Karakteristik Individu Yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

2.2. Yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

2.2.1. Karakteristik Individu

1. Umur Daya tahan tubuh untuk melawan infeksi pada hakekatnya sama untuk semua umur akan tetapi pada usia sangat muda awal kelahiran dan pada usia 10 tahun pertama hidupnya memiliki sistem pertahanan tubuh sangat lemah. Kemungkinan anak balita untuk terinfeksi dan menimbulkan sakit sangat tinggi. Sebelum massa puberitas infeksi primer ditemukan di paru. Sampai usia 2 tahun dapat mengakibatkan keadaan yang berat seperti tuberkulosis milier dan meningitis tuberkulosis Crofton, 1989. Penyakit tuberkulosis menyerang sebagian besar kelompok produktif usia kerja 15-50 tahun sebesar 75 Gerdunas, 2002, dengan kata lain 25 pada usia 0-14 tahun dan 50 tahun. Selama ini pemeriksaan tuberkulosis paru belum maksimal karena sulitnya pemeriksaan pada anak, akan tetapi sekarang pemeriksaan pada anak sudah mulai dianjurkan dengan banyaknya pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap. Keberhasilan penanggulangan tuberkulosis paru tergantung dari kedisiplinan berbagai pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung. 2. Jenis Kelamin Hampir tidak ada perbedaan diantara anak laki-laki dengan anak perempuan sampai puberitas, bayi dan anak kecil kedua jenis kelamin memiliki daya tahan Universitas Sumatera Utara yang lemah. Menurut Achmadi 2008, diduga jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko yang masih memerlukan evidence pada masing-masing wilayah. 3. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil ”tahu”, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu Know tahu, memahami comfrehension, aplikasi application, analisis analysis, sintesis syntesis, evaluasi evaluation. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas Notoatmodjo, 2003. 4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu : menerima receiving, merespons responding, menghargai valuing, bertanggung jawab responsible. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden Notoatmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara 5. Tindakan atau Praktek Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik. Inilah yang disebut praktek kesehatan atau tindakan kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan. Tindakan atau praktek terdiri dari 4 tingkatan yaitu : persepsi perception, respon terpimpin guided respons, mekanisme mecanism, adaptasi adaptation, Notoatmodjo, 2003. Tiap individu berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan meskipun gangguan kesehatan sama. Tindakan kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan kesehatan. Tindakan kesehatan terhadap lingkungan seperti hindari kerumunan orang banyak yang sekaligus dapat mengurangi penyakit saluran pernapasan yang menular, terhadap ventilasi rumah dengan cara menutup dan membuka jendela di pagi dan siang hari, serta ajakan agar setiap orang tidak meludah disembarang tempat. 6. Status Gizi Pola makan dan konsumsi gizi pada seseorang dapat menetukan tercapainya tingkat kesehatan, apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan Universitas Sumatera Utara tubuh yang sangat tinggi. Apabila konsumsi gizi pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi Notoatmodjo, 2004. Terdapat bukti yang sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap penularan penyakit tuberkulosis, faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon imunologis terhadap penyakit Soemirat, 2000. Pada anak yang sehat bakteri masuk ke dalam paru tidak langsung berkembang dan menyerang, tetapi akan menumpuk pada waktu kondisi tubuh menurun atau lemah karena sakit atau kurang gizi, penyakit ini akan cepat berkembang Suyitno, 1990. 7. Lama Tinggal Lama tinggal individu dihubungkan masa inkubasi tuberkulosis, pada penderita TB Paru biasanya paling cepat 3-6 bulan setelah terjadi infeksi Depkes RI, 2002. Masa inkubasi adalah jarak waktu mulai terjadi infeksi hingga muncul gejala penyakit, sehingga responden dapat diidentifikasi waktu tinggalnya sebelum masa inkubasi atau dalam kurun waktu inkubasi. 8. Pekerjaan Penyakit tuberkulosis dapat di hubungkan dengan beberapa penyakit paru akibat kerja, mengingat penyakit ini adalah airborne infektion, maka juga dapat temukan penyebaran penyakit pada lingkungan kerja disekitar penderita. Universitas Sumatera Utara Telah dilaporakan dari sebuah kapal Amerika Serikat yang mempunyai sirkulasi udara yang tertutup, seorang penderita tuberkulosis BTA positif yang amat simtomatik telah menyebabkan konversi tuberkulin dari negatif menjadi positif pada 53 dari 60 orang 80 yang berada satu ruangan, dimana enam diantaranya kemudian menderita tuberkulosis. Sedangkan pada ruangan lain disebelah ruangan kasus awal, ditemukan perubahan test tuberkulin pada 43 dari 81 orang 53 dimana seorang diantaranya memang menderita tuberkulosis Aditama, 1996. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas terutama terjadi gejala penyakit saluran pernapasan dan menurunnya fungsi paru Ware JH, 1981. 9. Riwayat Kesehatan. Keluhan yang dirasakan penderita seperti batuk selama 3 minggu atau lebih, sesak napas, rasa nyeri dada, berat badan menurun, napsu makan menurun, badan lemah, keringat malam, dahak bercampur darah, demam meriang dan lainnya Depkes RI, 2002. 10. Sosial Ekionomi Kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkat pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan pelayanan kesehatan Sukarni, 1994. LIPI 2000, menyatakan bahwa penurunan ringkat pendapatan menyebabkan banyak rumah tangga mengalami kesulitan untuk membeli pangan, mengakibatkan berubahnya pola pengeluaran konsumsi dengan proforsi yang Universitas Sumatera Utara lebih besar untuk bahan makanan di bandingkan untuk kebutuhan bukan makanan seperti kebutuhan pendidikan dan kesehatan. WHO 2003, menyebutkan 90 penderita TB Paru di dunia menyerang kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin. 11. Status Imunisasi BCG Imunisasi BCG adalah vaksin yang terdiri dari basil yang hidup yang telah dilemahkan atau dihilangkan virulensinya, Basil ini berasal dari suatu strain tuberkulosis bovin yang dibiakan selama beberapa tahun dalam laboratorium. Vaksin BCG merangsang kekebalan, basil tuberkulosis dapat memasuki tubuh akan tetapi pada kebanyakan kasus daya pertahanan tubuh yang meningkat akan mengendalikan dan membunuh kuman-kuman tersebut. Percobaan-percobaan terkontrol di negara-negara barat dengan sebagian anak bergizi cukup menunjukan bahwa BCG dapat memberikan 80 perlindungan terhadap penyakit tuberkulosis selama 15 tahun bila diberikan sebelum infeksi pertama kali yakni kepada anak-anak dengan tuberkulin negatif. Namun percobaan-percobaan pada skala luas dengan tipe yang sama di Amerika Serikat dan India telah gagal menunjukan manfaat, tetapi sejumlah percobaan berskala lebih kecil pada bayi di negara-negara miskin telah menunjukan perlindungan penting khususnya terhadap tuberkulosis milier dan meningitis tuberkulosis Crofton, 1993 . Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

3 44 122

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

Hubungan antara Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen Kabupaten Pati.

0 0 1

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYU URIP KABUPATEN PURWOREJO

0 0 11

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MASYARAKAT MENGENAI LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAGUBOTI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBASA TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 14

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPOR 1

0 0 62