Hubungan Kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat dengan Bagi Departemen Kesehatan Khususnya di Bidang Pendidikan

Hubungan ketersediaan sarana memperoleh informasi dengan tindakan responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan setelah dilihat dari hasil uji chi square diperoleh p value = 0,015

8. Hubungan Kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat dengan

tindakan membuang limbah medis padat Tabel 4.23 menggambarkan bahwa proporsi responden yang mengatakan tidak ada mengetahui kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat lebih banyak yang tindakan kurang 87,4, sedangkan responden yang mengetahui ada kebijakan rumah sakit 49,4 melakukan tindakan baik dalam membuang limbah medis padat. Tabel 4.23. Distribusi Responden Menurut Kebijakan Rumah Sakit dan Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008 Tindakan membuang limbah medis padat Kurang Baik Total Kebijakan rumah sakit n n n P value Tidak ada 104 87,4 15 12,6 119 100 Ada 41 50,6 40 49,4 81 100 0,001 Jumlah 145 72,5 55 27,5 200 100 Hubungan Kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat dengan tindakan membuang limbah medis padat secara statistik signifikan setelah dilihat dari hasil uji chi square diperoleh p value = 0,001 Universitas Sumatera Utara

9. Hubungan Motivasi yang diperoleh dengan Tindakan membuang Limbah

Medis Padat Tabel 4.24 menggambarkan bahwa proporsi responden yang tidak ada memperoleh motivasi tindakan kurang 91,3 sedangkan responden yang mengatakan ada memperoleh motivasi tindakan baik 29,9 dalam membuang limbah medis padat. Tabel 4.24. Distribusi Responden Menurut Motivasi yang Diperoleh Perawat dan Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008 Tindakan membuang limbah medis padat Kurang Baik Total Motivasi n n n P value Tidak ada 21 91,3 2 8,7 23 100 Ada 124 70,1 53 29,9 177 100 0,044 Jumlah 145 72,5 55 27,5 200 100 Hasil uji chi square diperoleh p value = 0,044. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara motivasi yang diperoleh perawat dengan tindakan membuang limbah medis padat.

4.4. Analisis Multivariat

Dalam analisis multivariat kita ingin melihat variabel yang paling berpengaruh dan membuat persamaan akhir dengan regresi logistik. Tahap pertama adalah dengan melakukan pemilihan model untuk uji multivariat. Variabel yang mempunyai p value 0.25 tidak dapat dijadikan model dan dilakukan dengan uji multivariat. Universitas Sumatera Utara

4.4.1. Pemilihan Variabel Kandidat Model Multivariat

Dalam penelitian ini ada 9 variabel yang diduga berhubungan dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat. Untuk melakukan permodelan dilakukan uji bivariat antara variabel –variabel tersebut dengan variabel dependent. Variabel yang memiliki p value 0,25 yang layak dijadikan model dapat dilihat dalam tabel 4.25 Tabel 4.25. Analisa Bivariat Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RS Pirngadi, Tahun 2008 No. Variabel P value 01. Umur 0,542 02. Pendidikan 0,021 03. Lama Kerja 0,012 04. Pengetahuan 0,002 05. Sikap 0,005 06. Fasilitas pembuangan limbah padat 0,002 07. Ketersediaan sarana informasi 0,014 08. Kebijakan Rumah sakit 0,001 09. Motivasi 0,040 Dari sembilan variabel tersebut hanya 1 variabel yang mempunyai p value 0,25 yaitu umur, sehingga variabel tersebut tidak layak untuk menjadi model dalam analisa multivariat. Universitas Sumatera Utara

4.4.2. Pembuatan Faktor Penentu Tindakan Perawat Dalam Membuang

Limbah Medis Padat di RS Untuk mendapatkan faktor yang terbaik semua kandidat dicobakan secara bersama-sama. Faktor yang terbaik akan dipertimbangkan dengan nilai p value. Variabel yang tidak signifikan dikeluarkan satu persatu mulai dari p value terbesar. Tabel 4.26 Memperlihatkan analisa pertama hubungan antar variabel independent Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing dengan variabel dependen Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RS Tabel 4.26. Analisis Hubungan Variabel Antar Variabel Independent Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing dengan Variabel Dependent Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RS Pirngadi, Tahun 2008 Variabel P value Exp B 95 CI Lamakerja 0,059 2,115 0,971 - 4,604 Didik 0,098 Didikkat1 0,039 0,239 0,062 - 0,928 Didikkat2 0,110 0,.466 0,183 - 1,188 Pengetahuan 0,022 2,483 1,138 - 5,418 Sikap 0,052 2,129 0,994 - 4,561 Fasilitas pembuangan limbah padat 0,146 5,832 0,542 - 62,754 Ketersediaan sarana informasi 0,514 0,586 0,118 - 2,916 Kebijakan Rumah sakit 0,000 5,423 2,482 - 11,851 Motivasi 0,065 6,193 0,892 - 43,004 Dari tabel 4.26 terlihat ada beberapa variabel yang tidak berhubungan dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat p value 0,05. Dengan demikian maka perlu dilakukan pengeluaran variabel satu persatu mulai dari variabel Universitas Sumatera Utara dengan p value terbesar, yaitu ketersediaan sarana informasi. Tabel 4.27. Analisis Hubungan Variabel Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Tanpa Ketersediaan Sarana Informasi terhadap Variabel Dependen Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008 Variabel P value Exp B 95 CI Lamakerja 0,060 2,113 0,970 - 4,602 Didik 0,110 Didikkat1 0,043 0,250 0,065 - 0,957 Didikkat2 0,126 0,.486 0,193 - 1,224 Pengetahuan 0,023 2,475 1,135 - 5,394 Sikap 0,046 2,170 1.014 - 4,642 Fasilitas pembuangan limbah padat 0,181 3,703 0,543 - 25,232 Kebijakan Rumah sakit 0,000 5,196 2,404 - 11,230 Motivasi 0,061 6.390 0,920 - 44.379 Dari hasil tabel 4.27 analisis ternyata masih ada juga beberapa variabel yang mempunyai p value 0,05 dan variabel pendidikan mempunyai p value terbesar sehingga dikeluarkan dari model. Tahap berikutnya uji multivariat tanpa mengikutkan variabel Fasilitas pembuangan limbah padat. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.28. Analisis Hubungan Variabel Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Tanpa Ketersediaan Sarana Informasi dan Variabel Fasilitas Pembuangan Limbah Medis Padat terhadap Variabel Dependent Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RS Pirngadi, Tahun 2008 Variabel P value Exp B 95 CI Lama kerja 0,031 2,326 1,081 - 5,008 Didik 0,111 Didikkat1 0,044 0,258 0,069 - 0,966 Didikkat2 0,121 0,484 0,193 - 1,213 Pengetahuan 0,011 2,718 1,262 - 5,855 Sikap 0,038 2,223 1,046 - 4,723 Kebijakan Rumah sakit 0,000 5,959 2,812 - 12,629 Motivasi 0,085 4,509 0,815 - 24,962 Dari hasil tabel 4.28 analisis di atas ternyata variabel pendidikan mempunyai p value 0.05 dan variabel pendidikan mempunyai p value terbesar sehingga dikeluarkan dari model. Tahap berikutnya uji multivariat tanpa mengikutkan variabel pendidikan. Tabel 4.29. Analisis Hubungan Variabel Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Tanpa Ketersediaan Sarana Informasi , Variabel Fasilitas Pembuangan Limbah Medis Padat dan Pendidikan terhadap Variabel Dependen Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008 Variabel P value OR 95 CI Lamakerja 0,031 2,240 1,076 - 4,663 Pengetahuan 0,027 2,303 1,102 - 4,815 Sikap 0,028 2,294 1,092 - 4,818 Kebijakan Rumah sakit 0,000 6,468 3,076 - 13,601 Motivasi 0,048 5,544 1,012 - 30,372 Universitas Sumatera Utara Setelah variabel pendidikan di keluarkan, tidak terlihat lagi variabel yang mempunyai p value 0, 05 sehingga analisis berikutnya adalah melakukan interaksi antara kelima variabel diatas. Kelima variabel tersebut diatas dianggap sebagai faktor penentu tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat dapat dilihat pada tabel 4.29

4.4.3. Uji Interaksi

Setelah dilakukan pemilihan model dan analisis faktor penentu maka dilakukan uji interaksi variabel-variabel tersebut. Uji ini untuk melihat adanya perubahan pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain dalam pengaruhnya terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat. Variabel interaksi yang akan diuji adalah lama kerja, pengetahuan, sikap, kebijakan rumah sakit dan motivasi. Hasil uji interaksi dapat dilihat dalam tabel 4.30 Tabel 4.30. Uji Interaksi faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr.Pirngadi, Kota Medan Tahun 2008 Variabel P value Lama kerja by pengetahuan 0,634 Lama kerja by sikap 0,474 Lama kerja by kebijakan 0,547 Lama kerja by motivasi 1,000 sikap by pengetahuan 0,187 sikap by kebijakan 0,007 sikap by motivasi 1,000 Kebijakan by pengetahuan 0,697 kebijakant by motivasi 1,000 motivkat by pengetahuan 1,000 Universitas Sumatera Utara Semua interaksi di atas mempunyai p value 0,05 yang artinya dari semua variabel yang secara uji multivariat berhubungan dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat tidak ada yang berinteraksi satu sama lain.

4.4.4. Faktor Penentu yang Berhubungan dan Dominan dengan Tindakan

Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat Setelah melalui tahapan-tahapan dalam uji multivariat didapat hasil faktor penentunya sebagai berikut. Tabel 4.31. Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Lama Kerja, Pengetahuan, Sikap, Kebijakan Rumah Sakit dan Motivasi Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008 Variabel P value Exp B 95 CI Lamakerja 0,031 2,240 1,076 - 4,663 Pengetahuan 0,027 2,303 1,102 - 4,815 Sikap 0,028 2,294 1,092 - 4,818 Kebijakan Rumah sakit 0,000 6,468 3,076 - 13,601 Motivasi 0,048 5,544 1,012 - 30,372 Melihat tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari sembilan variabel yang diduga berhubungan dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat di RS Pirngadi, ternyata hanya lima variabel yang secara signifikan berhubungan dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat di RS yaitu variabel lama kerja, pengetahuan, sikap, kebijakan rumah sakit dan motivasi. Responden yang menyatakan tidak ada kebijakan rumah sakit tentang penanganan limabh padat medis berpeluang mengalami melakukan tindakan penanganan limbah medis padat yang Universitas Sumatera Utara buruk sebanyak sebesar 6,468 kali CI 95 : 3,076 – 13,601 dibandingkan dengan responden yang menyatakan ada kebijakan dari rumah sakit setelah dikontrol variabel lama kerja, pengetahuan, sikap dan motivasi. Demikian juga pada variabel motivasi, responden yang merasakan tidak ada yang memotivasi penanganan limbah medis padat dengan baik berpeluang melakukan tindakan penanganan limbah medis padat yang buruk sebanyak sebesar 5,544 kali CI 95 : 1,012 – 30,372 dibandingkan dengan responden yang menyatakan ada yang memotivasi setelah dikontrol variabel lama kerja, pengetahuan, sikap dan adanya kebijakan dari rumah sakit. Responden yang pengetahuannya dalam kategori buruk berpeluang melakukan tindakan penanganan limbah medis padat yang buruk sebanyak sebesar 2,203 kali CI 95 : 1,012 – 4,815 dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya dalam kategori baik setelah dikontrol variabel lama kerja, sikap dan adanya kebijakan dari rumah sakit dan motivasi responden yang sikapnya terhadap penanganan limbah medis padat dalam kategori buruk berpeluang melakukan tindakan penanganan limbah medis padat yang buruk sebanyak sebesar 2,294 kali CI 95 : 1,092 – 4,818 dibandingkan dengan responden yang sikapnya dalam kategori baik setelah dikontrol variabel lama kerja, pengetahuan dan adanya kebijakan dari rumah sakit serta motivasi. Responden yang masa kerjanya tergolong baru berpeluang mengalami melakukan tindakan penanganan limbah medis padat yang buruk sebanyak sebesar 2,240 kali CI 95 : 1,076 – 4,663 dibandingkan dengan responden masa kerjanya tergolong lama setelah dikontrol variabel pengetahuan, sikap, adanya kebijakan dari rumah sakit serta motivasi. Universitas Sumatera Utara Dapat diambil kesimpulan dari kelima variabel tersebut yang paling dominan dalam mempengaruhi tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat adalah variabel adanya kebijakan dari rumah sakit tentang penanganan limbah medis padat Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Determinan Tindakan Perawat dalam Membuang Limbah Medis Padat

di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan 5.1.1. Hubungan Umur dengan Tindakan membuang Limbah Medis Padat Tabel 4.16. menunjukkan bahwa responden yang berumur dewasa 35-60 tahun lebih banyak yang tindakan kurang dalam membuang limbah medis padat dibandingkan dengan dewasa muda 21-35 tahun. Umur dewasa 35-60 tahun mempunyai tindakan kurang 84 orang 70,2, sedangkan yang berumur dewasa muda tindakan yang baik 116 orang 25,9. Hasil analisis chi-square diperoleh hubungan umur dengan tindakan responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik tidak signifikan dengan p value 0,63 p0,05. Hasil penelitian ini sependapat dengan Panjaitan 2004 mengatakan tidak ada perbedaan yang bermakna perawat yang berumur lebih muda dan lebih tua, namun secara proporsional perawat yang lebih muda berkinerja baik dari perawat yang lebih tua. Tetapi hasil penelitian ini tidak sependapat dengan teori Gibson 1996 yang mengemukakan bahwa umur mempengaruhi tindakan seseorang. Umumnya seseorang bergerak melalui tahapan karir selama perjalanan hidupnya yang meliputi tahap pendahuluan, peningkatan, perawatan, dan pensiun. Tahap pendahuluan umur 18-24 tahun muncul saat awal karir, seseorang membutuhkan dan mencari dukungan dari orang lain agar kebutuhan rasa amannya terpenuhi. Tahap peningkatan umur 25- 39 tahun ditandai dengan kepedulian tugas dan tanggung jawab dan kesempatan Universitas Sumatera Utara yang melatih penilaian independen. Selanjutnya tahap perawatan umur 40-54 tahun ditandai dengan usaha untuk stabilisasi dari hasil masa lampau. Akhir suatu titik sebelum masa pensiun, seseorang akan masuk ke masa pensiun atau tahap penarikan umur 55-65 tahun dan mereka tidak lagi membutuhkan peningkatan kerja.

5.1.2. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat

Tabel 4.17. Menunjukan bahwa responden yang mempunyai pendidikan rendah lebih banyak yang tindakan kurang 80,6 dalam membuang limbah medis padat dibandingkan dengan responden pendidikan tinggi 45,9. Hasil chi square diperoleh hubungan pendidikan dengan tindakan membuang limbah medis padat secara statistik signifikan dengan menunjukkan p value = 0,018. Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan sesorang dalam mencerna dan memahami suatu masalah, selanjutnya pemahaman akan masalah bisa membentuk sikap seseorang dan dipengaruhi oleh lingkungannya akan menghasilkan suatu perilaku tindakan nyata sebagai suatu reaksi. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan baik atau tindakan kurang baik. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Siahaan.,R. 2008 melaporkan tingkat pendidikan responden yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan. Hasil penelitian ini tidak sependapat dengan Panjaitan 2004 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara tingkat pendidikan lebih tinggi dan lebih rendah. Namun secara proporsional ada kecenderungan perawat yang berpendidikan yang lebih tinggi mempunyai perilaku lebih baik. Tidak ada hubungan ini dapat disebabkan oleh belum adanya pembagian kerja yang jelas sesuai Universitas Sumatera Utara kompetensi antara perawat lulusan SPK, lulusan DIII, dan lulusan S1 S2 dimana semua perawat dapat melakukan tugas yang sama dan mempunyai tanggung jawab serta wewenang yang sama.

5.1.3. Hubungan masa kerja dengan tindakan membuang limbah medis padat

Tabel 4.18. menunjukkan bahwa dari 103 responden yang masa kerjanya baru di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebanyak 79,6 responden melakukan tindakan membuang limbah medis padat yang kurang, sedangkan 97 responden yang masa kerjanya lama di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebanyak 35,1 melakukan tindakan membuang limbah medis padat yang baik. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan masa kerja dengan tindakan responden membuang limbah medis padat secara signifikan dengan p value = 0,026. Perawat dengan masa kerja lebih banyak diharapkan lebih banyak pengalaman dan lebih baik tindakannya dalam membuang limbah medis padat. Hasil penelitian ini didukung oleh Gibson 1997 mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan adalah pengalaman. Nurhaeni 2002 hasil penelitiannya mengatakan bahwa perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 11 tahun lebih baik tindakannya daripada perawat yang masa kerjanya lebih dari atau sama dengan 11 tahun. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sumiati2004 masa kerja tidak berhubungan dengan dengan tindakan.

5.1.4. Hubungan Pengetahuan dengan tindakan membuang limbah medis

padat Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19. Menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan kurang lebih banyak yang tindakan kurang dalam membuang limbah medis padat 81,5, sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan baik lebih banyak tindakan baik38,0. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan pengetahuan dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan menunjukkan p value = 0,033. Hasil ini sesuai dengan penelitian Weerdt 1989 yang menyatakan ada pengaruh yang kuat dari tingkat pengetahuan terhadap tindakan, dapat bersifat langsung melalui sikap. Teori Bloom cit Notoadmojo 2003, mengatakan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan perawat tentang jenis, macam, sifat, dan bahaya limbah medis padat, serta cara pembuangan limbah medis padat sesuai persyaratan, sebagai sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses belajar selama hidup, dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri maupun lingkungannya dengan berperilaku membuang limbah medis padat sesuai persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pengetahuan tentang limbah medis padat dapat diperoleh dari pengalaman, dosen, teman, buku, dan media massa baik cetak maupun elektronik.

5.1.5. Hubungan Sikap dengan tindakan membuang limbah medis padat

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.20. menunjukkan bahwa responden dengan sikap kurang, lebih banyak yang tindakan kurang 79,7, sedangkan responden dengan sikap yang baik, lebih banyak tindakan baik 39 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analis chi square diperoleh hubungan sikap dengan tindakan responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan dengan menunjukkan p value = 0,007. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku. Hasil ini didukung oleh teori Newcomb Notoadmojo, 2003 yang mengatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sumiati2004 yang mengatakan karyawan yang mempunyai kecenderungan sikap positif tentang jenis, macam, bahaya, dan cara pembuangan limbah klinis besar kemungkinan akan berperilaku baik sesuai persyaratan dalam membuang limbah klinis.

5.1.6. Hubungan dukungan ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis

padat dengan tindakan membuang limbah medis padat Tabel 4.21. Menunjukkan bahwa responden yang ketersediaan fasilitas pembuangannya tidak ada, lebih banyak yang tindakan kurang 75,3, sedangkan responden yang ketersediaan fasilitas pembuangannya ada lebih banyak yang tindakan baik sebanyak 80 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan ketersediaan fasilitas pembuangan dengan perilaku responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan Universitas Sumatera Utara menunjukkan p value = 0,001. Dengan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan perawat akan mudah memanfaatkannya, karena betapapun positifnya sikap mental yang dimiliki jika sarananya tidak tersedia, mereka tidak akan berperilaku baik dengan membuang limbah medis padat pada tempatnya. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Green Notoadmojo, 2003 Ketersediaan fasilitas merupakan faktor pendukung terwujudnya sikap menjadi suatu perilaku. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Salim 2002 melaporkan kondisi prasarana dan sarana fisik mempengaruhi tindakan karyawan. Hasil penelitian Sumiati 2004 di RS Panembahen Senopati Bantul, mengatakan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi perilaku karyawan dalam membuang limbah klinis adalah ketersediaan fasilitas pembuangan limbah klinis yang kurang, mempunyai resiko mempengaruhi perilaku yang kurang baik.

5.1.7. Hubungan Ketersediaan sarana memperoleh informasi dengan tindakan

membuang limbah medis padat Tabel 4.22. Menunjukkan bahwa respon yang ketersediaan sarana memperoleh informasi tidak ada, lebih banyak yang tindakannya kurang75,1, sedangkan responden yang ketersediaan sarana memperoleh informasinya ada lebih banyak tindakan baik 52,6 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan ketersediaan sarana memperoleh informasi dengan perilaku responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan menunjukkan p value 0,015. Universitas Sumatera Utara Ada tidaknya fasilitas pembuangan limbah medis padat dan sarana memperoleh informasi limbah medis padat, dipengaruhi oleh adanya perencanaan matang, dana yang tersedia, dan diwujudkan dengan adanya pengadaan fasilitas dan sarana yang diperlukan. Kepada perawat perlu diadakan pelatihan, kursus, penyuluhan dan memiliki brosur tentang pengelolaan limbah medis padat yang diselenggarakan oleh rumah sakit atau pihak lain, dan adanya sosialisasi peraturan tertulis berupa prosedur tetap pembuangan limbah medis padat yang mudah di mengerti oleh perawat. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis padat akan memudahkan perawat memperoleh informasi limbah medis padat dan dapat mengubah perilaku perawat membuang limbah medis padat sesuai persyaratan. Menurut Salim 2002 faktor pendukung ketersediaan sarana informasi ternyata dapat merangsang secara tidak langsung untuk terbentuk tindakan seseorang.

5.1.8. Hubungan kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat dengan

tindakan membuang limbah medis padat Tabel 4.23. Menunjukkan responden yang tidak ada mengetahui kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat lebih banyak tindakan kurang 87,4, sedangkan responden yang mengetahui ada kebijakan rumah sakit, lebih banyak yang tindakan baik 49,4 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi square diperoleh kebijakan rumah sakit dengan tindakan responden membuang limbah medis padat secara statistik signifikan menunjukkan p value = 0,001. Dengan adanya berbagai ketentuan yang diambil oleh pihak rumah sakit meliputi adanya peraturan tertulis tentang pengolahan limbah klinis yang diterbitkan Universitas Sumatera Utara rumah sakit dengan mengacu pada peraturan diatasnya dan diketahui oleh perawat, adanya sanksi dan penghargaan pelaksanaan prosedur tetap pembuangan limbah medis padat dan diketahui oleh perawat di unit penghasil limbah medis padat akan berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green yang mengatakan bahwa kebijakan rumah sakit merupakan salah satu faktor yang mendorong atau memperkuat untuk berperilaku sehat, yang dalam penelitian ini adalah tindakan membuang limbah medis padat. Menurut Krech 1962 yang dikutip Sumiati 2004, berubahnya pandangan atau tindakan seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok yang muncul karena adanya pertentangan antara individu dengan pendapat kelompok, dibedakan menjadi patuh sesuai peraturan karena terpaksa compliance, yang hal ini akan menghasilkan perilaku tetap.

5.1.9. Hubungan motivasi yang diperoleh perawat dengan tindakan membuang

limbah medis padat Tabel 4.24. Menunjukkan bahwa responden yang tidak ada memperoleh motivasi lebih banyak yang tindakan kurang 91,3, sedangkan responden yang mengatakan ada memperoleh motivasi lebih banyak berperilaku baik 29,9 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan motivasi yang diperoleh dengan tindakan responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan menunjukkn p value = 0,044. Menurut Teori Morgan 1986 cit Notoatmojo 2005, Jika keadaan internal seseorang tidak seimbang, maka individu akan termotivasi untuk melakukan suatu Universitas Sumatera Utara tindakanperilaku untuk mencapai suatu tujuan, dimana jika tujuan tersebut tercapai maka akan terjadilah keseimbangan yang menyebabkan sesorang akan merasa puas dan lega. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sumiati 2004 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, penelitian tersebut melaporkan bahwa motivasi karayawan tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan perilaku responden dalam membuang limbah klinis.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan desain cross secstional, dimana pengamatan hanya satu kalisesaat, oleh karena penelitian ini tidak dapat memberikan penjelasan hubungan sebab akibat, tetapi hubungan yang ada hanya menunjukkan besarnya kemaknaan variabel independen dalam hubungannya dengan varibel dependen. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Faktor usia tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat yang disimpulkan berdasarkan hasil analisa bivariat menggunakan chi square test. 2. Faktor pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, ketersediaan sarana memperoleh informasi, kebijakan rumah sakit dan motivasi perawat mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat yang disimpulkan berdasarkan hasil analisa bivariat menggunakan chi square test. 3. Faktor pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, ketersediaan sarana memperoleh informasi, kebijakan rumah sakit dan motivasi yang diperoleh perawat masuk dalam uji multivariat p value 0,25. Faktor yang dominan mempengaruhi tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat adalah kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat yang disimpulkan berdasarkan hasil multivariat dengan menggunakan regresi logistik. Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran

Sesuai dengan kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran yang diterapkan dan digunakan yang berhubungan dengan kebijakan dalam membuang limbah medis padat.

1. Bagi Departemen Kesehatan Khususnya di Bidang Pendidikan

a. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan perawat adalah memasukkan materi dan praktik pelajaran kesehatan lingkungan terutama tentang perilaku membuang limbah di rumah sakit, pencengahan penyakit berhubungan dengan limbah rumah sakit, serta penanganan dan pengelolaan limbah rumah sakit melalui sarana pendidikan formal yang ada sebagai materi pelajaran lokal untuk menanamkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan limbah rumah sakit sejak dini. Dengan upaya ini diharapkan tumbuh kesadaran dan kemandirian perawat dalam pengelolaan limbah rumah sakit khususnya dalam pemilahan limbah medis padat di rumah sakit. b. Penyebaran informasi kepada para pembuat dan pengambil keputusan saling bekerja sama dalam menangani limbah rumah sakit sehingga rencana kegiatan pengelolaaan limbah rumah sakit dapat terlaksana baik di pendidikan maupun di rumah sakit. Universitas Sumatera Utara

2. Bagi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Kota medan