Piramida Makanan Pola Pangan Harapan PPH

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan Makanan yang dikonsumsi harus cukup gizi dan aman bagi kesehatan atau terbebas dari pengawet, penyedap rasa dan lain sebagainya. 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Makanan kemasan yang baik mencantumkan label nutrisi yang berisi bahan-bahan dan kandungan nutrisi. Makanan yang baik juga menetapkan batas kadaluarsa pada kemasan. Memperhatikan label nutrisi pada kemasan membantu konsumen secara seksama memilih makanan yang sehat dan aman.

2.7 Piramida Makanan

1. Pada baris pertama terdiri dari air putih dimana kita mengetahui tentang kebutuhan air minum kita sehari, yakni +8 gelas. 2. Pada baris kedua, itu merupakan Sumber Karbohidrat yang biasanya juga disebut sebagai makanan pokok. Dari gambar piramida diatas itu, selain kita bisa mengetahui kalau kebutuhannya paling besar diantara makanan yang lain, kita juga bisa melihat makanan pokok itu tidak selalu nasi. Bisa diganti dengan roti, sereal, biskuit, bahkan pasta. 3. Pada tingkat ketiga, kebutuhan terbesar kedua adalah sayuran dan buah- buahan. Kedua bahan makanan ini sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral, juga serat. Karena keduanya berada dalam satu baris, memang lebih baik keduanya memiliki porsi yang lebih besar. Lebih baik mengkonsumsi keduanya secara bersamaan, karena semakin beranekaragam yang kita makan semakin bervariasi pula zat gizi yang kita Universitas Sumatera Utara dapatkan. Karena pada kenyataannya, tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi secara sempurna kecuali ASI. 4. Tingkat keempat terdiri dari makanan yang mengandung protein, yakni protein hewani seperti daging, ayam dan telur. Protein nabati seperti kacang kedelai, kacang hijau, dan olahannya dan dairy product seperti susu, keju dan yoghurt. 5. Tingkat kelima, posisi puncak yang menandakan kebutuhan yang sangat sedikit atau bahkan lebih baik dihindari, yang dihuni oleh minyak, garam, gula , suplemen dan vitamin tambahan. Beberapa jenis makanan disini, biasanya memang tidak berdiri sendiri, melainkan bercampur dengan bahan makanan lainnya Arnawa, dkk, 2013.

2.8 Pola Pangan Harapan PPH

Untuk menilai keberhasilan upaya percepatan penganekaragaman pola konsumsi pangan diperlukan suatu parameter. Parameter yang digunakan adalah Pola Pangan Harapan. Pola Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relatif terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan. Sehingga mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk sekaligus mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung dengan citarasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli masyarakat Baliwati, dkk, 2010. PPH mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan Universitas Sumatera Utara berdasarkan skor pangan dari 9 bahan pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan hanya terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga Depkes RI, 2014. Tiap Negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi Indonesia menurut hasil Workshop on Food and Agriculture Planning for Nutritional Adequacy di Jakarta tanggal 11-13 Oktober 1989 direkomendasikan sebagai berikut: Kelompok padi-padian sekitar 50, makanan berpati sekitar 5, pangan hewani sekitar 15-20, minyak dan lemak lebih dari 10, kacang- kacangan sekitar 5 , gula 6-7, buah dan sayur 5 FAO-MOA, 1989. Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG VII tahun 2004, susunan PPH Nasional yang telah disepakati terdapat pada table 2.1 dengan target pencapaian energi sebesar 2000 Kkalkapitahari. Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang Nasional No Kelompok Pangan Pola Pangan Harapan Nasional Gram Konsumsi Energi Kkal AKE Bobot Skor Mutu PPH 1 Padi-padian 275 1,000 50,0 0,5 25,0 2 Umbi-umbian 100 120 6,0 0,5 3, 0 3 Pangan hewani 150 240 12,0 2,0 24,0 4 Minyak dan lemak 20 200 10,0 0,5 5,0 5 Biji berminyak 10 60 3,0 0,5 1,5 6 Kacang-kacang 35 100 5,0 2,0 10,0 7 Gula 30 100 5,0 0,5 2,5 8 Sayur dan buah 250 120 6,0 5,0 30,0 9 lain-lain 60 3,0 0,0 0,0 Jumlah 2,000 100,0 100,0 Sumber: Pusat Penganekaragaman Konsumsi Dan Keamanan Pangan, 2013 Dalam konsep PPH, setiap kelompok pangan dalam bentuk energi mempunyai pembobot yang berbeda tergantung dari peranan pangan dari masing- Universitas Sumatera Utara masing kelompok terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sebagai contoh, pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena pangan tersebut hanya sebagai sumber energi untuk pertumbuhan manusia. Sebaliknya pangan hewani dan kacang-kacangan sebagai sumber protein yang berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai pembobot 2 dan sayurbuah sebagai sumber vitamin dan mineral, serat, dan lain- lain mempunyai pembobot 5. Dengan mengkalikan proporsi energi dengan masing-masing pembobotnya, maka dalam konsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100. Dalam arti penganekaragaman konsumsi pangan sesuai konsep PPH harus mempunyai skor 100 Ariani, 2005. Penilaian untuk keberhasilan penganekaragaman konsumsi pangan berdasarkan skor mutu PPH yang dicapai dibagi dalam 3 tiga kategori sebagai berikut Suhardjo dalam Sembiring 2002 : a. Segitiga perunggu Skor mutu pangan kurang dari 78, dengan ciri-ciri antara lain : - Energi dari padi-padian dan umbi-umbian masih tinggi diatas norma PPH - Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih rendah dibawah norma PPH - Energi dari minyak dan gula relatif sudah memenuhi norma PPH b. Segitiga Perak Skor mutu pangan 78-87, dengan ciri-ciri antara lain : - Energi dari padi-padian dan umbi-umbian makin menurun, namun masih diatas norma PPH Universitas Sumatera Utara - Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih rendah masing- masing antara 8-12 dan 4-5 - Energi dari minyak, kacang-kacangan dan gula relatif sudah memenuhi norma PPH c. Segitiga Emas Skor mutu pangan 88 keatas dengan ciri-ciri antara lain : - Energi dari padi-padian sedikit diatas norma PPH atau relatif sama - Energi dari pangan hewani diatas 12 atau relatif sama dengan norma PPH - Energi dari kelompok pangan lain sudah relatif memenuhi norma PPH Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rosida tentang pola konsumsi pangan keluarga dan pola pangan harapan PPH di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie ditemukan bahwa rata-rata konsumsi energi penduduk Desa Kampong Jeumpa sebesar 2045 kalori lebih tinggi dari kecukupan energi yaitu 2000 kalori. Komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan dan gizi, dimana konsumsi padi-padian dan pangan hewani cukup tinggi sebesar 67,2 dan 15,5. Sedangkan kelompok pangan lain sangat rendah dibanding PPH Nasional yang telah ditetapkan. Sehingga komposisi pangan yang tidak seimbang tersebut menyebabkan skor mutu PPH menjadi rendah yaitu 68,2. Hal ini mengindikasikan bahwa sekalipun kecukupan energi terpenuhi tidak menjamin skor mutu PPH menjadi lebih baik. Universitas Sumatera Utara

2.9 Perilaku

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

2 46 100

Jenis – Jenis Larva Nyamuk di Kelurahan Baru–Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

10 60 50

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 15

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 2

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 8

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 28

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 4

Perilaku Keluarga Petani Dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berdasarkan Karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Pangan - Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

0 0 19

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 15