Antiinflamasi Steroid Adrenal Glukokortikoida

senyawa leukotrien yaitu LTC 4 dan LTD 4 dapat menyebabkan peradangan, reaksi anafilaksis, reaksi alergi dan asma. LTE 4 menyebabkan gejala hipersensitivitas, bronkokonstriksi, kontraksi otot polos dan permeabilitas vaskular. Aktivitasnya jauh lebih kecil dari prazatnya yaitu LTC 4 dan LTD 4 tetapi lebih stabil secara biologis dari ketiga leukotrien lain Mansjoer, 1999.

2.4 Obat-obat Antiinflamasi

Obat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang ataupun menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi dibagi menjadi dua golongan utama Katzung, 2002 yaitu: a. golongan steroid adrenal b. golongan non-steroid

2.4.1 Antiinflamasi Steroid Adrenal Glukokortikoida

Antiinflamasi golongan steroid adrenal bekerja dengan menghambat enzim fosfolipase A 2 Efek antiinflamasi steroid adrenal berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin, yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase A secara tidak langsung dengan menginduksi sintesis protein G Campbell, 1991. 2 Steroid adrenal akan membahayakan jika tidak sesuai dengan indikasi dan arahan penggunaannya. Penggunaan jangka panjang menyebabkan efek samping cukup berat seperti hipokalemia, tukak lambung, penekanan pertumbuhan, osteoporosis, muka bulat, penekanan sekresi kortikotropin, atropi sehingga mencegah pelepasan mediator peradangan, yaitu asam arakhidonat dan metabolitnya seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan dan prostasiklin. Steroid adrenal dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase, sedangkan AINS hanya memblok alur siklooksigenase. Hal ini dapat menjelaskan mengapa steroid adrenal mempunyai aktivitas antiinflamasi yang lebih besar dibanding AINS. Universitas Sumatera Utara kulit, memperberat penyakit diabetes melitus, mudah terkena infeksi, glaukoma, hipertensi, gangguan menstruasi, dan perubahan mental atau tingkah laku. Penghentian pengobatan secara tiba-tiba menyebabkan ketidakcukupan adrenal yang akut dan menimbulkan gejala seperti otot menjadi lemah, nyeri otot, demam, perubahan mental, mual, hipoglikemia, hipotensi, dehidrasi dan bahkan kadang-kadang menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penghentian glukokortikoida harus dilakukan dengan mengurangi dosis secara bertahap Siswandono dan Bambang, 1995. 2.4.2 Obat Antiinflamasi Non-steroid AINS AINS merupakan kelompok obat-obat yang bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Obat-obat ini juga dikenal sebagai penghambat prostaglandin, mempunyai efek analgesik dan antipiretik yang berbeda-beda terutama digunakan sebagai antiinflamasi untuk meredakan peradangan dan nyeri. Efek antipiretik golongan obat ini tidak sekuat efek antiinflamasinya. Kecuali aspirin, penggunaan preparat-preparat AINS tidak dianjurkan untuk meredakan sakit kepala ringan dan demam. AINS lebih sesuai digunakan untuk mengurangi pembengkakan, nyeri dan kekakuan sendi Kee dan Evelyn, 1996. Obat-obat AINS bekerja dengan cara menstabilkan membran lisosomal, menghambat pembebasan dan aktivitas mediator peradangan histamin, serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya, menghambat migrasi sel ke tempat peradangan, menghambat proliferasi seluler, menetralisasi radikal oksigen dan menekan rasa nyeri Noer, 1996. Penggolongan obat antiinflamasi menurut Goodman dan Gillman 1996 dengan beberapa contoh senyawa yang termasuk ke dalamnya adalah sebagai berikut: a. Obat antiinflamasi steroida adrenal, misalnya kortison, hidrokortison, deksametason, dan prednison. b. Obat antiinflamasi non-steroida AINS: i. turunan asam salisilat, misalnya aspirin, diflunisal, sulfasalazin, dan olsalazin. Universitas Sumatera Utara ii. turunan para-aminofenol, misalnya asetaminofen iii. indol dan asam indene asetat, misalnya indometasin, sulindak dan etodolak iv. asam heteroaril asetat, misalnya tolmetin, diklofenak, dan ketorolak v. asam arilpropionat, misalnya ibuprofen, naproksen, fenoprofen, dan ketoprofen vi. asam antranilat fenamat, misalnya asam mefenamat, dan asam meklofenamat vii. asam enolat, misalnya oksikam piroksikam, tenoksikam, dan pirazolidin viii. fenilbutazon, oksifentatrazon ix. alkanon, misalnya nabumeton. 2.5 Indometasin 2.5.1 Sifat kimia