Hubungan dukungan ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis Hubungan Ketersediaan sarana memperoleh informasi dengan tindakan

Tabel 4.20. menunjukkan bahwa responden dengan sikap kurang, lebih banyak yang tindakan kurang 79,7, sedangkan responden dengan sikap yang baik, lebih banyak tindakan baik 39 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analis chi square diperoleh hubungan sikap dengan tindakan responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan dengan menunjukkan p value = 0,007. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku. Hasil ini didukung oleh teori Newcomb Notoadmojo, 2003 yang mengatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sumiati2004 yang mengatakan karyawan yang mempunyai kecenderungan sikap positif tentang jenis, macam, bahaya, dan cara pembuangan limbah klinis besar kemungkinan akan berperilaku baik sesuai persyaratan dalam membuang limbah klinis.

5.1.6. Hubungan dukungan ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis

padat dengan tindakan membuang limbah medis padat Tabel 4.21. Menunjukkan bahwa responden yang ketersediaan fasilitas pembuangannya tidak ada, lebih banyak yang tindakan kurang 75,3, sedangkan responden yang ketersediaan fasilitas pembuangannya ada lebih banyak yang tindakan baik sebanyak 80 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan ketersediaan fasilitas pembuangan dengan perilaku responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan Universitas Sumatera Utara menunjukkan p value = 0,001. Dengan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan perawat akan mudah memanfaatkannya, karena betapapun positifnya sikap mental yang dimiliki jika sarananya tidak tersedia, mereka tidak akan berperilaku baik dengan membuang limbah medis padat pada tempatnya. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Green Notoadmojo, 2003 Ketersediaan fasilitas merupakan faktor pendukung terwujudnya sikap menjadi suatu perilaku. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Salim 2002 melaporkan kondisi prasarana dan sarana fisik mempengaruhi tindakan karyawan. Hasil penelitian Sumiati 2004 di RS Panembahen Senopati Bantul, mengatakan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi perilaku karyawan dalam membuang limbah klinis adalah ketersediaan fasilitas pembuangan limbah klinis yang kurang, mempunyai resiko mempengaruhi perilaku yang kurang baik.

5.1.7. Hubungan Ketersediaan sarana memperoleh informasi dengan tindakan

membuang limbah medis padat Tabel 4.22. Menunjukkan bahwa respon yang ketersediaan sarana memperoleh informasi tidak ada, lebih banyak yang tindakannya kurang75,1, sedangkan responden yang ketersediaan sarana memperoleh informasinya ada lebih banyak tindakan baik 52,6 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan ketersediaan sarana memperoleh informasi dengan perilaku responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan menunjukkan p value 0,015. Universitas Sumatera Utara Ada tidaknya fasilitas pembuangan limbah medis padat dan sarana memperoleh informasi limbah medis padat, dipengaruhi oleh adanya perencanaan matang, dana yang tersedia, dan diwujudkan dengan adanya pengadaan fasilitas dan sarana yang diperlukan. Kepada perawat perlu diadakan pelatihan, kursus, penyuluhan dan memiliki brosur tentang pengelolaan limbah medis padat yang diselenggarakan oleh rumah sakit atau pihak lain, dan adanya sosialisasi peraturan tertulis berupa prosedur tetap pembuangan limbah medis padat yang mudah di mengerti oleh perawat. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis padat akan memudahkan perawat memperoleh informasi limbah medis padat dan dapat mengubah perilaku perawat membuang limbah medis padat sesuai persyaratan. Menurut Salim 2002 faktor pendukung ketersediaan sarana informasi ternyata dapat merangsang secara tidak langsung untuk terbentuk tindakan seseorang.

5.1.8. Hubungan kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat dengan