“ Si Angel pernah berkelahi dengan si Intan. Penyebabnya pas nonton TV, si Intan merasa tersinggung karena tanpa seizinnya si Angel mengganti acara yang
disukai si Intan. Jadi berantemlah orang itu dua, bang”. Interaksi-interaksi yang diutarakan responden dan informan tersebut pada
dasarnya mengakibatkan pertentangan atau perselisihan, dimana hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian atau mungkin merugikan
masing-masing atau salah satu pihak. Bentuk aktivitas tersebut lebih tepatnya dikatakan sebagai kontak sosial negatif. Sementara dalam pola atau bentuk interaksi
sosial disebut sebagai pertikaian conflict.
5.3 Komunikasi Sosial
5.3.1 Komunikasi dalam Interaksi Sehari-hari
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara, semua responden penelitian sebanyak 12 orang 100 memberikan jawaban
menggunakan saluran komunikasi melalui bahasa isyarat dan sedikit bahasa lisan bicara. Hal ini juga diperkuat dengan data hasil kuesioner lainnya tentang cara yang
dilakukan responden untuk memanggil teman dalam jarak yang dekat dan jauh, dimana semua responden sebanyak 12 orang 100 menggunakan sentuhan dan
teriakan ketika memanggil teman dalam jarak yang dekat. Sementara untuk memanggil teman dalam jarak yang jauh, keseluruhan responden melakukannya
dengan melempar si objek yang dipanggil atau dengan melambaikan tangan hanya berhasil jika si objek yang dipanggil melihat lambaian tangan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh responden menggunakan kombinasi antara bahasa verbal dan bahasa non-verbal dalam interaksi sosial sehari-hari antar sesama tuna
Universitas Sumatera Utara
rungu wicara di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematangsiantar.
Temuan lainnya yang berhubungan dengan interaksi sosial tuna rungu wicara dalam penelitian ini adalah bahwa setiap warga binaan tuna rungu wicara, pegawai
dan staff di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematangsiantar serta orang lain yang mereka kenal memiliki nama isyarat khusus. Berdasarkan hasil
observasi dan pengamatan peneliti, nama dalam bentuk bahasa isyarat tersebut disesuaikan oleh warga binaan tuna rungu wicara dengan ciri khas, kebiasaan, suatu
tanda tertentu di wajah ataupun bentuk tubuh orang yang dimaksudkan. Seperti halnya salah seorang responden, Rifandi Harahap 19 yang memiliki bekas luka
sayatan di kedua pinggiran bibirnya, mendapat nama isyarat khusus dengan gerakan jari yang ditempelkan di kedua pinggiran bibir dan digeser menyamping ke arah luar.
Selain itu, dalam interaksi antar sesama responden tuna rungu wicara di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematangsiantar diketahui
terdapat adanya pengelompokan tertentu ketika berinteraksi dan bersosialisasi. Hal ini disebabkan oleh tingkatan kemampuan responden dalam berkomunikasi dan
kepemilikan barang pemuas kebutuhan yaitu makanan. Seperti halnya penuturan petugas asrama putri, Laila Fitriani 22:
Kalau dulu sih ada bang, tapi kalau sekarang udah gak terlalu nampak. Kalaupun ada kelompok-kelompok gitu, itu karena ngomongnya mereka nyambung atau
nggak. Sementara itu, sesuai dengan hasil wawancara, tanggapan yang diungkapkan oleh
petugas asrama putra, Dimas Pranata 15 adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Orang ini payah juga aku bilangnya bang. Yang ku lihat selama ini, siapa yang punya makanan, itu yang didekati sama yang lain.”
5.3.2 Komunikasi dan Interaksi dalam Kegiatan Belajar