1.3. Tujuan
1. Memetakan kondisi industri objek wisata dan posisi Kebun Raya Bogor dalam
persaingan industri objek wisata di Kabupaten dan Kota Bogor. 2.
Merumuskan pasar pengunjung baru yang belum digarap oleh objek wisata lain dan sejalan dengan visi misi KRB
3. Meningkatkan jumlah pengunjung KRB yang memiliki kepedulian terhadap
lingkungan.
1.4. Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran khususnya bagi manajemen Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor dalam menentukan strategi pemasaran wisata KRB di tengah-tengah persaingan wisata Bogor, menjadi wacana bagi strategi pembangunan kebun raya-
kebun raya lain yang sedang dibangun di Indonesia, dan juga mendidik lebih banyak orang mengenai pentingnya melestarikan lingkungan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Industri adalah kelompok perusahaan yang memproduksi produk barang atau jasa yang serupa, seperti jasa keuangan atau minuman ringan Hunger dan
Wheelen 2001. Industri Pariwisata belum dapat didefinikan secara jelas. Mill dan Morrison 1984 dalam Yoeti 2008 menyatakan bahwa “Pariwisata merupakan
suatu gejala atau fenomena yang sulit dijelaskan. Kita bisa salah mengartikan pariwisata sebagai suatu industri. Ide sebenarnya untuk memberikan satu
kesatuan ide tentang pariwisata itu sehingga dengan demikian kesannya dilihat dari sudut pandang politis dan ekonomis akan lebih menarik dan mendapat
dukungan orang banyak ”. Penggunaan istilah „Industri Pariwisata‟ bertujuan
untuk meyakinkan orang-orang bahwa pariwisata memberi dampak positif dalam perekonomian terutama dampak dari multiplier effect yang ditimbulkan. Saat ini,
produk pariwisata sudah menjadi komoditas yang biasa diperdagangkan melalui bursa pariwisata di seluruh dunia Yoeti, 2008.
Yoeti 2008 mengemukakan enam ciri industri pariwisata, yaitu: service industri, labor intensive, capital intensive, sensitive, seasonal, dan quick yielding
industri. Berikut adalah penjelasan cari-ciri pariwisata tersebut: 1.
Service Industry Perusahaan-perusahaan yang membentuk industri pariwisata adalah
perusahaan jasa yang masing-masing bekerja sama menghasilkan produk yang dibutuhkan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya
pada suatu Daerah Tujuan Wisata DTW. Cara berproduksi seperti ini disebut lini produk masing-masing produk melengkapi produk lain untuk memberi
kepuasan kepada wisatawan. Faktor-faktor produksinya yaitu: kekayaan alam, modal, tenaga kerja, dan keterampilan. Dengan demikian dapat disadari
bahwa berlaku hukum penawaran dan permintaan dalam penyediaan jasa-jasa pariwisata. Selain itu, untuk menghasilkan penawaran dalam industri
pariwisata membutuhkan pengolahan dan pengorbanan biaya. 2.
Labor Intensive Hal yang dimaksud dengan labor intensive pariwisata sebagai industri
adalah banyak menyerap tenaga kerja.
3. Capital Intensive
Untuk membangun sarana dan prasarana industri pariwisata diperlukan modal yang besar untuk berinvestasi, namun tingkat pengembalian modal
yang diinvestasikan relatif lama dibanding dengan industri manufaktur. 4.
Sensitive Industri pariwisata sangat peka terhadap keamanan dan kenyamanan
5. Seasonal
Industri pariwisata bersifat musiman. Pada masa liburan semua kapasitas kamar-kamar hotel, restoran, dan taman-taman rekreasi terjual habis. Terjadi
hal yang sebaliknya ketika masa libur selesai. 6.
Quick Yielding Industry Dengan mengembangkan pariwisata sebagai industri, devisa lebih cepat
bila dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara konvensional.
2.2. Kebun Raya