Ada tidaknya fasilitas pembuangan limbah medis padat dan sarana memperoleh informasi limbah medis padat, dipengaruhi oleh adanya perencanaan
matang, dana yang tersedia, dan diwujudkan dengan adanya pengadaan fasilitas dan sarana yang diperlukan. Kepada perawat perlu diadakan pelatihan, kursus,
penyuluhan dan memiliki brosur tentang pengelolaan limbah medis padat yang diselenggarakan oleh rumah sakit atau pihak lain, dan adanya sosialisasi peraturan
tertulis berupa prosedur tetap pembuangan limbah medis padat yang mudah di mengerti oleh perawat. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis
padat akan memudahkan perawat memperoleh informasi limbah medis padat dan dapat mengubah perilaku perawat membuang limbah medis padat sesuai persyaratan.
Menurut Salim 2002 faktor pendukung ketersediaan sarana informasi ternyata dapat merangsang secara tidak langsung untuk terbentuk tindakan seseorang.
5.1.8. Hubungan kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat dengan
tindakan membuang limbah medis padat
Tabel 4.23. Menunjukkan responden yang tidak ada mengetahui kebijakan rumah sakit tentang limbah medis padat lebih banyak tindakan kurang 87,4,
sedangkan responden yang mengetahui ada kebijakan rumah sakit, lebih banyak yang tindakan baik 49,4 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi
square diperoleh kebijakan rumah sakit dengan tindakan responden membuang limbah medis padat secara statistik signifikan menunjukkan p value = 0,001.
Dengan adanya berbagai ketentuan yang diambil oleh pihak rumah sakit meliputi adanya peraturan tertulis tentang pengolahan limbah klinis yang diterbitkan
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit dengan mengacu pada peraturan diatasnya dan diketahui oleh perawat, adanya sanksi dan penghargaan pelaksanaan prosedur tetap pembuangan limbah
medis padat dan diketahui oleh perawat di unit penghasil limbah medis padat akan berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green yang mengatakan bahwa kebijakan rumah sakit merupakan salah satu faktor yang mendorong atau
memperkuat untuk berperilaku sehat, yang dalam penelitian ini adalah tindakan membuang limbah medis padat. Menurut Krech 1962 yang dikutip Sumiati 2004,
berubahnya pandangan atau tindakan seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok yang muncul karena adanya pertentangan antara individu dengan pendapat kelompok,
dibedakan menjadi patuh sesuai peraturan karena terpaksa compliance, yang hal ini akan menghasilkan perilaku tetap.
5.1.9. Hubungan motivasi yang diperoleh perawat dengan tindakan membuang
limbah medis padat
Tabel 4.24. Menunjukkan bahwa responden yang tidak ada memperoleh motivasi lebih banyak yang tindakan kurang 91,3, sedangkan responden yang
mengatakan ada memperoleh motivasi lebih banyak berperilaku baik 29,9 dalam membuang limbah medis padat. Hasil analisis chi square diperoleh hubungan
motivasi yang diperoleh dengan tindakan responden dalam membuang limbah medis padat secara statistik signifikan menunjukkn p value = 0,044.
Menurut Teori Morgan 1986 cit Notoatmojo 2005, Jika keadaan internal seseorang tidak seimbang, maka individu akan termotivasi untuk melakukan suatu
Universitas Sumatera Utara
tindakanperilaku untuk mencapai suatu tujuan, dimana jika tujuan tersebut tercapai maka akan terjadilah keseimbangan yang menyebabkan sesorang akan merasa puas
dan lega. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sumiati 2004 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul, penelitian tersebut melaporkan bahwa motivasi karayawan tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan
perilaku responden dalam membuang limbah klinis.
5.2. Keterbatasan Penelitian