1 Faktor-faktor predisposisi Prediposing factor dapat terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, sosio demografi
pendidikan, umur, dan masa kerja. 2 faktor-faktor pendorong factor reinforcing terwujud dalam sikap dan perilaku dari petugas kesehatan dan petugas lainnya serta
kebijakan yang ada seperi peraturan, sanksi dan penghargaan. 3 faktor-faktor pemungkin pendukung factor enabling yang terwujud dalam lingkungan fisik
antara lain tersedia atau tidak fasilitas kesehatan dan sarana kesehatan dalam hal ini adalah fasilitas pembuangan limbah medis padat.
2. Teori Snehandu B. Karr 1983
Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu: 1 Adanya niat
intention seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. 2 Adanya dukungan dari masyrakat sekitarnya social support. 3
terjangkaunya informasi accessibility of information, adalah tersedianya informasi – informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. 4 Adanya
otonomi atau kebebasan pribadi personal autonomy untuk mengambil keputusan. 5 Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan action situation. Untuk
bertindak apa pun memang diperlukan kondisi dan situasi yang tepat, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Notoadmojo, 2005
3. Teori World Health Organization WHO
Tim kerja pendidikan WHO merumuskan determinan perilaku 4 alasan pokok yaitu: 1 Pemikiran dan perasaan thoughts ang feeling hasil pemikiran dan
perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak dan
Universitas Sumatera Utara
berperilaku. 2 Adanya acuan atau referensi, dari seseorang atau pribadi yang dipercayai personnal references. 3 Sumber daya resources yang tersedia
merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. 4 Sosio budaya culture setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Notoadmojo, 2005
2.3. Landasan Teori
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah dirumah sakit adalah kunci pembuangan yang baik di lakukan oleh perawat. Hal ini
berkaitan dengan perilaku perawat di ruang penghasil limbah medis padat. Determinan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor pendukung sesuai dengan pendapat menurut teori Green dan Kreuter 1980 dalam Notoatmodjo 2005,
yaitu: 1. Faktor predisposisi factor Prediposing dapat terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, sosio demografi pendidikan, umur, jenis kelamin, dan masa kerja.
2. Faktor pendorong factor reinforcing terwujud dalam ucapan, sikap dan tindakan dari petugas kesehatan dan petugas lainnya yang memotivasi seorang
perawat membuang limbah medis pada tempatnya, kebijakan yang ada sehubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan pengelolaan limbah medis diantaranya adanya peraturan tertulis yang merujuk peraturan di atasnya berupa prosedur tetap dengan sanksi dan penghargaan.
3. Faktor pendukung factor enabling yang terwujud dalam lingkungan fisik antara lain tersedia atau tidak fasilitas kesehatan dalam pembuangan limbah medis
seperti tempat limbah medis berbeda dengan limbah non medis, tempat limbah medis memenuhi syarat kesehatan tidak mudah bocor, tertutup, mudah di bersihkan, ada
papan penunjuk arah, ada tanda khusus, dan ketersediaan sarana memperoleh informasi tentang limbah medis seperti ada brosur yang bisa dipelajari, ada peraturan
tertulis dan pernah disosialisasikan, ada kursus, pelatihan, penyuluhan, dan ada diskusi tentang pembuangan limbah medis.
The PrecedeProceed Model Green and Kreuter, menganalisa kebutuhan kesehatan masyarakat dengan cara lima diagnosis sosial, epidemiologi,
perilakulingkungan, pendidikanorganisasi, dan administrasikebijakan. Diagnosis pendidikan maupun perilaku, keduanya menekankan pada hubungan antara perilaku
dan lingkungan. Sesuai dengan perspektif perilaku, fase diagnosis pendidikanorganisasi model precede memberi penekanan pada faktor predisposisi,
faktor pendukung dan faktor pendorong.
Universitas Sumatera Utara
PROMOSI Faktor
KESEHATAN Predisposisi Pendidikan
Faktor Kesehatan
Pendorong Perilaku
Kesehatan Kualitas Hidup
Kebijakan
Faktor Lingkungan
peraturan Pendukung
Organisasi
Sumber : Green and Kreuter, 1980. Health Education Planning a Diagnostic
Approach, USA : The Johns Hopkins University, First edition.
Gambar 2.2. The Precede-Proceed Model
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep
independent variabel Predisposing Factors
- Umur - Pendidikan
- Masa kerja - Sikap
- Pengetahuan
Dependent variabel Tindakan perawat
dalam membuang
Enabling Factors limbah medis padat
- Ketersediaan
fasilitas pembuangan limbah medis padat
- Ketersediaan sarana memperoleh Informasi limbah medis padat
Reinforcing Factors - Kebijakan rumah sakit berkaitan
dengan limbah medis padat sanksi pengahargaan
- Motivasi yang diperoleh perawat
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Peneliti
Berdasarkan kerangka konsep, independent variabel variabel bebas adalah faktor yang membentukmenentukan terjadinya perilaku yakni; predisposing factors,
enabling factors, reinforcing factors.
Dependent variabel variabel terikattergantung adalah ranah kawasan tindakan perawat dalam membuang
limbah medis padat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian dengan analitik observasional dengan menggunakan rancangan Cross Sectional, yaitu melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada saat tertentu. Sastroasmoro, 2002.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena RSU Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan
rumah sakit rujukan tingkat propinsi. Dan masih ditemukan pengelolaan limbah medis padat yang belum terlaksana dengan baik.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 6 bulan sejak bulan Januari sampai dengan Juli 2008. Dimulai dari pelaksanaan, konsultasi judul, persiapan proposal
penelitian, persiapan proposal kolokium, pengumpulan data serta melakukan analisa data, penyusunan hasil penelitian, seminar hasil penelitian dan ujian komprehensif.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di unit RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebanyak 510 perawat.
Rangka pengambilan sampel adalah perawat yang bekerja di unit yang menghasilkan limbah medis RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Besar sampel yang
Universitas Sumatera Utara
diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus untuk uji hipotesis satu sampel. Lameshow, 1997
{Z
1
- α √ 2 [ P 1- P] + Z
1- β
√ [P
1
1-P
1
+ P
2
1 –P
2
]}² n = ----------------------------------------------------------------------
P
1
-P
2
² Dimana
: n
= besar sampel yang dibutuhkan Z
1
- α = Nilai baku normal berdasarkan rror type I α = 0,05 yang
ditentukan = 1,96 Z1-
β
= Nilai baku normal berdasarkan error type II
β
= 0,2 yang ditentukan = 0,84
P = Proporsi rata-rata = P
1
+ P
2
2 Kekuatan uji
= 80 P1 = Proporsi karyawan yang membuang limbah medis tidak pada
tempatnya = 47,1 Sumiati, 2004 P2 = Diharapkan perubahan terjadi sebesar 10 = 37
Berdasarkan perhitunganlampiran dengan menggunakan rumus diatas maka diperoleh besar sampel sebanyak 190 orang perawat. Jumlah sampel ini ditambah 5
untuk menghindari apabila ada data dari responden yang terpilih tidak lengkap sehingga harus dikeluarkan pada saat akan dilakukan perhitungan secara statistik.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 200 sampel.
Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing ruangan perawat yang bekerja di limbah medis, digunakan cara proportinal sample Arikunto, 2002.
Sedangkan untuk menentukan jumlah perawat akan dijadikan sampel, digunakan
Universitas Sumatera Utara
tehnik simple random sampling yaitu pengambilan acak secara sederhana Notoatmodjo, 2005
Tabel 3.3. Jumlah Unit Sampel Perawat yang Bekerja Diruang yang Menghasilkan Limbah medis Padat
No Nama Ruangan RSU Dr. Pirngadi
Kota Medan Jumlah
Perawat Proporsi
Jumlah unit sampel
1. 2.
Ruang IV Ginekologi Ruang V Obstetrik
20 4 8 3.
Ruang XV Kelas I Utama 16
3,1 6
4. Ruang XXIII Bangsal mata
9 1,7
3 5.
Ruang XVII Kelas II 15
3 6
6. Ruang VIP I
18 3,5
7 7.
Ruang VIP II 12
2,3 5
8. Ruang E.T Kelas II
13 2,5
5 9.
Ruang Plus A Kelas I 11
2,2 4
10. Ruang Plus B Kelas I 12
2,3 5
11. Ruang III Bangsal Anak 30
5,8 11
12. Ruang 7 8 Bangsal Bedah 20
4 8
13. Ruang XXI Bangsal 13
2,5 5
14. Ruang 9 10 Bangsal Bedah 20
4 8
15. Ruang XVIII Bangsal Paru 24
4,7 9
16. Ruang XIV Bangsal 21
4,2 9
17. Ruang THT Bangsal 12
2,3 5
18. Ruang Rawat Gabung Kelas II 12
2,3 5
19. Ruang Haemodilisa
15 3
6 20. Ruang ICU Lama Kelas II
12 2,3
5 21. Ruang USC Lama Kelas II
12 2,3
5 22. Ruang IGD KBE
48 9,4
18 23. Ruang
ICU 20
4 8
24. Ruang ICCU
15 3
6 25. Ruang
USC 13
2,5 5
26. Ruang HDU
14 2,7
5 27. Ruang Lt. 5
20 4
8 28. Ruang Lt. 6
22 4,3
9 29. Ruang Lt. 7
20 4
8 30. Ruang Lt. 8
21 4,1
8
Total 510
100 200
Responden pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja dinasshift pagi dengan bahan pertimbangan bahwa perawat merupakan banyak berperan dalam
menghasilkan limbah medis padat di setiap ruangan dan mengetahui setiap aktifitas dan tindakan yang terjadi di dalam ruangan.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap
responden dengan berpedoman pada kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan. Sebelum kuesioner tersebut digunakan pada penelitian ini, akan dilakukan uji coba
terlebih dahulu di lapangan uji validitas dan reliabilitas untuk melihat kemampuan kuesioner tersebut mengukur apa yang hendak diukur dan sejauh mana kuesioner
tersebut dapat diandalkan Notoatmodjo, 2005. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner tersebut
digunakan analisa reliabilitas. Validitas kuesioner dilihat dari nilai r hasil dan reliabilitas kuesioner dilihat dari nilai Alpha. Uji coba instrumen kuesioner
dilakukan pada 30 orang perawat yang berasal dari Rumah Sakit Imelda pekerja Indonesia Medan. Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner diolah dengan
menggunakan program komputer, hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Hasil Analisa Validitas dan Reliabilitas Instumen Penelitian R hasil
Variabel Pertan- yaan
R tabel
Realibi litas
Validitas Realibi
litas Validi
tas
Pengetahuan 1 - 16
0,361 0,948
0,417 – 0,900 Reliabel
Valid Sikap
1 - 16 0,361
0,911 0,390 – 0,889
Reliabel Valid
Tindakan 1 -10
0,361 0,818
0,376 – 0,714 Reliabel
Valid Kebijakan
1 - 3 0,361
0,799 0,519 – 0,757
Reliabel Valid
Motivasi 1 - 3
0,361 0,722
0,457 – 0,659 Reliabel
Valid
Universitas Sumatera Utara
1. Variabel pengetahuan dengan 16 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi
= 0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil Coreccted item –Total Correction r tabel artinya item
pertanyaan untuk pengetahuan valid sahih untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha Alpha
Cronbach r tabel, artinya item pertanyaan untuk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.
2. Variabel sikap dengan 16 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi =
0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil Coreccted item –Total Correction r tabel artinya item
pertanyaan untuk pengetahuan valid sahih untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha Alpha
Cronbach r tabel, artinya item pertanyaan unutk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.
3. Variabel tindakan dengan 10 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi =
0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil Coreccted item –Total Correction r tabel artinya item
pertanyaan untuk pengetahuan valid sahih untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha Alpha
Cronbach r tabel, artinya item pertanyaan unutk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.
Universitas Sumatera Utara
4. Variabel kebijakan dengan 3 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi =
0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil Coreccted item –Total Correction r tabel artinya item
pertanyaan untuk pengetahuan valid sahih untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha Alpha
Cronbach r tabel, artinya item pertanyaan unutk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.
5. Variabel motivasi dengan 3 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi =
0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil Coreccted item –Total Correction r tabel artinya item
pertanyaan untuk pengetahuan valid sahih untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha Alpha
Cronbach r tabel, artinya item pertanyaan untuk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.
3.5. Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen Bebas
1. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada individu atau masyarakat.
a. Umur adalah Lamanya hidup responden sejak lahir sampai dengan dihitung dari ulang tahun terakhir dalam satuan tahun.
b. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dilalui responden sampai memperoleh tanda tamat sekolah izajah.
Universitas Sumatera Utara
c. Masa Kerja adalah lamanya waktu bekerja responden di rumah sakit yang dihitung dalam tahun.
d. Pengetahuan adalah pengertian dan pengetahuan responden tentang jenis, macam, sifat dan bahaya, serta cara pembuangan limbah medis padat sesuai
persyaratan yang ada. e. Sikap adalah tanggapan perawat tentang jenis, macam, bahaya, dan cara
pembuangan limbah medis padat. 2. Faktor Enabling adalah faktor pendukung untuk terjadinya perilaku seperti sarana
dan prasarana atau fasilitas kesehatan. a. Ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis infeksius dan limbah benda
tajam adalah tersedianya tempat pembuangan limbah medis yang aman di rumah sakit sesuai dengan pesyaratan Kepmenkes
no.1204MenkesSKX2004. b. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah padat adalah ada tidaknya
kegiatan pelaksanaan dirumah sakit seperti; pelatihankursus, penyuluhan, tentang pembuangan limbah rumah sakit. dan buku atau brosur, serta
sosialisasi peraturan tertulis berupa prosedur tetap pembuangan limbah medis yang diketahui perawat.
3. Faktor Reinforcing adalah faktor yang memperkuat dan mendorong terjadinya perilaku kesehatan
a. Kebijakan rumah sakit adalah berbagai ketentuan yang diambil oleh pihak rumah sakit meliputi ada tidaknya peraturan tertulis tentang pengelolaan
limbah medis padat yang diterbitkan rumah sakit dengan mengacu pada
Universitas Sumatera Utara
peraturan diatasnya dan diketahui oleh perawat, serta ada tidaknya sanksi dan perhargaan pelaksanaan prosedur tetap pembuangan limbah di rumah sakit.
b. Motivasi yang diperoleh perawat ada tidaknya dukungan yang berupa ucapan, sikap dan tindakan teman, atasan langsung dan petugas pengawas yang bisa
mendorong perawat membuang limbah medis pada tempatnya.
3.5.2. Variabel Dependent terikat
Tindakan adalah tindakan perawat yang nyata dalam membuang limbah medis padat di tempat yang telah disediakan.
Tabel 3.5. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen
Universitas Sumatera Utara
Nama Variabel
indi- kator
kategori Bobot nilai
indikator Cara Ukur
alat ukur Skala
Independent : 1. umur
2. Pendidikan 3. Masa Kerja
4. Pengetahuan 5. Sikap
6. Ketersediaan Fasilitas
pembuangan limbah medis
2 5
2 16
16 13
a. umur 21 – 35 Tahun adulthood
b. umur 35 – 60 Tahun Middle age
c. umur 60 Tahun later life Havighurts1956,dalam
Ahmadi dan Sholeh, 2005 a. Tinggi DIV, S1, S2
b. Menengah DIII c. Rendah SPKJurkes
a. Lama
≥ 5 tahun b. Baru 5 tahun
a. Baik
b. kurang
a. Baik
b. Kurang
a. Tersedia sesuai dengan
Permenkes No.1204menkesSKX200
4
b. Tidak sesuai dengan
Permenkes No.1204menkesSKX200
4 Dewasa Muda
Dewasa Jika median
total skor 25 Jika median
total skor 25 Jika median
total skor 25 Jika median
total skor 25 Wawancara
Kuesioner Wawancara
Kuesioner Wawancara
Kuesioner Wawancara
Kuesioner Wawancara
Kuesioner Chek list
Observasi Ordinal
Ordinal Ordinal
Ordinal Ordinal
Ordinal
7. Ketersediaan sarana memperoleh
informasi limbah medis
7 a. Baik
b. Kurang kuesioner
check list Ordinal
8. Kebijakan RS berkaitan dengan
limbah medis. 9. Motivasi yang
diperoleh perawat 3
3 a. Baik
b. Kurang a. Baik
b. Kurang Wawancara
Kuesioner Wawancara
kuesioner Ordinal
Ordinal
Dependen 10.
Tindakan perawat dalam
membuang limbah medis padat.
10 a. Baik
b. Kurang a. jika
≥ median total skor 19
b. jika median total skor 19
Wawancara kuesioner
Ordinal
3.6. Metode Pengukuran
Universitas Sumatera Utara
3.6.1. Tingkat Pengetahuan
Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala ordinal dengan dua kategori benar dan salah. Untuk memperoleh kategori benar dan salah yaitu
menggunakan sistem pembobotan skoring. Jumlah pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan ada 16 pertanyaan
dengan total skor 32, dengan kriteria sebagai berikut : a.
Jawaban Benar diberi skor 2 dua b.
Jawaban Salah diberi skor 1 satu Berdasarkan total skor dari 16 pertanyaan yang diajukan, maka tingkat
pengetahuan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu: a.
Baik jika ≥ median total skor skor pengetahuan responden 25
b. Kurang jika median total skor pengetahuan responden 25
3.6.2. Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan 16 pernyataan dan masing- masing pernyataan diberikan 2 pilihan jawaban sikap, dengan total skor sebesar 32.
kriteria pilihan jawaban sikap adalah sebagai berikut: a.
Setuju diberi skor 2 dua b.
Tidak setuju diberi skor 1satu Berdasarkan total skor jawaban sikap dari 16 pertanyaan yang diajukan, maka
sikap responden digolongkan dalam 2 kategori yaitu : a. Baik jika
≥ median total skor skor sikap responden 25 b. Kurang jika median total skor sikap responden 25
Universitas Sumatera Utara
3.6.3. Tindakan
Tindakan responden diukur dengan mengajukan 10 pertanyaan yang telah diberi skor. Masing-masing diberikan 2 pilihan jawaban dengan total skor sama
dengan 20. kriteria pilihan jawaban tindakan adalah sebagai berikut : 1.
Jawaban Ya diberi skor 2 2.
Jawaban Tidak diberi skor 1 Berdasarkan total skor dari 10 pernyataan tersebut, maka tindakan responden
diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a. Baik jika
≥ median total skor tindakan perawat dalam membuang limbah medis 15
b.Kurang jika median total skor tindakan perawat dalam membuang limbah medis 15
3.6.4. Ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat
Pengukuran ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis berdasarkan tersedianya tempat pembuangan limbah medis padat sesuai dengan peraturan
Kepmenkes No.1204MenkesSKX2004. Jika tersedia tempat sampah limbah medis dan limbah non medis padat memenuhi persyaratan Kepmenkes No.
1204MenkesSKX2004 maka di kategorikan kurang nilai 2 apabila tersedianya fasilitas, sedangkan kategori kurang 1 apabila tidak tersedianya tempat sampah
limbah medis padat dan limbah medis non padat di ruang penghasil limbah medis. a.
Baik jika ≥ median total skor skor ketersediaan fasilitas pembuangan
limbah medis padat responden 15
Universitas Sumatera Utara
b. Kurang jika median total skor ketersediaan fasilitas pembuangan limbah
medis padat responden 15
3.6.5. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis padat
Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis diukur dengan berdasarkan dikategorikan ada 2, jika perawat memperoleh adanya pelatihankursus,
diskusi tentang pembuangan limbah medis padat, informasi yang didapat dalam bentuk brosur, ada tanda khusus tempat pembuangan limbah medis padat. Sedangkan
dikategorikan tidak ada1, jika perawat tidak mendapatkan informasi seperti ; pelatihankursus, diskusi, dan tidak mendapat brosur tentang limbah medis padat.
a. Baik jika ≥ median total skor skor ketersediaan sarana memperoleh
informasi limbah medis padat responden 7 b. Kurang jika median total skor ketersediaan sarana memperoleh informasi
pembuangan limbah medis padat responden 7
3.6.6. Kebijakan rumah sakit tentang pengelolaan limbah medis
Kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis, diukur dengan berdasarkan dikategorikan ada 2 jika tersedianya peraturan berupa prosedur
tetap dengan sanksi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat dalam membuang limbah medis padat. Sedangkan dikategorikan tidak ada1, tidak
tersedianya sanksi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat dalam membuang limbah medis padat.
a. Baik jika ≥ median total skor skor ketersediaan sarana memperoleh
informasi limbah medis padat responden 3
Universitas Sumatera Utara
b. Kurang jika median total skor ketersediaan sarana memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat responden 3
3.6.7. Motivasi yang diperoleh perawat
Motivasi yang diperoleh perawat diukur dengan berdasarkan adanya dorongan dari atasan, teman, dan pengawas dalam membuang limbah medis padat pada
tempat yang telah tersedia maka dikategorikan ada2. Sedangkan kategori tidak ada1 apabila perawat tidak mendapat motivasi dari atasan, teman, dan pengawas
dalam membuang limbah medis padat. a. Baik jika
≥ median total skor skor motivasi yang diperoleh responden 3 b. Kurang jika median total skor motivasi yang diperoleh responden 3
3.7. Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan umur,
pendidikan, masa kerja, lama kerja, sikap, pengetahuan, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat, ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah
medis padat, kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat, motivasi yang diperoleh perawat, dan tindakan perawat membuang limbah medis padat.
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independent dengan variabel dependen digunakan Chi-square test Hastono,
2001. Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama dengan variabel dependen. Untuk mengetahui variabel yang paling
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat, digunakan uji regresi logistik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN HUIS. Peletakan batu
pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan pertama adalah Dr. W.Bays, pada
tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada Dr. A.A.Messing. Pada tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil oleh bangsa Jepang dan berganti nama
SYURITSU BYSONO INCE dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro.
Pada masa negara Sumatera Timur tahun 1947 nama Rumah Sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan dan pimpinannya dijabat oleh Dr. Ahmd Sofyan.
Semasa kepemimpinan beliau rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan yaitu pada tahun 1952. Tahun 1955 pimpinannya Rumah Sakit Umum Medan
diserahkan kepada Dr. H.A. Darwis Dt.Batu Besar. Tahun 1958 nama Rumah Sakit diganti menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar, pimpinanya dijabat oleh Paruhum
Daulay. Tahun 1969 pimpinan Rumah Sakit Umum medan dipimpin oleh Dr. Zainal
Rasyid Siregar, SKM dan semasa kepemimpinan beliau nama Rumah Sakit Umum
Universitas Sumatera Utara
Pusat Medan berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Pusat Propinsi Medan Provincal Top Reveral Hospital.
Pada tahun 1979 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 tahun 1979 sesuai tanggal 25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi
nama Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, berasal dari nama seorang putra bangsa Indonesia pertama menjadi pimpinan Rumah Sakit ini. Sejak berdirinya Fakultas
kedokteran USU tanggal 20 Agustus 1952 maka Rumah Sakit Umum Pirngadi secara otomatis dipakai sebagai tempat kepaniteraan klinik para mahasiswa Fakultas
Kedokteran USU. Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan adalah unit organisasi disiplin, berada dibawah tanggung jawab Walikota Medan.
Sejak zaman penjajahan Belanda Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan telah mempunyai motto Aegroti Salus Lex Suprema kepentingan penderita adalah yang
utama. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki luas bangunan 34.562.10 m². Mempunyai ruang rawat inap, ruang rawat khusus dan ruang rawat
jalan. Dalam usaha pelayanan medis Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan
terdiri beberapa unit yaitu; penyakit dalam, bedah, kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan anak, penyakit mata, penyakit telingga hidung dan
tenggorokan, penyakit kulit dan kelamin, penyakit paru-paru, penyakit syaraf, penyakit jiwa, bedah syaraf, patologik klinik, rehabilitasi medis, kedokteran
kehakiman, anastesi, penyakit gigi dan mulut, dan cardiology.
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan juga menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis, yaitu :
1. Instalasi Patologi Klinik
2. Instalasi Pembuangan Air Limbah IPAL
3. Pathology Anatomi
4. Radiologi
5. Pelayanan Kedokteran KehakimanForensic
6. Instalasi Rehabilitasi Medik
7. Instalasi Kamar Zenazah
8. Instalasi Gizi
9. Instalasi farmasi
10. Instalasi Logistik Adapun Visi dan misi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan yakni ;
1. Visi Badan pelyanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah terwujudnya : MANTAP tahun 2010 Mandiri, Tanggap dan Profesional yang
artinya adalah sebagai berikut : a.
Mandiri dalam pendanaan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat. b.
Tanggap terhadap tuntutan masyarakat, perubahan pola penyakit dan kemajuan IPTEK di bidang kesehatan.
c. Profesional dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika.
Universitas Sumatera Utara
2. Misi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan adalah:
a. Meningkatkan usaha kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok, fungsi serta
peraturan yang berlaku. b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan sub
spesialistik yang bermutu c. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis agar
timbul kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi penderita.
d. Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagi tempat pendidikan, penelitian dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan.
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan mempunyai fungsi, sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelayanan medis
2. Menyelenggarakan pelayanan penujang medis dan non medis
3. Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan
4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
5. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
7. Mengelola administrasi dan keuangan
8. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya
Universitas Sumatera Utara
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
4.1.2. Tenaga Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas, memadai dan merata mutlak diperlukan untuk pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Jenis dan jumlah tenaga pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jenis Ketenagaan pada Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
No Jenis Ketenagaan
Jumlah Ketenagaan
Persen
1. Tenaga Medis
197 16,40
2. Tenaga Paramedis Keperawatan
532 44,30
3. Tenaga Paramedis Non Keperawatan
168 14,1
4. Tenaga Non Medis
300 25,2
Jumlah 1201 100
Sumber : Rekam Medik RSU Dr. Pirngadi Kota Medan 2008
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa jenis ketenagaan badan pelayanan kesehatan yang paling banyak adalah Tenaga paramedis keperawatan
sebanyak 532 orang 44,30
4.1.3. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL RSU Dr. Pirngadi Kota Medan
1. Struktur Organisasi IPAL Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan lihat dalam Lampiran 2.
Pengertian Kepala Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL adalah suatu organisasi
fungsional yang bersifat tehnis dan merupakan unsur penunjang yang dipimpin oleh Kepala Instalasi dan didalam menyelenggarakan kegiatan limbah mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.
3. Tugas Pokok Kepala Instalasi Pengolahan Air Limbah unsur staf fungsional yang
membantu Ka. Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dan mempunyai tugas pokok, merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,
menkoordinasikan, dan memonitor serta memantau kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit.
Untuk melaksanakan tugas-tugas pokok tersebut Ka. Instalasi Pengolahan Air Limbah mempunyai fungsi :
a. Melakukan serta mengevaluasi semua kegiatan di IPAL
b. Melaksanakan sistem pemeliharaan secara berkala pada peralatan dan prasarana
lainnya yang ada di IPAL c.
Membuat laporan secara berkala tentang pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit
d. Melakukan pembinaan kepada Staf dan Pegawai IPAL
4. Uraian Tugas
Untuk menunjang keberhasilan program dan kegiatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Kepala Unit Pengelolaan Limbah Medis Padat mempunyai tugas berikut :
a. Tugas pokok pengelolaan limbah medis padat Kepala Unit Pengelolaan Limbah Medis Padat adalah seorang staf Ka. Instalasi
Pengolahan Air Limbah yang mempunyai tugas pokok mengatur, mengawasi, menata
Universitas Sumatera Utara
dan bertanggung jawab atas kelancaran pembakaran limbah medis padat dan didalam melaksanakan tugasnya Ka. Unit Pengelolaan Limbah Medis padat dibantu oleh
beberapa staf. b. Uraian Tugas pengelolaan limbah medis padat
1. Melakukan indentifikasi jenis dan jumlah limbah medis padat yang akan dibakar agar dapat diketahui jumlah produksi setiap harinya.
2. Mengawasi dan memonitor terhadap lancarnya pengumpulan limbah medis padat dari sumbernya.
3. Melakukan pemeriksaan terhadap setiap suku cadang dan BBM mesin Incenerator sebelum dioperasikan.
4. Melakukan pemeriksaan terhadap peralatan dan prasarana lainnya yang ada di Unit Limbah Medis Padat
5. Melaksanakn kegiatan dan tugas-tugas lainnya sesuai dengan petunjuk dana rahan Ka. IPAL.
6. Memberikan saran baik diminta maupun tidak diminta kepada Ka. IPAL.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Faktor Predisposisi
Subyek penelitian ini adalah perawat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, diperoleh gambaran karakteristik
responden secara umum menurut umur, dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.2 tabel 4.3 dan tabel 4.4
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tenaga Medis Keperawatan di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008
Keterangan Umur
Mean rata-rata 34,5 tahun
Minimal umur yang paling muda 21 tahun
Maximal umur yang paling tua 56 tahun
Berdasarkan tabel 4.2 bahwa umur responden yang bekerja di RSU Dr. Pirngadi kota Medan adalah rata-rata berumur 34 tahun, sedangkan umur responden
yang paling muda adalah berumur 21 tahun, dan umur yang paling tua adalah 56 tahun.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Tenaga Medis Keperawatan di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008
Pendidikan Jumlah
SPK Jurkes DIII
D IVSST S1
S2 65
98 10
25
2 32,5
49 5
12,5 1
Jumlah 200
100
Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat Dilihat dari jenis pendidikan responden yang paling banyak adalah tamatan DIII sebesar 49 98 orang, sedangkan 65 responden
32,5 yang tamatan SPKJurkes, Tamat DIVSST sebanyak 10 orang 5, tamat S1 sebesar 12,5 25 orang, dan tamatan S2 hanya 1 2 orang.
Distribusi umur, pendidikan, dan masa kerja responden dalam membung limbah medis padat berdasarkan kategori dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Pendidikan, Masa Kerja, Pengetahuan dan Sikap di RSU Dr.Pirngadi Kota Medan
Tahun 2008
Variabel Penelitian Jumlah
Persen
1. Umur Dewasa muda
116 58.0
Dewasa 84
42.0 Jumlah
200 100
2. Pendidikan Rendah 31
15.5 Menengah 132
66.0
Tinggi 37 18.5
Jumlah 200 100
3. Masa Kerja Baru 103
51.5 Lama
97 48.5
Jumlah 200 100
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dapat dilihat dalam tabel 4.4. Diperoleh gambaran bahwa mayoritas responden yang mempunyai umur dewasa
muda sebanyak 116 orang 58 dan sedangkan dilihat dari tingkat pendidikan responden, mayoritas pendidikan menengah sebanyak 132 orang 66. Berdasarkan
masa kerja responden yang paling banyak masa kerjanya baru sebanyak 103 orang 51,5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
Jawaban Benar Salah
Total N
o Pengetahuan
n n n
1 limbah rumah sakit dibedakan limbah medis dan non
medis 196 98,0 4 2,0 200
100 2
Termasuk limbah medis: limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah farmasi,
limbah kimia, dan limbah radiaktif 186 93,0 14 7,0 200
100 3
Limbah medis rumah sakit lebih berbahaya daripada limbah rumah tangga
196 98,0 4 2,0 200 100
4 Pisau Bedah, Perlengkapan infus Intravena termasuk
limbah medis benda tajam. 194 97,0 6 3,0 200
100 5
Sisa jaringan tubuh, termasuk limbah medis sangat infeksius.
166 83,0 34 17,0 200 100
6 Perban dan pembalut bekas pasien, termasuk limbah
medis infeksius. 155 77,5 45 22,5 200
100 7 Muntahan pasien berpenyakit menular termasuk
limbah medis infeksius. 160 80,0 40 20,0 200
100 8
Bangkai hewan percobaan di laboratorium termasuk limbah jaringan tubuh.
166 83,0 34 17,0 200 100
9 Tempat pembuangan limbah medis di pisahkan dengan limbah non medis mulai dari awal di ruang
penghasil limbah medis. 194 97,0 6 3,0 200
100 10 Tempat pembuangan limbah harus dilapisi kantong
plastic pelapis untuk memudahkan pengosongan kembali.
198 99,0 2 1,0 200 100
11 Kantong plastic pelapis berbeda warnanya sesuai dengan jenis limbah.
187 93,5 13 6,5 200 100
12 Kantong plastic untuk limbah infeksius adalah kuning
dengan tanda biohazard. 175 87,5 25 12,5 200
100 13
Kantong plastic untuk limbah sitotoksik adalah ungu 162
81,0 38
19,0 200
100 14
Kantong plastic untuk limbah radioaktif adalah merah 175
87,5 25
12,5 200
100 15 Kantong plastic untuk limbah non medis adalah
hitam. 180 90 20 10,0 200 100
16 Jarum suntik, syringe, dan selang infus bekas dapat di
daur ulang dengan di sterilkan terlebih dahulu. 75 37,5 125 62,5 200
100
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab dengan benar untuk pertanyaan pengetahuan 50. Pengetahuan yang
rendah dijumpai pada pertanyaan mengenai jarum suntik dan selang infus bekas dapat di daur ulang dengan di sterilkan terlebih dahulu mendapat skor sebanyak 75 orang
37,5.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengukur sikap dengan jawaban setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan mengenai bahaya limbah medis padat serta cara pemilahan tempat sampah
limbah medis padat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
Jawaban Setuju Tidak
setuju Total
No Sikap n n n
1. Limbah rumah sakit perlu dipisahkan menjadi
limbah medis dan non medis. 191 95,5 9 4,5 200 100
2. Limbah medis rumah sakit lebih berbahaya dari
limbah rumah tangga. 195 97,5 5 2,5 200 100
3. Limbah medis di pilah-pilah menjadi limbah benda
tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah sitotoksik, limbah farmasi, limbah kimia,
dan limbah radioaktif. 189 94,5 11 5,5 200 100
4. Tempat pembuangan limbah dilapisi kantong plastic yang berbeda warnanya sesuai dengan jenis
limbah, agar tidak salah menempatkan limbah berbahaya di tempat yang tidak berbahaya.
189 94,5 11 5,5 200 100
5. Tempat pembuangan
limbah medis terbuka, sehingga memudahkan pembuangan.
70 35,0 130 65,0 200 100 6. Tempat
pembuangan limbah medis dipisahkan
dengan limbah non medis mulai dari awal di ruang penghasil limbah medis untuk memudahkan
pengelolaan selanjutnya. 184 92,0 16 8,0 200 100
7. Perban dan pembalut bekas pasien di buang tidak
dengan limbah non medis karena berbahaya. 153 76,5 47 23,5 200 100
8. Jarum suntik bekas pasien dibuang pada tempat
tersendiri sehingga tidak melukai perawat. 196 98,0 4 2,0 200 100
9. Srynge dan selang infus bekas pasien dibuang
terpisah bukan untuk tujuan di manfaatkan kembali. 166 83,0 34 17,0 200 100
10. Film bekas foto rontgen di buang tersendiri dalam
kantong limbah berwarna merah. 165 82,5 35 17,5 200 100
11. Obat kadaluwarsa dibuang tersendiri dalam kantong limbah berwarna kuning.
169 84,5 31 15,5 200 100 12.
Sisa jaringan tubuh tidak boleh dibuang di tempat limbah non medis.
182 91,0 18 9,0 200 100 13. Linen bekas penderita gangren harus dibuang
dengan cara dibakar. 107 53,3 93 46,5 200 100
14. Membuang limbah medis harus mengenali warna
kantong yang tepat. 185 92,5 15 7,5 200 100
15. Rumah sakit diwajibkan membakar limbah medis
dengan incinerator. 172 86,0 28 14,0 200 100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa sikap responden sebagian besar menjawab dengan setuju 50. Sedangkan sikap yang rendah dijumpai pada
pertanyaan tempat pembuangan limbah medis terbuka, sehingga memudahkan pembuangan mendapat skor sebanyak 70 orang 35,0.
Distribusi pengetahuan dan sikap responden dalam membuang limbah medis padat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Tindakan Dalam Membuang Limbah
Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
Variabel Jumlah Persen
4. Pengetahuan Kurang
Baik 108
92 54.0
46.0
Jumlah 200 100
5. Sikap Kurang
Baik 123
77 61.5
38.5
Jumlah 200 100
Dilihat dari tingkat pengetahuan, menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan responden terhadap tindakan membuang limbah
medis padat menunjukkan sebagian besar responden 108 orang 54, yang mempunyai pengetahuan kurang. Sedangkan berdasarkan sikap responden
menunjukkan sebanyak 123 orang 61,5 yang mempunyai sikap yang kurang dalam tindakan membuang limbah medis padat.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Faktor Pendukung Enabling Factors
Tabel 4.8. Hasil Observasi Ketersediaan fasilitas Pembuangan Limbah Medis padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008
Hasil observasi keterangan
N o
Nama Ruangan RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan Ketersediaan
fasilitas pembuangan
limbah medis padat
4Tempat persayaratan pembuangan limbah
medis padat.
1 2
3 4
5 A B
C D E F
G 1
Ruang XV √ X X
X √ √ X √ X X X
Tdk memenuhi syarat 2
Ruang XXIII √ X X
X √ √ √ X √ √ X
Tdk memenuhi syarat 3
Ruang XVII X X X
√ √ X √ √ X √ Tdk memenuhi syarat
4 Ruang VIP I
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ Memenuhi syarat 5
Ruang VIP II √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ Memenuhi syarat
6 Ruang E T.
X X √
X √ √ √ √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
7 Ruang Plus A
√ X √ √ √ √ √ √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
8 Ruang Plus B
√ X √ √ √ √ √ √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
9 Ruang III
X X X X
√ √ X √ √ √ √
Tdk memenuhi syarat 10
Ruang 7 8 √ X √
√ √ √ X √ √ √ √
Tdk memenuhi syarat 11
Ruang XXI √ X √
X √ √ X √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
12 Ruang 9 10
X X √
X √ √ √ √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
13 Ruang XVIII
X √ X
X √ √ X √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
14 Ruang XIV
X √ X
X √ √ X √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
15 Ruang THT
X X √
X √ √ X √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
17 Ruang Rawat Gabung
√ X X X
√ √ X √ √ √ √
Tdk memenuhi syarat 18 Ruang
Haemodilisa √ X √
√ √ √ √ √ √ √ X Tdk memenuhi syarat
19 Ruang ICU Lama
X X √
X √ √ X √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
20 Ruang USC Lama
√ X √ X
√ √ X √ X √ √
Tdk memenuhi syarat 21
Ruang IGD KBE √ √ √
X √ √ X √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
22 Ruang ICU
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ Memenuhi syarat 23 Ruang
ICCU √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ Memenuhi syarat
24 Ruang USC
X X
√ √ √ √ X √ √ X X
Tdk memenuhi syarat 25 Ruang
HDU X
X √
√ √ √ √ √ √ X X Tdk memenuhi syarat
26 Ruang Lt. 5
X √ √
X √ √ √ √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
27 Ruang Lt. 6
X √ √
X √ √ √ √ √ √
√ Tdk memenuhi syarat
28 Ruang Lt. 7
X √ X
√ √ √ √ √ √ √ √
Tdk memenuhi syarat 29
Ruang Lt. 8
√ √ X X
√ √ √ √ √ √ √
Tdk memenuhi syarat 30
Ruang IV Ginekologi
Ruang V Obstetrik √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ Memenuhi syarat
Keterangan tabel : X = Tidak ada √ = Ada
Hasil Observasi : 1. Tempat limbah medis non padat berkantong warna hitam 2. Tempat limbah medis padat infeksius berlaping kantong kuning
3. Tempat khusus pembuangan benda tajam infeksius 4. Tempat persyaratan pembuangan limbah :
a. tidak
mudah bocor
b. tidak mudah dijangkau seranggatertutup c.
Mudah dibersihkan
Universitas Sumatera Utara
d. Mudah
dijangkau e.
Mudah dilihat
f. Mudah diisi dan dikosongkan kembali g. Diberi tanda khususpapan penunjuk arah
5. Prosedur tetap pembuangan limbah medis padat.
Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 ruangan RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan yang telah di observasi keadaan fasilitasnya maka hanya 5 ruangan yang memenuhi persyaratan fasilitas pembuangan limbah medis padat, yaitu ruang VIP 1,
Ruang VIP 2, Ruang ICU, Ruang ICCU, Ruang Obstetrik dan Ruang Ginekologi. Untuk mengukur ketersediaan sarana informasi limbah medis padat dengan
jawaban Ada atau Tidak ada terhadap pertanyaan mengenai sarana informasi limbah medis padat dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sarana Informasi Limbah Medis padat Terhadap Tindakan Perawat Dalam
Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
Jawaban Ada Tidak
Total No
Ketersediaan sarana memperoleh informasi n n n
1. Pelatihan tentang pembuangan limbah medis
infeksius dan limbah benda tajam diadakan oleh rumah sakit dan saudara mengikutinya
8 4,0 192
96,0 200 100
2. Kursus tentang pembuangan limbah medis infeksius dan limbah benda tajam diadakan
dirumah sakit dan anda mengikutinya. 8 4,0
192 96,0
200 100 3. Penyuluhan
tentang pembuangan limbah medis
diadakan oleh rumah sakit dan anda mengikutinya. 16 8,0 184
92,0 200 100
4. Brosur pembuangan limbah medis yang bisa di
pelajari apakah sudah ada anda mempelajarinya 8 4,0
192 96,0
200 100 5. Pendidikkan
dan pelatihan kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit dan saudara mengikutinya.
8 4,0 192
96,0 200 100
6. Sosialisasi peraturan tertulis tentang pembuangan
limbah medis secara rutin minimal 2 x dalam setahun, diadakan evaluasi untuk melihat
perkembangan jumlah limbah di rumah sakit, dan saudara mengetahuinya
8 4,0 192
96,0 200 100
7. Sudah tahu tentang limbah medis infeksius dan
limbah benda tajam sebelum saudara bekerja di rumah sakit.
157 78,5 43 21,5 200 100
Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana memperoleh informasi tentang limbah medis padat rata rata responden sebayak 192 orang
mengaku tidak ada menerima informasi berupa pendidikan, pelatihan dan mendapat brosur tentang pembuangan limbah medis padat di tempat responden bekerja
96,0. Sebanyak 184 responden mengaku tidak ada mendapat informasi tentang penyuluhan pembuangan limbah medis padat di tempat responden bekerja 92,0.
Distribusi faktor pendukung ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat dan ketersediaan sarana memperoleh informasi dalam tindakan membuang
Universitas Sumatera Utara
limbah medis padat berdasarkan kategori ada dan tidak ada dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Ketersediaan Fasilitas Pembuangan Limbah Medis Padat dan Ketersediaan
Sarana Memperoleh Informasi Terhadap Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008
Variabel Jumlah Persen
1.Ketersediaan Fasilitas 190 95.0
10 5.0 Kurang
Baik
Jumlah 200 100
2. Ketersediaan Sarana 181 90.5
19 9.5 Kurang
Baik
Jumlah 200
100
Tabel 4.10 menggambarkan bahwa berdasarkan pendapat responden tentang dukungan sarana pembuangan limbah medis padat di RSU Dr. pirngadi Kota Medan,
mayoritas 190 orang responden berpendapat bahwa dukungan ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat yang kategori kurang yaitu sebesar 95, sedangkan
181 orang responden mengatakan dukungan ketersediaan sarana memperoleh informasi responden berpendapat masih kurang yaitu sebesar 90.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Faktor Pendorong Reinforcing Factors
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Rumah sakit Berkaitan Pembuangan Limbah Medis Padat Terhadap Tindakan
Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
Jawaban Ada Tidak
Total No
Kebijakan rumah sakit tentang pembuangan limbah medis padat
n n n
1. Peraturan tertulis tentang limbah medis padat yang
diterbitkan rumah sakit merujuk peraturan diatasnya
99 49,5 101 50,5 200 100 2.
Sanksi terhadap perawat yang melanggar prosedur tetap pembuangan limbah medis padat.
89 44,5 111 55,5 200 100 3.
Penghargaan terhadap perawat yang tidak pernah melanggar prosedur tetap pembuangan limbah
medis padat. 9 4,5
191 95,5 200 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 191 orang 95,5 mengaku tidak ada penghargaan yang diberikan kepada perawat yang
tidak pernah melanggar protap pembuangan limbah medis padat. Dan sebanyak 111 orang respoden 55,5 mengaku tidak ada sanksi yang diberikan kepada perawat
yang melanggar prosedur tetap pembuangan limbah medis padat di rumah sakit. Untuk mengukur motivasi responden dengan jawaban Ada atau Tidak ada
terhadap pertanyaan mengenai motivasi yang diperoleh perawat tentang limbah medis padat dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi yang Diperoleh Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis
Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
Jawaban Ada Tidak
Total No
Motivasi yang diperoleh perawat n n n
1. Adakah ucapan atau perkataan yang bisa
mendorong saudara membuang limbah medis pada tempatnya
198 99,0 2 1,0 200 100
2. Adakah sikap yang bisa mendorong saudara membuang limbah medis pada tempatnya
188 94,0 12 6,0 200 100 3.
Adakah tindakan yang bisa mendorong saudara membuang limbah medis pada tempatnya
188 94,0 12 6,0 200 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengaku ada motivasi yang diperoleh oleh perawat baik berupa ucapan mendorong untuk
membuang limbah medis padat sebanyak 198 responden 99, sikap dan tindakan yang dapat mendorong perawat untuk membuang limbah medis padat sebanyak 188
orang 94 mengatakan ada motivasi yang diperoleh. Distribusi faktor pendorong kebijakan rumah sakit dan motivasi yang
diperoleh perawat terhadap membuang limbah medis padat berdasarkan kategori baik dan kurang dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kebijakan RS dalam Membuang Limbah Medis Padat dan Motivasi yang
diperoleh Perawat Terhadap Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008
Variabel Jumlah Persen
1. Kebijakan RS Kurang
Baik 119
81 59,5
40,5
Jumlah 200
100
2. Motivasi Kurang
Baik 23
177 11,5
88,5
Jumlah 200 100
Dari tabel 4.13 diatas dapat dilihat hasil jawaban kuesioner mengenai kebijakan rumah sakit dan motivasi yang diperoleh perawat terhadap tindakan dalam
membuang limbah medis padat menunjukkan sebagian besar responden, 119 orang 59,5 berpendapat bahwa kebijakan rumah sakit berkaitan pembuangan limbah
medis padat kategori kurang. Dilihat hasil dari motivasi responden, 177 orang 88,5 memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat dalam kategori baik.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Variabel Dependen Tindakan Perawat
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2008
Jawaban Ya Tidak
Total No Tindakan
n n n
1. Limbah kertas dan plastik non infeksi saya buang
ke tempat limbah non medis yang berlapis kantong warna hitam.
164 82,0 36 18,0 200 100
2. Perban dan pembalut bekas pasien di bangsal
penyakit menular saya buang ke tempat limbah medis berlapis kantong warna kuning dengan tanda
biohazard 172 86,0 28 14,0 200
100
3. Setelah melakukan tindakan keperawatan merawat
luka kepada pasien, saya membuang limbah medis tempat sampah yang berwarna kuning
149 74,5 51 25,5 200 100
4. Jarum suntik bekas pasien yang saya buang ke
tempat limbah medis berlapis kantong warna kuning.
109 54,5 89 44,5 200 100
5. Srynge dan selang infuse bekas saya buang ke
tempat limbah non medis berlapis kantong berwarna hitam.
172 86,0 28 14,0 200 100
6. Obat kadaluwarsa saya kembalikan ke bagian
farmasi untuk dibakar dengan incinerator. 95 47,5 105 52,5 200
100 7.
Linen bekas penderita gangren saya buang ke tempat limbah non medis yang berlapis kantong
warna hitam. 140 70 60 30,0 200 100
8. Sisa jaringan tubuh saya buang ke tempat limbah
medis berlapis kantong warna kuning. 139 69,5 61 30,5 200
100 9.
Plester, perban, dan pembalut bekas pasien saya buang ke tempat limbah non medis berlapis
kantong warna hitam. 171 85,5 29 14,5 200
100 10. Saya membuang limbah medis tidak hanya
memperhatikan jarak terdekat tempat pembuangan juga memperhatikan spesifikasi
125 62,5 75 37,5 200 100
Dari tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab dengan Ya untuk pertanyaan tindakan 50. Jawaban untuk tindakan yang rendah
dijumpai pada pertanyaan mengenai obat kadaluwarsa dikembalikan ke bagian farmasi untuk dibakar dengan incenerator nilai skor yang menjawab ya sebanyak 95
orang 47,5.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat berdasarkan kategori baik dan kurang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Perawat dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2008
Tindakan Jumlah Persen
Kurang Baik
145 55
72.5 27.5
Jumlah 200 100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil jawaban kuesioner mengenai tindakan membuang limbah medis padat menunjukkan sebagian besar responden, 145
orang 72,5 mempunyai tindakan dalam kategori kurang.
4.3. Hasil Uji Statistik
4.3.1. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
Dari analisa telah diketahui karakteristik variabel-variabel penelitian. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen
dilakukan uji bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Suatu variabel independent dinyatakan mempunyai hubungan jika hasil uji
statistiknya memperoleh nilai p value 0.05.
1. Hubungan Umur dengan tindakan membuang limbah medis padat
Hubungan antara umur dengan tindakan membuang limbah medis padat pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 116 responden yang berumur dewasa muda 21-
Universitas Sumatera Utara
35 tahun di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebanyak 25,9 responden melakukan tindakan membuang limbah medis padat yang baik, sedangkan dari 84 responden
yang berumur dewasa 35-60 tahun terdapat 70,2 melakukan tindakan membuang limbah medis padat yang kurang.
Tabel 4.16. Distribusi Responden Menurut Umur dan Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun
2008
Tindakan membuang limbah medis padat
Kurang Baik Total
Umur
n n n P value
D.muda21-35 tahun
86 74,1 30 25,9 116 100
Dewasa 35-60 tahun
59 70,2 25 29,8 84 100
0,653
Jumlah 145 72,5 55 27,5 200 100
Hasil uji chi square diperoleh p value 0,653 p value 0,05. Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan tindakan
membuang limbah medis padat.
2. Hubungan Pendidikan dengan tindakan membuang limbah medis padat
Hasil uji bivariat antara pendidikan responden dengan tindakan membuang limbah medis padat dapat dilihat pada tabel 4.17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17. Distribusi Responden Menurut Pendidikan dan Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan, Tahun 2008
Tindakan membuang limbah medis padat
Kurang Baik Total
Pendidikan
n n n P value
Rendah 25 80,6 6 19,4 31 100
Menengah 100 75,8
32 24,2
32 100
Tinggi 20 54,1 17 45,9 37 100
0,018
Jumlah 145 72,5 55 27,5 200 100
Berdasarkan tabel 4.17 diatas, dari 31 responden yang memiliki pendidikan rendah, 80,6 melakukan tindakan membuang limbah medis padat yang kurang baik.
Sedangkan kelompok responden 37 orang dengan tingkat pendidikan tinggi sebsesar 45,9 melakukan tindakan baik dalam membuang limbah medis padat. Hasil uji chi
square diperoleh nilai p value = 0,018. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara pendidikan dengan tindakan membuang limbah
medis padat.
3. Hubungan Masa kerja dengan Tindakan Membuang Limbah Medis Padat