 20-30 cm, di bagian tengah dibuat parit
yang  menuju  ke  pintu  depan  pintu  air.  Dasar  kolam  di  dekat  pintu dibuatkan  cekungan  berbentuk  kotak.  Ikan-ikan  akan  berkumpul  di
dalam  cekungan  tersebut.  Pada  saat  itu  pintu  air  kolam  dihalangi dengan papan agar air tidak habis. Selain itu, pintu kolam juga harus
diberi  saringan  agar  ikan  tidak  melompat  keluar.  Agar  ikan  tetap hidup,  ikan  di  dalam  cekungan  ini  harus  dialiri  air  yang  segar.
Selanjutnya  ikan-ikan  ditangkap  dengan  seser  jaring  tangan  dan dipindahkan  ke  dalam  wadah-wadah  penampung  yang  sudah
disediakan. Pascapanen  ikan  patin  konsumsi  harus  disesuaikan  dengan  jarak
dan waktu tempuh dalam mengangkut ikan-ikan ke konsumen. Hal ini penting  untuk  menjaga  ikan  tetap  hidup  atau  tetap  segar  hingga
diterima konsumen. Ikan hidup diangkut dengan menggunakan wadah berupa  kantong  plastik,  seperti  pengangkutan  benih  atau  wadah
terbuka dengan bak, tong, tanki, atau wadah lainnya. Permasalahan  yang  dihadapi  dalam  pengangkutan  ikan  hidup
adalah  stres.  Ikan  yang  stres  mudah  mengalami  kematian.  Untuk mengurangi  stres  maka  diusahakan  agar  selama  pengangkutan  ikan
melakukan  gerakan  seminimal  mungkin.  Caranya  adalah  dengan menurunkan  suhu  air  angkut  atau  memberikan  obat  bius  pada  ikan.
Penggunaan  obat  bius  dapat  diterapkan  wadah  terbuka  atau  tertutup Kordi, 2005.
Usaha  pembenihan  menjadi  suatu  usaha  yang  lebih  menarik karena mempunyai beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut.
1. Kegiatan  usaha  budi  daya  ikan  tidak  terlepas  dari  kegiatan
pengadaan benih dan disebut sebagai pangkal kegiatan. 2.
Sekarang  ini  untuk  mendapatkan  benih  ikan  dengan  melakukan penangkapan  di  alam  sudah  tidak  semudah  dahulu.  Populasi  ikan
dan  benih  di  perairan  sudah  mulai  berkurang  karena  terjadi penangkapan  yang  berlebih  overfishing,  ditambah  dengan
gangguan  lingkungan  atau  polusi.  Oleh  karena  itu,  untuk memenuhi  kebutuhan  benih  bagi  kegiatan  pembesaran  perlu
dilakukan upaya produksi benih. 3.
Usaha  pembenihan  dalam  penjualan  benih  memiliki  resiko  tidak terlalu  besar.  Seandainya  benih  yang  dihasilkan  tidak  sempat
terjual  sesuai  jadwalwaktunya,  maka  penjualan  dapat  ditunda. Berbeda  dengan  usaha  pembesaran,  penundaan  penjualan  berarti
kerugian di pihak produsen. 4.
Siklus  atau  periode  usaha  pembenihan  ikan  relatif  lebih  pendek dibandingkan  dengan  melakukan  pembesaran  ikan.  Usaha
pembenihan  ikan  mempunyai  masa  siklus  bervariasi  dari  hanya empat  hari  produksi  larva  sampai  dengan  dua  bulan  produksi
fingerling atau gelondongan. Dengan masa siklus yang pendek ini perputaran uang akan semakin cepat.
5.
Kegiatan  usaha  pembenihan  tidak  memerluakan  areal  usaha  yang luas,  terlebih  bila  hanya  menginginkan  produksi  telur  atau  larva.
Dengan  demikian  biaya  investasi  yang  diperlukan  tidak  tinggi. Usaha pembenihan dapat dilakukan dalam skala kecil bila memilih
pembenihan dalam tahap larva Hernowo, 2001.
2.2.  Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin
Evaluasi  kelayakan  usaha  merupakan  suatu  usaha  untuk  mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek, apakah proyek tersebut