Uji Efek Antiinflamasi Ektrak Etanol Mondokaki EEM

1 secara intraplantar, pengukuran radang dilakukan dengan menggunakan Plestismometer digital UGO Basile Cat.No. 7140. Pengukuran uji efek antiinflamasi ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu apabila suatu benda padat dimasukkan ke dalam zat cair, akan memberi gaya atau tekanan ke atas sebesar volume yang dipindahkannya. Pada penelitian ini digunakan λ-karagenan sebagai zat penyebab radang karena dapat menginduksi peradangan akut dan bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang setelah 24 jam serta tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan. Radang yang ditimbulkan λ-karagenan dipengaruhi oleh obat-obat antiinflamasi dengan respon yang lebih peka dibandingkan bahan iritan lainnya Juheini,1990. Setelah dilakukan orientasi dengan variasi dosis suspensi ekstrak etanol daun mondokaki EEM 300, 400, 500, 600 dan 700 mgkg BB, dipilih dosis yang memberikan efek antiinflamasi optimum yaitu dengan nilai persen radang mendekati nilai persen radang suspensi indometasin SI dengan dosis 10 mgkg BB sebagai pembanding. Dosis yang dipilih adalah 500, 600 dan 700 mgkg BB, karena ketiga dosis tersebut memberikan efek antiinflamasi yang paling baik dibandingkan dosis yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap suspensi EEM SEEM, suspensi En-HM SEn-HM dan suspensi EEAcM SEEAcM.

4.1.1 Uji Efek Antiinflamasi Ektrak Etanol Mondokaki EEM

Pengujian efek antiinflamasi EEM dilakukan terhadap 5 kelompok perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak 6 kali, yaitu kelompok I CMC 0,5, kelompok II Indometasin SI dosis 10 mgkg BB sebagai pembanding, Universitas Sumatera Utara sedangkan kelompok III, IV dan V diberikan suspensi ekstrak etanol mondokaki SEEM dengan dosis 500, 600, dan 700 mgkg BB Gambar 4.1. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 Waktu Menit P ers en ra da ng C MC 0,5 S I 10 mgk g B B S E E M 500 mgk g B B S E E M 600 mgk g B B S E E M 700 mgk g B B Gambar 4.1: Grafik persen radang versus waktu mean ± SEM pada berbagai perlakuan SEEM Merujuk pada Gambar 4.1 bahwa pemberian SEEM 500 mgkg BB, SEEM 600 mgkg BB dan SEEM 700 mgkg BB menunjukkan persen radang yang jauh berbeda dengan SCMC 0,5. Persen radang yang terjadi setelah pemberian SEEM dosis 500 mgkg BB, 600 mgkg BB dan 700 mgkg BB tidak berbeda jauh dengan persen radang dari SI 10 mgkg BB sebagai pembanding. Perhitungan inhibisi radang diperoleh dengan membandingkan nilai persen radang tiap kelompok hewan uji dengan nilai persen radang kontrol Gambar 4.2 Berdasarkan grafik tersebut inhibisi radang terbesar dihasilkan oleh SI 10 mgkg BB sebagai pembanding, SEEM 600 mgkg BB, SEEM 700 mgkg BB dan SEEM 500 mgkg BB Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 70 80 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 Waktu Menit P er se n I nhi bi si R ada ng S I 10 mgk g B B S E E M 500 mgk g B B S E E M 600 mgk g B B S E E M 700 mgk g B B Gambar 4.2: Grafik persen inhibisi radang versus waktu mean ± SEM pada berbagai perlakuan SEEM Uji analisis variansi Anava terhadap nilai persen radang dari menit ke-30 sampai menit ke-360 dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pengaruh obat uji yaitu SEEM terhadap SI dan CMC 0,5 pada setiap perlakuan kelompok hewan uji dengan menggunakan program SPSS versi 11 Tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1: Tabel Anava perlakuan antar kelompok persen radang kaki mencit mulai dari menit ke-30 sampai menit ke-360 SEEM Universitas Sumatera Utara Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persen radang yang signifikan antar kelompok perlakuan diantara menit ke-30 sampai menit ke-330 P0,05, namun pada menit ke-360 tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan nilai signifikan 0,095; p0,05. Uji beda rerata Duncan dilakukan untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil sampai dengan terbesar antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain pada tiap waktu pengukuran dari menit ke-30 sampai menit ke-360. Pada menit ke-30, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 700 mgkg BB, SEEM 600 mgkg BB dan SEEM 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,367; p0,05 tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 1,000; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB Tabel 4.2. Tabel 4.2: Hasil uji lanjutan Duncan antar kelompok pada menit ke-30 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-60, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 700 mgkg BB, SEEM 600 mgkg BB Universitas Sumatera Utara dan SEEM 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,176; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB, SEEM 600, 700 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,028; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 3 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 600, 700 mgkg BB Tabel 4.3. Tabel 4.3: Hasil uji lanjutan Duncan antar kelompok pada menit ke-60 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-90, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 700 mgkg BB dan SEEM 600 mgkg BB nilai signifikansi 0,262; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB dan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 3 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 600, 700 mgkg BB Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4: Hasil uji lanjutan Duncan antar kelompok pada menit ke-90 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-120, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 700 mgkg BB dan SEEM 600 mgkg BB nilai signifikansi 0,655; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB dan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB Tabel 4.5. Tabel 4.5: Hasil uji lanjutan Duncan antar kelompok pada menit ke-120 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-150, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500, 600 dan 700 mgkg BB Universitas Sumatera Utara nilai signifikansi 0,196; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB dan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB Tabel 4.6. Tabel 4.6: Hasil uji lanjutan Duncan antar kelompok pada menit ke-150 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-180, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 600 dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,498; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB dan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB Tabel 4.7. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-180 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-210, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500, 600 dan 700 mgkg BB nilai signifikan 0,055; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikan 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB Tabel 4.8. Tabel 4.8: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke- 210 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-240, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500, 600 dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,087; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan Universitas Sumatera Utara yang signifikansi dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,001; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB Tabel 4.9. Tabel 4.9: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-240 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-270, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 600 dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,283; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,000; p0,05 Tabel 4.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-270 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-300, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500, 600 dan 700 mgkg BB nilai signifikan 0,228; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikan 0,021; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 3 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 600, 700 mgkg BB nilai signifikan 0,021; p0,05 Tabel 4.11. Tabel 4.11: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-300 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-330, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500, 600 dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,174; p0,05 tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan Universitas Sumatera Utara yang signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,015; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 3 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,015; p0,05 Tabel 4.12. Tabel 4.12: Hasil uji lanjutan Duncan antar kelompok pada menit ke-330 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Hasil uji Anava pada menit ke-360 terdapat nilai signifikan 0,095, artinya tidak ada perbedaan antara tiap kelompok uji. Hal ini disebabkan efek antiinflamasi SEEM pada menit ke-360 sudah tidak ada. Hasil analisis terhadap luas area di bawah kurva dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan, yaitu untuk melihat perlakuan mana yang memiliki efek paling besar hingga paling kecil. Hasil analisis statistik uji lanjutan Duncan terhadap luas area di bawah kurva Area under curve atau AUC dari nilai persen radang dapat dilihat pada Gambar 4.3. AUC tidak dipandang dari sudut biofarmasi, tetapi menggambarkan kekuatan efek antiinflamasi dari masing-masing perlakuan. Efek antiinflamasi paling besar ditunjukkan dengan nilai AUC yang paling kecil, karena semakin kecil AUC maka efek antiinflamasinya semakin baik. Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 4.3. nampak bahwa SI dosis 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM dosis 600 dan 700 mgkg BB, namun SI dosis 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan SEEM dosis 500 mgkg BB, sedangkan SEEM dosis 500 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEM dosis 700 mgkg BB. SI dosis 10 mgkg BB, dan SEEM dosis 500, 600, 700 mgkg BB berbeda signifikan terhadap CMC 0,5. Semakin besar nilai AUC maka efek antiinflamasi yang dihasilkan semakin jelek. 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 C MC 0,5 S I 10 mgkg B B S E E M 500 mgkg B B S E E M 600 mgkg B B S E E M 700 mgkg B B Perlakuan L u as A re a d i B aw ah K u rva G raf ik P er se n r ad an g Gambar 4.3: Grafik luas area di bawah kurva persen radang terhadap waktu pada berbagai perlakuan SEEM Keterangan : = berbeda signifikan dengan CMC 0,5; + = berbeda signifikan dengan SI 10 mgkg BB; = berbeda signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB; = berbeda signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB; ~ = berbeda signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB; tb+ = tidak berbeda signifikan dengan SI 10 mgkg BB; tb = tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB; tb = tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB; tb~ = tidak berbeda signifikan dengan SEEM 500 mgkg BB + ~ tb tb + tb~ tb+ tb~ tb+ tb tb Universitas Sumatera Utara Hasil uji efek antiinflamasi SEEM 600 mgkg BB, memiliki efek yang lebih besar dibandingkan dengan dosis 500 mgkg BB, dan dosis 700 mgkg BB dalam menekan peradangan yang ditandai oleh persentase peradangan yang lebih kecil. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2; pada menit ke-180, SEEM 600 mgkg BB memberikan efek inhibisi radang tertinggi yaitu sebesar 57,63 mendekati persen inhibisi radang SI 10 mgkg BB sebesar 68,31 pada menit ke- 150 dan pada menit ke-180 sebesar 64,29, yang menunjukkan efek antiinflamsi yang paling baik. Berdasarkan pemaparan di atas, semakin besar dosis, respon antiinflamasi yang dihasilkan tidak berarti semakin besar pula, dalam hal ini SEEM dosis 600 mgkg BB memiliki antiinflamasi lebih besar dibandingkan SEEM 700 mgkg BB, ini kemungkinan karena bahan yang diuji adalah ekstra kasar crude ekstract, bisa saja dengan peningkatan dosis terjadi interaksi secara internal di dalam ekstrak yang berkhasiat sebagai antiinflamasi dengan yang mengecilkan atau meniadakan efek inflamasi, artinya, efek peningkatan antiinflamasi ekstrak ini hanya terjadi pada dosis tertentu saja. Namun efek antiinflamasi ketiga dosis masih lebih kecil bila dibandingkan efek antiinflamasi SI 10 mgkg BB. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kecilnya zat berkhasiat yang terkandung dalam EEM sebagai crude ekstrak atau kemungkinan akan terjadi interaksi di antara senyawa yang terkandung dalam crude ekstrak sehingga menurunkan kerja zat aktif yang bertindak sebagai inhibitor inflamasi sehingga dengan dosis yang kecil indometasin aktivitasnya lebih tinggi untuk menurunkan inflamasi yang diinduksi karagenan 1. Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Uji Antiinflamasi Suspensi Ekstrak n-Heksana Mondokaki SEn-HM