Uji Antiinflamasi Suspensi Ekstrak n-Heksana Mondokaki SEn-HM

4.1.2 Uji Antiinflamasi Suspensi Ekstrak n-Heksana Mondokaki SEn-HM

Mengacu pada uji SEEM, uji SEn-HM juga menggunakan dosis yang sama yaitu 500 mgkg BB, 600 mgkg BB, dan 700 mgkg BB. Hasil persen radang setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 4.4. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 Wak tu Men it P er se n R a da ng C MC 0,5 S I 10 mgk g B B S E n-HM 500 mgk g B B S E n-HM 600 mgk g B B S E n-HM 700 mgk g B B Gambar 4.4: Grafik persen radang versus waktu mean ± SEM pada berbagai perlakuan SEn-HM Merujuk pada Gambar 4.4. bahwa pemberian SEn-HM dosis 500 mgkg BB, 600 mgkg BB dan 700 mgkg BB menunjukkan persen radang yang jauh berbeda dengan SI 10 mgkg BB sebagai pembanding. Persen radang yang terjadi setelah pemberian SEn-HM dosis 500 mgkg BB, 600 mgkg BB, dan 700 mgkg BB tidak berbeda jauh dengan persen radang CMC 0,5. Perhitungan inhibisi radang diperoleh dengan membandingkan nilai persen radang tiap kelompok hewan uji dengan nilai persen radang kontrol Gambar 4.5. Berdasarkan grafik tersebut inhibisi radang terbesar dihasilkan oleh SI 10 mgkg Universitas Sumatera Utara BB sebagai pembanding, SEn-HM 600 mgkg BB, SEn-HM 700 mgkg BB dan SEn-HM 500 mgkg BB Gambar 4.5.. 10 20 30 40 50 60 70 80 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 Waktu Menit P er se n I nhi bi si R ada ng S I 10 mgk g B B S E n-HM 500 mgk g B B S E n-HM 600 mgk g B B S E n-HM 700 mgk g B B Gambar 4.5: Grafik persen inhibisi radang versus waktu mean ± SEM pada berbagai perlakuan SEn-HM Uji analisis variansi Anava terhadap nilai persen radang dari menit ke-30 sampai menit ke-360 dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pengaruh obat uji yaitu SEn-HM terhadap SI dan CMC 0,5 pada setiap perlakuan kelompok hewan uji dengan menggunakan program SPSS versi 11 Tabel 4.13. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.13: Tabel Anava perlakuan antar kelompok persen radang kaki mencit mulai dari menit ke-30 sampai menit ke-360 SEn-HM Universitas Sumatera Utara Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persen radang yang signifikan antar kelompok perlakuan di antara menit ke-30 sampai menit ke-330 P0,05, namun pada menit ke-360 tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan nilai signifikansi 0,052; p0,05. Uji beda rerata Duncan dilakukan untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil sampai dengan terbesar antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain pada tiap waktu pengukuran dari menit ke-30 sampai menit ke-360. Pada menit ke-30, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan SEnHM 700 mgkg BB, SEEM 600 mgkg BB dan SEn-HM 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,005; p0,05 tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,005; p0,05, namun CMC 0,5 berbeda signifikan terhadap 4 kelompok uji lainnya yaitu SI 10 mgkg BB, dan SEn-HM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,005; p0,05 Tabel 4.14. Tabel 4.14: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-30 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-60, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,030; p0,05, namun CMC 0,5 tidak berbeda signifikan terhadap 2 kelompok uji lainnya yaitu SEn-HM dosis 500, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,095; p0,05. SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,145; p0,05 Tabel 4.15. Tabel 4.15: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-60 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-90, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5, SEn-HM 500, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,005; p0,05, namun CMC 0,5 tidak berbeda signifikan terhadap 2 kelompok uji lainnya yaitu SEn-HM dosis 500, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,052; p0,05. SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 600 mgkg BB nilai signifikansi 0,050; p0,05 Tabel 4.16. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-90 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-120, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5, SEn-HM 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 tidak berbeda signifikan terhadap 3 kelompok uji lainnya yaitu SEn-HM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,093; p0,05 Tabel 4.17. Tabel 4.17: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-120 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-150, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5, SEn-HM 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 tidak berbeda signifikan Universitas Sumatera Utara terhadap 2 kelompok uji lainnya yaitu SEn-HM dosis 500, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,073; p0,05 Tabel 4.18. Tabel 4.18: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-150 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-180, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5, SEn-HM 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 tidak berbeda signifikan terhadap 2 kelompok uji lainnya yaitu SEn-HM dosis 500, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,052; p0,05 Tabel 4.19. Tabel 4.19: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-180 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-210, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5, SEn-HM 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun CMC 0,5 tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,062; p0,05 Tabel 4.20. Tabel 4.20: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-210 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-240, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,010; p0,05, namun SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,104; p0,05 Tabel 4.21. Tabel 4.21: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-240 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-270, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikan 0,000; p0,05, namun SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikan 0,129; p0,05 Tabel 4.22. Tabel 4.22: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-270 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-300, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,042; p0,05, namun SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,256; p0,05 Tabel 4.23. Tabel 4.23: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-300 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-330, hasil uji beda rerata Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5 nilai signifikansi 0,023; p0,05, namun SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 500, 600, 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,204; p0,05 Tabel 4.24. Tabel 4.24: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-330 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Hasil uji Anava pada menit ke-360 terdapat nilai signifikan 0,095, artinya tidak ada perbedaan antara tiap kelompok uji. Hal ini disebabkan efek antiinflamasi SEn-HM pada menit ke-360 sudah tidak ada. Hasil analisis terhadap luas area di bawah kurva dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan, yaitu untuk melihat perlakuan mana yang memiliki efek paling besar hingga paling kecil. Hasil uji analisis variansi terhadap luas area dibawah kurva menunjukkan perbedaan rerata antar perlakuan dengan nilai signifikansi 0,000 p0,05. Hasil uji analisis variansi terhadap luas area di bawah kurva menunjukkan perbedaan rerata antar perlakuan dengan nilai signifikansi 0,000 p0,05. Hasil analisis statistik uji lanjutan Duncan terhadap luas area di bawah kurva Area under curve atau AUC dari nilai persen radang dapat dilihat Universitas Sumatera Utara pada Gambar 4.6. AUC tidak dipandang dari sudut biofarmasi, tetapi menggambarkan kekuatan efek antiinflamasi dari masing-masing perlakuan. Efek antiinflamasi paling besar ditunjukkan dengan nilai AUC yang paling kecil, karena semakin kecil AUC maka efek antiinflamasinya semakin baik. Pada Gambar 4.6 nampak bahwa SI dosis 10 mgkg BB berbeda signifikan dengan CMC 0,5, SEn-HM dosis 500, 600, dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,000; p0,05, namun SEn-HM dosis 500 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM dosis 600, dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,451; p0,05. Efek yang paling baik ditunjukkan pada SEn-HM dosis 600 mgkg BB, karena mempunyai nilai AUC terkecil mendekati SI 10 mgkg BB sebagai pembanding. Semakin besar nilai AUC maka efek antiinflamasi yang dihasilkan semakin jelek. 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 C MC 0,5 S I 10 mgkg B B S E n-HM 500 mgkg B B S E n-HM 600 mgkg B B S E n-HM 700 mgkg B B P erlaku an L u a s A re a d i B a w a h K u rv a G ra fi k P e rs e n r a da ng Gambar 4.6: Grafik luas area di bawah kurva persen radang terhadap waktu pada berbagai perlakuan SEn-HM Keterangan: = berbeda signifikan dengan CMC 0,5; + = berbeda signifikan dengan SI 10 mgkg BB; = berbeda signifikan dengan SEn-HM 500 mgkg BB; = berbeda + ~ ~ + tb tb~ + tb tb~ + tb tb Universitas Sumatera Utara signifikan dengan SEn-HM 600 mgkg BB; ~ = berbeda signifikan dengan SEn-HM 700 mgkg BB; tb+ = tidak berbeda signifikan dengan SI 10 mgkg BB; tb = tidak berbeda signifikan dengan SEn-NH 500 mgkg BB; tb = tidak berbeda, signifikan dengan SEn-HM 600 mgkg BB; tb~ = tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM 700 mgkg BB 4.1.3 Uji efek antiinflamasi Ekstrak Etil Asetat Mondokaki EEAcM Perlakuan uji efek antiinflamasi SEEAcM terhadap hewan uji sama dengan SEn-HM juga mengacu pada uji SEEM yaitu menggunakan dosis yang sama yakni SEEAcM 500 mgkg BB, SEEAcM 600 mgkg BB dan SEEAcM 700 mgkg BB. Hasil persen radang yang diperoleh dari setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 4.7 dibawah ini. 20 40 60 80 100 120 140 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 W a ktu Me nit P e rs e n r a da ng C MC 0,5 S I 10 mgk g B B S E E A c M 500 mgk g B B S E E A c M 600 mgk g B B S E E A c M 700 mgk g B B Gambar 4.7: Grafik persen radang versus waktu mean ± SEM pada berbagai perlakuan SEEAcM Merujuk pada Gambar 4.7. bahwa pemberian SEEAcM dosis 500 mgkg BB, 600 mgkg BB dan 700 mgkg BB menunjukkan persen radang yang jauh berbeda dengan SI 10 mgkg BB sebagai pembanding. Persen radang yang terjadi Universitas Sumatera Utara setelah pemberian SEEAcM dosis 500 mgkg BB, 600 mgkg BB, dan 700 mgkg BB tidak berbeda jauh dengan persen radang CMC 0,5. Perhitungan inhibisi radang diperoleh dengan membandingkan nilai persen radang tiap kelompok hewan uji dengan nilai persen radang kontrol Gambar 4.8 Berdasarkan grafik tersebut inhibisi radang terbesar dihasilkan oleh SI 10 mgkg BB sebagai pembanding, SEEAcM 600 mgkg BB, SEEAcM 500 mgkg BB dan SEEAcM 700 mgkg BB Gambar 4.8. -10 10 20 30 40 50 60 70 80 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 Waktu M e nit P er se n I nhi bi si R ada ng SI 10 mgkg BB SEEAcM 500 mgkg BB SEEAcM 600 mgkg BB SEEAcM 700 mgkg BB Gambar 4.8: Grafik persen inhibisi radang versus waktu mean ± SEM pada berbagai perlakuan suspensi ekstrak etil asetat mondokaki SEEAcM Uji analisis variansi Anava terhadap nilai persen radang dari menit ke-30 sampai menit ke-360 dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pengaruh obat uji yaitu SEEAcM terhadap SI dan CMC 0,5 pada setiap perlakuan kelompok hewan uji dengan menggunakan program SPSS versi 11 Tabel 4.25. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.25: Tabel Anava perlakuan antar kelompok persen radang kaki mencit mulai dari menit ke-30 sampai menit ke-360 SEEAcM Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-30, perbedaan rerata inhibisi radang antar kelompok uji diperoleh nilai signifikansi 0,002 P0,05. Berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan SI 10 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 600 mgkg BB dan SEEAcM 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,600; p0,05, begitu juga SEEAcM 500 mgkg BB tidak berbeda signinifikan dengan SSEAcM 700 mgkg nilai signifikansi 0,065; p0,05, tetapi SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan CMC 0,5 dan SEEAcM 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,002; p0,05 Tabel 4.26. Tabel 4.26: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-30 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-60, diperoleh nilai signifikansi perbedaan rerata inhibisi radang antar kelompok adalah 0,042 p0,05. Berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan terhadap perbedaan rerata inhibisi radang antar kelompok, SI 10 mgkg BB dengan SEEAcM 600 mgkg BB dan SEEAcM 500 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan nilai signifikansi 0,100; p0,05, begitu juga SCMC 0,5 tidak menujukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 600 mgkg BB, SEEAcM 500 mgkg BB dan SEEAcM 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,105; p0,05 Tabel 4.27. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.27: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-60 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-90, perbedaan rerata radang inhibisi antar kelompok diperoleh nilai signifikansi 0,003 p0,05. Hasil uji beda rata-rata Duncan menunjukkan, SI 10 mgkg BB tidak berbeda nyata dengan SEEAcM 600 mgkg BB dan SEEAcM 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,060; p0,05. Begitu juga antara SEEAcM 600, SEEAcM 500 mgkg BB dan SEEAcM 700 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai signifikansi 0,523; p0,05, tetapi semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan SCMC 0,5 nilai signifikansi 1,000; p0,05 Tabel 4.28. Tabel 4.28: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-90 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-120, diperoleh nilai signifikansi perbedaan rerata inhibisi antar kelompok adalah 0,000 p0,05. Pada hasil uji lanjutan Duncan, perbedaan rerata inhibisi radang antar kelompok, SI 10 mgkg BB dengan SEEAcM 600 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai signifikansi 0,176; p0,05, begitu juga antara SEEAcM 600 mgkg BB, SEEAcM 500 mgkg BB dan SEEAcM 700 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai signifikansi 0,135; p0,05 tetapi semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan SCMC 0,5 nilai signifikansi 0,100; P0,05 Tabel 4.29. Tabel 4.29: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-120 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-150, perbedaan rerata inhibisi radang antar kelompok diperoleh nilai signifikansi 0,001 p0,05. Hasil uji lanjutan Duncan, SI 10 mgkg BB tidak berbeda nyata dengan SEEAcM 600 mgkg BB dan SEEAcM 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,058; p0,05 begitu juga SEEAcM 600 mgkg BB, 500 mgkg BB dan 700 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan nilai signifikansi 0,253; p0,05, tetapi menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SCMC 0,5 dan SEEAcM 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,047; p0,05 Tabel 4.30. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.30: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-150 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-180, perbedaan rerata inhibisi radang antar kelompok diperoleh nilai signifikansi 0,000 p0,05. Berdasarkan hasil uji Duncan, SI 10 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan SEEAcM 600 mgkg BB nilai signifikansi 0,107; p0,05, begitu juga dengan SEEAcM 600 mgkgBB, 500 mgkg BB dan 700 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai signifikansi 0,167; p0,05 tetapi, semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan SCMC 0,5 nilai signifikansi 1,000; p0,05 Tabel 4.31. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.31: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-180 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-210, diperoleh perbedaan rerata inhibisi radang antar kelompok dengan nilai signifikansi 0,004 p0,05. Pada uji lanjutan Duncan, SI 10 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 600 mgkg BB nilai signifikansi 0,068; p0,05, demikian juga SEEAcM 600 mgkg BB, 500 mgkg BB dan 700 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan signifikan nilai signufikansi 0,194; p0,05, sedangkan SCMC 0,5 tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan SEEAcM 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,088; p0,05 Tabel 4.32. Tabel 4.32: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-210 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-240, diperoleh nilai signifikansi rerata inhibisi radang antar kelompok yakni 0,004 p0,05. Pada uji lanjutan Duncan ditunjukkan SI 10 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 600 mgkg BB dan 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,120; p0,05, begitu juga SEEAcM 600 mgkg BB, 500 mgkg BB dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,288; p0,05, tetapi berbeda signifikan dengan SCMC 0,5 dan SEEAcM 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,090; p0,05 Tabel 4.33. Tabel 4.33: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-240 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-270, perbedaan rerata inbisi antar kelompok diperoleh nilai signifikansi 0,000 p0,05. Hasil uji lanjutan Duncan menunjukkan SI 10 mgkg BB berbeda nyata dengan semua perlakuan nilai signifikansi 1,000; p0,05, tetapi SEEAcM 600 mgkg BB, 500 mgkg BB dan 700 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan nilai signifikansi 1,157; p0,05, sedangkan SCMC 0,5 tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,119; p0,05 Tabel 4.34. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.34: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-270 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Pada menit ke-300, diperoleh nilai siginifikansi perbedaan rerata inhibisi antar kelompok adalah 0,029 p0,05. Pada uji Duncan ditunjukkan, SI 10 mgkg BB berbeda nyata dengan SEEAcM 600 mgkg BB dan 500 mgkg BB nilai signifikansi 0,290; p0,05, begitu juga SEAcM 600 mgkg BB, 500 mgkg BB dan SEEAcM 700 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai signifikansi 0,196; p0,05, sedangkan SCMC 0,5 dengan SEEAcM 500 mgkg BB dan 700 mgkg BB juga tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai signifkansi 0,056; p0,05 Tabel 4.35. Tabel 4.35: Hasil uji lanjutan antar perlakuan pada menit ke-300 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Universitas Sumatera Utara Pada menit ke-330, perbedaan rerata antar kelompok diperoleh nilai signifikansi 0,026 p0,05. Berdasarkan hasil uji Duncan, SI 10 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 500 mgkg BB, 600 mgkg BB, dan 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,62; p0,05, tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan SCMC 0,5 dan SEEAcM 700 mgkg BB nilai signifikansi 0,279; p0,05 Tabel 4.36. Tabel 4.36: Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-330 Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6 Hasil uji Anava pada menit ke-360 terdapat nilai signifikan 0,095, artinya tidak ada perbedaan antara tiap kelompok uji. Hal ini disebabkan efek antiinflamasi SEEAcM pada menit ke-360 sudah tidak ada. Berdasarkan pemaparan di atas dan hasil uji Duncan ditemukan bahwa perbedaan rerata inhibisi radang antar dosis perlakuan, secara umum SEEAcM dosis 600 mgkg BB dan dosis 500 mgkg BB tidak berbeda signifikan dengan SI 10 mgkg BB, tetapi berbeda signifikan dengan SEEAcM 700 mgkg BB dan SCMC 0,5, kecuali pada menit ke-120, SEEAcM 600 mgkg BB dan SI 10 mgkg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan semua dosis Universitas Sumatera Utara perlakuan, dan untuk melihat hasil yang terbaik dari semua perlakuan dilakukan juga uji statistik terhadap luas area di bawah kurva AUC. Hasil uji Anava luas area di bawah kurva menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata antar kelompok uji dengan nilai signifikansi 0,000 p0,05. Hasil uji lanjutan Duncan terhadap luas area dibawah kurva, nampak bahwa kelompok uji SEEAcM dengan dosis 600 mgkg BB, tidak menunjukkan perbedaan yang siginifikan dengan SI 10 mgkg BB, tetapi berbeda signifikan dengan perlakuan dosis lainnya nilai signifikansi 0,66; p0,05, begitu juga SEEAcM 600 mgkg BB, 700 mgkg BB, dan 500 mgkg BB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan SCMC 0,5 menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap semua perlakuan uji nilai signifikansi 1,000; p0,05 Gambar 4.9. Persen inhibisi radang SEEAcM dengan dosis 600 mgkg BB sebesar 48,19 pada menit ke-180, sedangkan SI 10 mgkg BB sebesar 68,33 pada menit ke-150 dan 64,29 pada menit ke-180. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa dosis SEEAcM 600 mgkg BB menunjukkan efek antiinflamasi yang paling baik pada menit ke-180 yakni yang mendekati efek antiinflamasi SI 10 mgkg BB. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan berbagai pelarut terlihat bahwa SEEM dengan dosis 600 mgkg BB dan 700 mgkg BB memberikan efek antiinflamasi, sedangkan SEn-HM pada semua dosis uji tidak menunjukkan efek antiinflamasi yang baik meski pun lebih baik dari kontrol CMC 0,5, sedangkan SEEAcM dosis 600 mgkg BB juga menunjukkan efek antiinflamasi. Hal ini disebabkan dalam ekstrak mondokaki terkandung golongan senyawa kimia flavonoid dan steroid. Senyawa kimia flavonid dan steroid dapat memberikan efek Universitas Sumatera Utara antiinflamasi Farnsworth, 1966 . Menurut Hyun et al 2004, flavonoid khususnya derivat flavon bertindak sebagai inhibitor enzim COX-2 enzim cyclo- oxygenase 2. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa ekstrak daun mondokaki dengan berbagai pelarut ternyata dapat memberikan efek antiinflamasi, meskipun tidak sebaik suspensi indometasin. 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 CMC 0,5 SI 10 mgkg BB SEEAcM 500 mgkg BB SEEAcM 600 mgkg BB SEEAcM 700 mgkg BB Perlakuan L u as ar ea d i b aw a h k u rva g raf ik p er sen rad an g Gambar 4.9: Grafik luas area di bawah kurva persen radang terhadap waktu pada berbagai perlakuan SEEAcM Keterangan: = berbeda signifikan dengan CMC 0,5; + = berbeda signifikan dengan SI 10 mgkg BB; = berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mgkg BB; = berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mgkg BB; ~ = berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mgkg BB; tb+ = tidak berbeda signifikan dengan SI 10 mgkg BB; tb = tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mgkg BB; tb = tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mgkg BB; tb~ = tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mgkg BB.

4.1.4 Uji Antiinflamasi Topikal Gel Ekstrak Etanol Mondokaki GEEM