Strategi Pemasaran KRB Pemetaan Situasi Industri Objek Wisata

5. Praktek Perbanyakan Tumbuhan 6. Menanam benih tumbuhan TKSD dan praktik perkembangbiakan vegetatif SMPSMU 7. Dasar-dasar Botani 8. Karakterisasi morfologi tumbuhan, pengenalan tumbuhan obat SMP, praktek identifikasi tumbuhan dan analisi taksonomi tumbuhan SMU. 9. Eksplorasi Tumbuhan 10. Tur keanekaragaman hayati di Kebun Raya Bogor. Lokasi menarik yang ada di KRB adalah Museum Zoologi, Garden Shop toko tanaman dan cinderamata, Taman Teijman, Tugu Reindwart, Tugu Raffles, Taman Sudjana Kassan, Herbarium, Orchidarium, dan Rumah Anggrek. Apabila sedang mekar, Bunga Bangkai adalah objek yang paling dicari oleh pengunjung. Fasilitas yang ada di KRB adalah masjid, lahan parkir, guest house 2 lokasi, bangku peristirahatan, serta toilet dan mushola di beberapa lokasi. Selain Wisata Flora, KRB menyediakan layanan tour guide, shooting, foto, pesta, dan guest house. Peta lokasi KRB dapat lihat di Lampiran 3. Tarif jasa layanan yang ada di KRB dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.6. Strategi Pemasaran KRB

Dana yang diperoleh dari APBN dan PNBP digunakan untuk keperluan operasional KRB. Tidak ada alokasi dana khusus untuk memasarkan KRB, sehingga KRB tidak mengupayakan pemasaran seperti iklan di media cetak ataupun elektronik. Namun, upaya pemasaran dilakukan dengan cara below the line BTL melalui brosur dan banner. Selain itu, pemasaran dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti program pendidikan lingkungan ke sekolah-sekolah yang dilakukan dua tahun lalu, penanaman bibit pohon di DAS Ciliwung, dan pembagian bibit pohon gratis bagi pengunjung KRB dalam rangka HUT PKT- KRB. Pemasaran above the line dilakukan melalui press conference dan website, Untuk menarik dan memfasilitasi pengunjung, PKT-KRB memberikan promosi berupa diskon HTM. Tabel 5. Diskon Harga Tiket Masuk KRB Asal Pengunjung Jumlah Pengunjung Diskon HTM Pelajar TK-Mahasiswa ≥ 25 orang 50 Instansi PemerintahSwasta ≥ 50 orang 25 Umum ≥ 50 orang 10 Panti Asuhan termasuk SLB 100 VI FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KEBUN RAYA BOGOR

6.1. Pemetaan Situasi Industri Objek Wisata

Faktor kompetisi adalah faktor yang menjadi preferensi bagi konsumen, dan yang menjadi persaingan bagi pelaku dalam industri. Dalam hal ini, konsumen adalah pengunjung dan pelaku industri adalah pengelola objek wisata. Faktor-faktor kompetisi ini diperoleh dari formulasi data primer yang berasal dari responden. Dari 20 faktor yang diajukan, terpilih 9 faktor yang menjadi kunci persaingan dalam industri objek wisata Bogor. Dua puluh faktor yang diajukan adalah Parkir kendaraan kecil motor dan mobil, Parkir kendaraan besar bus, Toilet, Mushola, Rumah Makan, Pusat Souvenir, Pusat Informasi, Peta Lokasi, Harga Tiket, Jumlah wahana, Kualitas Wahana, Promosi, Iklan, Aktivitas yang menghibur entertainment, Aktivitas yang menambah pengetahuan educational, Aktivitas untuk individupasangankeluarga, Aktivitas untuk rombongan besar gathering, Pelayanan petugas, Keamanan, dan Kebersihan. Sembilan faktor yang menjadi preferensi utama pengunjung objek wisata Bogor adalah Toilet, Mushola, Peta lokasi, Aktivitaskegiatan yang menghibur entertainment, Aktivitaskegiatan menambah pengetahuan educational, Aktivitaskegiatan untuk individupasangankeluarga, Pelayanan petugas, Keamanan, dan Kebersihan. Hasil penilaian kinerja objek wisata KRB, TSI, dan TJW terhadap faktor-faktor kompetisi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penilaian Kinerja Objek Wisata KRB, TSI, dan TJW terhadap Faktor Kompetisi Objek Faktor Kompetisi Wisata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KRB 5.5 6.5 6.6 5.0 7.6 7.1 6.6 7.1 5.8 TSI 8.3 7.4 8.1 9 9 9 8.4 8.2 8.5 TJW 7.3 7.4 7.8 8.1 6.7 8.1 8.1 7.3 7.8 Industri 7.0 7.1 7.5 7.4 7.8 8.1 7.7 7.5 7.4 Kanvas strategi KRB, TSI, TJW, dan industri objek wisata Bogor pada umumnya dapat dilihat pada penggambaran kurva berikut ini: Gambar 8. Kanvas Strategi Industri Objek Wisata di Kabupaten dan Kota Bogor Keterangan Faktor-Faktor Kompetisi: 1. Toilet 2. Mushola 3. Peta Lokasi 4. Aktivitas yang menghibur entertainment 5. Aktivitas yang menambah pengetahuan educational 6. Aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga 7. Pelayanan Petugas 8. Keamanan 9. Kebersihan Berikut adalah penjelasan kinerja dari Kabun Raya Bogor, Taman Safari Indonesia, dan The Jungle Waterpark berdasarkan kanvas strategi. 1. Kebun Raya Bogor KRB Secara keseluruhan, KRB memiliki kinerja lebih rendah dari kinerja rata- rata industri. Faktor Aktivitas yang menghibur, Toilet, dan Kebersihan dinilai sangat rendah oleh pengunjung responden, sedangkan faktor Aktivitas yang menambah pengetahuan dinilai paling baik oleh responden pengunjung KRB. 2. Taman Safari Indonesia TSI Secara keseluruhan, TSI menunjukkan kinerja lebih tinggi dari kinerja rata-rata industri. Menurut sampel pengunjung TSI, Aktivitas yang 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P e n il ai an K in e r ja O b je k Wi sata Faktor-Faktor Kompetisi KRB TSI TJW Industri menghibur, Aktivitas yang menambah pengetahuan, dan Aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga sangat baik. Faktor dengan kinerja yang paling rendah adalah Mushola. 3. The Jungle Waterpark TJW Secara keseluruhan, TJW menunjukkan kinerja menyerupai rata-rata industri. Faktor Aktivitas yang menambah pengetahuan dan Keamanan menunjukkan kinerja di bawah rata-rata industri, sedangkan faktor-faktor lain berada di atas industri. Berdasarkan pendekatan Blue Ocean Strategy, kanvas strategi di atas menunjukkan kurva nilai pemain industri objek wisata di Bogor relatif berdekatan pada faktor Mushola; Peta Lokasi; Aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga; Pelayanan Petugas; dan Keamanan. Ketika kurva nilai suatu objek wisata berdekatan dengan kurva pesaing, hal ini menandakan adanya kompetisi dalam samudra merah. Kompetisi ini meningkatkan kesulitan dalam memperebutkan pangsa pasar yang terbatas. Kurva nilai KRB berada dalam low performance dibanding objek wisata lain. Untuk itu perlu diciptaan pangsa pasar baru untapped market space dan pengembangan wisata sehingga KRB dapat meningkatkan jumlah pengunjungnya.

6.2. Rekonstruksi Batasan-Batasan Pasar melalui Kerangka Kerja Enam Jalan