Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial
yang berlaku dalam mayarakat.
2.5 Penyandang Cacat
Pengertian penyandang cacat atau disebut juga berkelainan adalah suatu kondisi yang menyimpang dari rata-rata umumnya. Penyimpangan tersebut memiliki
nilai lebih atau kurang. Efek penyimpangan yang dialami oleh seseorang seringkali mengundang perhatian orang-orang yang ada di sekelilingnya, baik sesaat maupun
berkelanjutan Efendi, 2006: 2. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang dimaksud penyandang cacat adalah setiap orang
yang mempunyai kelainan fisik, dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara
layaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental.
Meskipun kebanyakan penyandang cacat jelas memperlihatkan gangguan psikologi yang karena cacat tubuhnya, namun seberapa jauh daya rusaknya berbeda-
beda dari satu orang ke orang yang lain dan amat bergantung pada beberapa faktor, lima diantaranya tergolong paling sering terjadi.
1. Parahnya cacat tubuh akan mempengaruhi seseorang dalam memandang
cacatnya itu. Semakin besar kemungkinan cacat tubuhnya dapat ditutupi, maka orang tersebut merasa cukup aman dari pandangan orang lain, dan
pengaruh psikologinya tidak begitu kentara.
Universitas Sumatera Utara
2. Saat terjadi cacat tubuh maka akan mempengaruhi seseorang dalam
membangun penyesuaian diri terhadap hal itu. Apabila cacat itu terjadi pada masa bayi atau setelah kelahiran, maka penyesuaian dirinya akan
lebih baik dibandingkan dengan bila cacat itu terjadi saat usia yang cukup besar.
3. Seberapa jauh cacat seseorang sehingga mempengaruhi keseluruhan
gerak-geriknya sangat mempengaruhi sikap orang tersebut. Misalnya orang yang buta atau lumpuh, jelas akan lebih terbatas gerakannya
dibandingkan dengan anak yang tuli. 4.
Apabila orang yang melihatnya tidak mampu menyembunyikan para bekas kasihannya, maka dalam diri penyandang cacat akan timbul
perasaan mengasihani diri sendiri. 5.
Sikap penyandang cacat terhadap cacatnya juga akan menimbulkan akibat pada cacatnya itu. Misalnya ada beberapa penyandang cacat yang dapat
menerima bahwa dirinya cacat dan ada juga yang tetap berusaha meyakinkan dirinya tidak berbeda dari orang yang normal. Hurlock,
1993: 135
2.6 Tuna Rungu Wicara 2.6.1 Pengertian Tuna Rungu Wicara