Tabel 8. Kerangka Kerja Enam Jalan Industri Alternatif
Industri pendidikan Kelompok Strategis
tidak terdefinisi Rantai Pembeli
KRBGuruSiswa, menjadi KRBSiswa
Penawaran Produk dan Jasa Pelengkap Hotel-Hotel di sekitar KRB
Daya Tarik Emosional-Fungsional Fun Education games, kuis, film
Waktu Komunitas
6.3. Perumusan Blue Ocean Strategy pada Wisata Kebun Raya Bogor melalui Kerangka Kerja Empat Langkah
6.3.1. Eliminate Menghilangkan
Eliminate merupakan langkah yang dilakukan dengan menghilangkan faktor persaingan yang diterima begitu saja oleh industri. Menurut pengajar
Departemen Agribisnis IPB, Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec., saat ini KRB berada dalam low perform, sehingga tidak perlu dipaksakan meniadakan faktor
persaingan.
6.3.2. Reduce Mengurangi
Langkah reduce dilakukan pada faktor-faktor yang dinilai berlebihan dalam penawarannya. Nilai faktor-faktor tersebut dikurangi hingga di bawah
standar industri. Saat ini, industri objek wisata banyak mengincar segmen pengunjung keluarga. Hal ini sangat wajar apabila melihat hasil survei dari IPSOS
yang menyatakan bahwa jenis wisata yang berorientasi keluarga dan anak-anak adalah jenis wisata yang paling digemari 39 oleh warga Indonesia.
Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi oleh pengunjung individu, pasangan, dan keluarga. Padahal, KRB tidak khusus membuka diri sebagai objek wisata dan
mengincar pasar pengunjung tersebut. Walaupun tidak menampilkan diri sebagai objek wisata, namun KRB tetap ramai dikunjungi pengunjung. Untuk itu,
perhatian pada faktor Aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga dianggap berlebihan walaupun sudah berada dibawah industri. Dengan demikian,
pengurangan perhatian pada faktor ini tidak akan mengurangi minat masyarakat
mengunjungi KRB. Aktivitas untuk pengunjung akan lebih umum dengan program fun education yang dijelaskan pada langkah raise.
6.3.3. Raise Meningkatkan
Langkah Meningkatkan ditujukan pada faktor-faktor yang memiliki kinerja rendah pada kurva nilai yang terlihat dalam kanvas strategi. Nilai faktor-
faktor tersebut ditingkatkan hingga di atas standar industri. Berikut adalah faktor- faktor yang akan ditingkatkan.
1. Toilet dan Mushola
Dua faktor ini dibahas bersamaan karena pada umumnya lokasi toilet dan mushola berdekatan. Permasalahan toilet pada umumnya adalah mengenai
kebersihan dan lokasi. Kurangnya kebersihan toilet dapat disebabkan oleh kurang sigapnya petugas kebersihan. Permasalahan lain adalah lokasi toilet dan mushola
yang sulit ditemukan pengunjung. Untuk meningkatkan faktor toilet dan mushola tersebut, KRB perlu
memperbaiki sistem pengadaan air untuk toilet dan mushola sehingga air dapat tersedia dan pengunjung dapat menggunakannya dengan nyaman. Selain itu, KRB
perlu meningkatkan kompetensi petugas kebersihan yang menjaga toilet dan mushola. Pencantuman lokasi toilet dan mushola di dalam brosur peta lokasi juga
perlu dilakukan agar pengunjung mudah mencari toilet dan mushola di dalam areal seluas 87 hektar.
2. Peta Lokasi
Peta lokasi yang disebutkan disini ada dua jenis: papan lokasi dan brosur lokasi. Berdasarkan hasil pengamatan, brosur lokasi KRB hanya diperoleh apabila
pengunjung meminta. Hal ini tentunya merugikan KRB sendiri karena daya tarik wisata yang ada praktis hanya diketahui pengunjung melalui papan lokasi.
Brosur peta lokasi KRB tidak mencantumkan lokasi toilet. Fasilitas ini sangat vital bagi pengunjung, sehingga harus dimasukkan dalam brosur peta dan
papan lokasi. Begitu juga dengan mushola, dalam brosur peta lokasi hanya dicantumkan lokasi satu mesjid, padahal KRB memiliki beberapa lokasi mushola.
Pencantuman lokasi toilet dan mushola di brosur peta lokasi penting dilakukan. Menurut Ballantyne et al 2008, untuk mendidik pengunjung yang datang
bukan untuk belajar, dapat dilakukan mulai dari pintu gerbang. Kebun raya dapat
memberikan leaflet atau selebaran yang berisi saran-saran untuk memaksimalkan kunjungan. Tindakan ini dapat meningkatkan penerimaan pesan konservasi
pengunjung dan meningkatkan pembelajaran konservasi pengunjung. Leaflet berupa peta KRB perlu dibagikan kepada pengunjung sejak pengunjung masuk
KRB saat beli tiket. 3.
Aktivitas yang menghibur entertainment; dan Aktivitas yang menambah pengetahuan educational;
Faktor Aktivitas yang menghibur entertainment dalam pembahasan ini, tidak dimaksudkan untuk pembangunan wahana baru, namun lebih pada
modifikasi dari yang sudah ada di dalam KRB. Wisatawan melakukan kunjungan ke objek wisata dengan berbagai macam
motivasi, seperti kekurangan kesenangan, kekurangan dalam hubungan antar manusia dan persahabatan, tekanan pekerjaan dan kebosanan hidup sehari-hari
Schmidhauser 1989 diacu dalam Ross 1998. Alasan utama orang mengunjungi kebun raya lebih cenderung bukan dalam yang bersifat edukasi Connell 2004;
Ballantyne et al 2008; Ward et al 2010. Vanhove 2005 menjelaskan bahwa dalam trend pariwisata, tingkat
perhatian pengunjung objek wisata terhadap isu lingkungan dan alam semakin tinggi. Pemandangan alam menjadi kunci utama dari daya tarik objek wisata.
Biasanya, pengunjung mencari lingkungan alam yang berbeda dari lingkungan alam sehari-hari pengunjung. Suasana alam yang sejuk dan pemandangan alami
yang asri menjadi alasan utama keunggulan KRB. Mayoritas pengunjung KRB adalah pelajar yang sedang karya wisata
terutama dengan materi tentang ilmu alam terutama biologi. Mereka berkunjung ke KRB karena dorongan untuk menyelesaikan tugas dari sekolah. Aktivitas
edukasi yang kurang disukai oleh pelajar dapat dilakukan dengan mengubah cara penyampaiannya. Jika biasanya pelajar diajak berkeliling sambil mendengarkan
pemandu berbicara kemudian mencatatnya, KRB dapat mengemasnya dengan pola permainan games dan kuis. Sebagai contoh, kuis Siapa Berani dan kuis
Ranking 1, merupakan kuis di stasiun televisi yang sangat populer beberapa waktu lalu. Kuis ini memberikan dan menguji ilmu pengetahuan pesertanya dengan cara
yang menyenangkan. Jenis permainan lain dapat disesuaikan dengan usia
pengunjung pelajar. Ballantyne et al. 2008 menyatakan bahwa untuk menarik perhatian pengujung yang membawa anak-anak, kebun raya dapat melakukan
kegiatan seperti treasure hunt dengan tema lingkungan atau konservasi dan permainan.
Penyampaian pendidikan juga dapat dilakukan dengan presentasi informal mengenai koleksi-koleksi yang ada di KRB. Melalui presentasi informal, pesan
konservasi dapat dengan mudah dimasukkan dan ditularkan kepada pengunjung Ballantyne et al. 2008.
Menurut Prof. EKS Harini Muntasib dari Bagian Rekreasi Alam dan Ekowisata, Departemen KSHE IPB, wisata yang cocok dikembangkan di KRB
adalah wisata edukasi seperti pemanduan, bird watching, papan interpretasi, dan lain-lain. Menurut beliau, untuk mengoptimalisasi jumlah pengunjung yang
datang di KRB, dapat dilakukan melalui stratifikasi program. Berdasarkan survei singkat yang dilakukan penulis terhadap 15 pengunjung yang sedang melakukan
aktivitas menambah pengetahuan study tour, penelitian, dan magang di KRB, nilai terhadap pemanduan guide sebesar 8,4, jalur pemanduan 7,46, bird
watching 7, papan interpretasi 8, dan wisata flora 8,6. Pemanduan merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan untuk
interpretasi alam. Menurut Eva Rachmawati, S.Hut. M.Si. dari Laboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, pemanduan di KRB
dirasakan menurun. Hal terpenting dalam pemanduan adalah pemandu. Semakin menarik pemandu membawakan interpretasi, pengunjung akan semakin
mengetahui hal-hal yang ada di dalam KRB. Untuk itu, perlu pelatihan-pelatihan pamanduan bagi pemandu agar dapat memandu dengan lebih menarik.
Selain pelatihan pemanduan, pelatihan bahasa asing penting dilakukan untuk pemandu. Leslie dan Russell 2006 menyatakan bahwa penggunaan bahasa
asing dalam pariwisata sangatlah penting. Untuk menarik wisman potensial dari Eropa, pemandu KRB perlu dilatih untuk berbahasa asing terutama bahasa dari
negara wisman potensial dari Eropa. PKT-KRB dapat mendidik pengunjung mengenai perkebunrayaan secara
umum. Materi pendidikan berupa film ini terdapat dalam program Wisata Flora. Menurut Ibu Rinrin dari Subbag Jasa dan Informasi PKT-KRB, film mengenai
perkebunrayaan ini diputar di dalam Gedung Konservasi lantai dua. Penontonnya adalah peserta Wisata Flora. Dengan beberapa modifikasi, film mengenai
perkebunrayaan dan Bunga Bangkai dapat ditonton oleh pengunjung umum. Mekanisme pemutaran film ini dapat dikemas seperti bioskop dengan jam-jam
tayang tertentu. Pemutaran video untuk wisata pendidikan juga dilakukan oleh Taman Wisata Mekarsari dengan Pongo Show-nya. Pongo Show merupakan
augmented show dengan materi mengenai Orangutan. Pembuatan film kampanye dianggap lebih efektif memberikan pendidikan
kepada masyarakat.
Pembuatan film
merupakan cara
baru dalam
mengampanyekan sebuah pesan. RARE lembaga konservasi mengembangkan sebuah metode yang dinamakan RARE Pride. Metode ini menggunakan model
berdasarkan sosial marketing. Kegiatan untuk mengampanyekan pesan konservasi dilakukan melalui berbagai cara seperti menggunakan “duta” pesan, membuat
lagu-lagu konservasi, mendesain dan menulis komik, pertemuan dan workshop stakeholder Simorangkir 2007. Beberapa contoh lembaga yang mulai
menggunakan sosial marketing dalam kampanyenya adalah BKKBN melalui lagu “Planning” yang dinyanyikan oleh sebuah band. Selain BKKBN, KPK juga mulai
berkampanye anti korupsi melalui film “Kita vs Korupsi”. Penggunaan konsep
sosial marketing perlu menjadi pertimbangan dalam mengampanyekan pesan konservasi dari KRB.
Pengunjung objek wisata pada umumnya senang dengan sesuatu yang menarik. Objek wisata lain pada umumnya memiliki maskot. Taman Safari
memiliki maskot bergambar gajah dan binatang lain. The Jungle Waterpark memiliki maskot bergambar rusa. Dunia Fantasi memiliki maskot bergambar
bekantan. Maskot ini dapat menarik dan menghibur pengunjung dengan berfoto bersama. Ciri khas KRB yaitu Bunga Bangkai dapat dibuat animasinya sehingga
dapat menarik dan menghibur pengunjung. Selain Bunga Bangkai, jenis tumbuhan lain dapat dijadikan maskot pelengkap sekaligus berfungsi mengenalkan jenis
tersebut kepada pengunjung. 4.
Pelayanan Petugas Pelayanan petugas merupakan faktor penting dalam industri jasa.
Peningkatan pelayan petugas KRB dapat dilakukan dengan cara mengadakan
pelatihan mengenai service excellent bagi pegawai terutama pada bagian yang berkaitan dengan wisata d KRB. Hal ini perlu dilakukan mengingat KRB
merupakan bagian dari sebuah lembaga penelitian yang sumber daya manusianya belum berfokus pada layanan wisata KRB.
5. Keamanan
Secara umum, tidak banyak keluhan yang terdengar mengenai keamanan di objek wisata Bogor, sehingga dapat dikatakan pengunjung merasa cukup aman
berada di objek wisata Bogor. Hal ini dapat dilihat dari nilai Keamanan KRB 7,1 relatif mendekati nilai rata-rata industri 7,5.
Namun, masih ada citra KRB sebagai lokasi mesum. Menurut beberapa pengunjung dan orang yang pernah mengunjungi KRB, perbuatan asusila di
dalam KRB cukup mengganggu. Perbuatan asusila tersebut diduga terjadi di tempat-tempat yang jarang dilalui atau di tempat-tempat yang tidak terlihat secara
jelas oleh pengunjung. Berdasarkan Laporan Tahunan PKT-KRB, gangguan keamanan yang terjadi di KRB berupa perbuatan asusila tercatat sebanyak 40,5
di tahun 2009 dan 64,52 di tahun 2010. Untuk meningkatkan kinerja faktor Keamanan dan menghilangkan kesan KRB sebagai tempat mesum, selain
menempatkan petugas di lokasi-lokasi padat pengunjung, perlu dilakukan patroli terutama di lokasi-lokasi yang dicurigai sebagai tempat mesum.
6. Kebersihan
Sangat sulit untuk menjaga kebersihan di dalam kebun seluas 87 hektar. Dari hasil pengamatan, sampah yang paling banyak terlihat adalah daun-daun
kering yang berada di pusat aktivitas pengunjung seperti kolam sekitar pintu utama KRB. Daun-daun kering menumpuk di saluran air sehingga terkesan kolam
terkesan tidak pernah dibersihkan. Untuk meningkatkan kinerja faktor ini, kebersihan yang perlu diberi fokus lebih adalah lokasi pusat aktivitas pengunjung
seperti kolam sekitar pintu utama, bangku-bangku peristirahatan, lapangan, dan area peristirahatan pengunjung.
6.3.4. Create Menciptakan