Pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 Lux dan tidak menyilaukan.
Pencahayaan yang tidak cukup menyebabkan kelelahan mata, kecelakaan, sukar menjaga kebersiahan, menurunkan produktifitas kerja Depkes RI, 1999.
5.2.5. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Chi Square terdapat hubungan signifikan antara kelembaban dengan kejadian tuberkolosisis paru dengan nilai p =
0,004 p0,05. Responden yang menderita tuberkulosis paru lebih banyak dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Edi
Hartono 2004, bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan kejadian tuberculosis paru.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Soemirat 2001, bahwa ruangan rumah perlu dijaga kelembabannya, Ruangan rumah yang lembab akan meningkatkan
perkembangan mikroorganisme termasuk kuman mikrobakterium tuberkulosis paru.
5.2.6. Hubungan Suhu dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Chi Square terdapat hubungan signifikan antara suhu dengan kejadian tuberkolosisis paru dengan nilai p = 0,000
p0,05. Penelitian ini diperoleh bahwa responden yang menderita tuberkulosis paru lebih banyak dengan suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat.
Menurut Depkes RI 1999 bahwa rumah hendaknya dapat berfungsi sebagi tempat untuk menyimpan udara yang segar, suhu udara yang nyaman dalam sebuah
Universitas Sumatera Utara
rumah berada pada kisaran 18 C sampai 30
C. Udara yang segar sangat diperlukan menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan, udara bukanlah
lingkungan yang baik bagi perkembangan mikroorganisme, tetapi berbagai agent dapat bertahan hidup untuk beberapa waktu di dalamnya. Terutama dalam lingkungan
udara yang tidak bebas lebih mengutungkan bagi agent, kelompok agent yang dapat disebarkan oleh udara tidak bebas di dalam rumah hunian dapat seperti penyakit
menular tuberkulosis dan influenza.
5.2.7. Hubungan Polutan dalam Rumah dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Chi Square terdapat hubungan signifikan antara polutan dalam rumah dengan kejadian tuberkolosisis paru dengan
nilai p = 0,014 p0,05. Responden yang menderita tuberkulosis paru lebih banyak dengan ada polutan dalam rumah. Polutan dalam rumah misalnya akibat asap rokok,
menggunakan kayu bakar dan penggunaan obat nyamuk bakar. Penelitian ini sesuai dengan Fran Desmon 2006, bahwa berperilaku merokok
dan menggunakan kayu bakar dirumahnya berpeluang besar menderita penyakit tuberkulosis paru. Sedangkan Aditama 1997, menyatakan bahwa kebiasaan
merokok terbukti memiliki hubungan dengan penyakit seperti kanker paru-paru dan tuberkulosis paru.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Hubungan Karakteristik Wilayah Ketinggian Permukaan Tanah dari