sesuai. Hewan dibagi dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 6 hewan uji untuk dilakukan uji antiinflamasi dan analgetik.
a. Uji per oral Pada uji per oral, hewan dibagi dalam 5 kelompok yaitu:
i. Kelompok I sebagai pembanding negatif diberikan suspensi CMC 0,5 dengan dosis 1 BB.
ii. Kelompok II sebagai pembanding positif diberikan suspensi indometasin 10 mgkg BB untuk uji antiinflamasi dan suspensi antalgin 2 dengan
dosis 100 mgkgBB untuk uji analgetik. iii. Kelompok III-IV-V sebagai hewan uji masing-masing diberikan suspensi
EEM, En-HM, dan EEAcM dengan dosis 500, 600, dan 700 mgkgBB.
b. Uji topikal
Pada uji topikal, hewan dibagi dalam 5 kelompok yaitu: i. Kelompok I sebagai pembanding negatif diberikan suspensi CMC 0,5
dengan dosis 1 BB. ii. Kelompok II sebagai pembanding positif diberikan sediaan gel natrium
diklofenak 1, untuk uji antiinflamasi. iii. Kelompok III-V sebagai hewan uji diberikan gel EEM dengan konsentrasi
masing-masing 1, 3, dan 6.
3.7 Sampel Penelitian
3.7.1 Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah daun mondokaki yang diperoleh secara purposif dari Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara. Gambar tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 138. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun. Tanaman dibersihkan dan dibilas
dalam air mengalir sebanyak 2 kali. Daun dikeringkan dengan cara mengeringkan di dalam oven. Daun digiling dengan alat penggiling sampai halus dan dilakukan
skrining fitokimia, uji kadar air, dan diekstraksi dengan pelarut etanol, n-heksan dan etil asetat.
3.7.2 Uji Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluena. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, tabung penerima
5 ml berskala 0,05 ml, pendingin, tabung penyambung dan pemanas. Gambar alat penetapan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5, Gambar 3.4., halaman 140.
Cara penetapan kadar air: Toluena sebanyak 200 ml dan air suling 2 ml dimasukkan ke dalam labu
alas bulat, didestilasi selama 2 jam. Toluena didinginkan selama 30 menit dan volume air ditampung pada tabung penerima lalu dibaca. Kemudian ke dalam labu
dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur
±2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian
dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air
dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
Universitas Sumatera Utara
Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1998.
3.7.3 Ekstraksi Simplisia Daun Mondokaki
Serbuk simplisia sebanyak 400 g, masing-masing dimasukkan ke dalam 3 buah bejana bertutup dan dibasahi dengan sejumlah cairan penyari etanol 96,
n-heksan dan etil asetat kemudian dimaserasi selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, kemudian cairan penyari dituangkan
secukupnya dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan
1 ml tiap menit, cairan penyari ditambahkan berulang-ulang sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia, perkolasi dihentikan sampai
perkolat terakhir yang keluar telah jernih. Perkolat diuapkan dengan menggunakan alat penguap vakum putar rotary evaporator. Kemudian dikeringkan dengan
freeze driyer selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh selanjutnya disebut ekstrak etanol mondokaki EEM,
ekstrak n-heksan mondokaki En-HM dan ekstrak etil asetat mondokaki EEAcM Depkes RI, 1974.
3.8 Uji Farmakologi