seseorang penderita kepada orang lain, dan dapat menularkan pada 10-15 orang disekitarnya Depkes RI, 2002.
5.2.2. Hubungan Jenis Lantai Dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Chi Square terdapat hubungan signifikan antara jenis lantai dengan kejadian tuberkolosisis paru dengan nilai p =
0,000 p0,05. Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden yang menderita tuberkolosis paru lebih banyak yang mempergunakan lantai tanah. Jenis lantai rumah
dengan tanah mempengaruhi terjadinya tuberkolosis paru dimana lantai rumah dengan tanah akan mengakibatkan kelembaban ruangan rumah. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Edi Hartono 2004, bahwa jenis lantai menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian tuberculosis paru dengan nilai p = 0,012.
Menurut penelitian Ariza Adnani dan Asih Mahastuti 2003-2006, bahwa lantai rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit TBC Paru, resiko untuk
menderita TBC Paru 3-4 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang lantainya tidak memenuhi syarat kesehatan.
5.2.3. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Chi Square terdapat hubungan signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian tuberkolosisis paru dengan nilai p
= 0,000 p0,05. Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden yang menderita tuberkolosis paru lebih banyak dengan ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Edi Hartono 2004, bahwa ada hubungan yang bermakna antara luas ventilasi dengan kejadian tuberculosis paru.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Ariza Adnani dan Asih Mahastuti 2003-2006, bahwa ventilasi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit TBC Paru, resiko untuk
menderita TBC Paru 5 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang ventilasinya tidak memenuhi syarat kesehatan.
Ventilasi yang tidak baik dapat menyebabkan udara tidak nyaman kepengapan, bronchitis, asma kambuh, masuk angin dan udara kotor penularan
penyakit saluran pernafasan, dan ventilasi yang baik harus memenuhi persyaratan agar udara yang masuk tidak terlalu deras atau terlalu sedikit, luas ventilasi minimal
10 dari luas lantai. Untuk luas lubang ventilasi tetap minimum 10 dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi yang tidak tetap dapat dibuka dan ditutup
10 dari luas lantai Depkes RI, 1999.
5.2.4. Hubungan Pencahayaan dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Chi Square terdapat hubungan signifikan antara pencahayaan dengan kejadian tuberkolosisis paru dengan nilai p =
0,000 p0,05. Pencahayaan juga tidak kalah pentingnya berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru dan responden yang menderita tuberkulosis paru lebih
banyak dengan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Edi Hartono 2004, bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pencahayaan dengan kejadian tuberculosis paru. Sedangkan penelitian Pertiwi 2004, menyatakan penghuni rumah yang pencahayaannya tidak memenuhi syarat akan 2,5
kali terkena tuberkulosis dibandingkan penghuni yang pencahayaan rumahnya memenuhi persyaratan di Jakarta Timur.
Universitas Sumatera Utara
Pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 Lux dan tidak menyilaukan.
Pencahayaan yang tidak cukup menyebabkan kelelahan mata, kecelakaan, sukar menjaga kebersiahan, menurunkan produktifitas kerja Depkes RI, 1999.
5.2.5. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian Tuberkolosis Paru