Hubungan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

4.5. Hubungan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

Tabel 4.4. Hubungan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2009 Tuberkulosis Paru Kasus Kontrol Total Nilai No Karakteristik Penderita N N N P R Square 1 Umur a. ≤ 30 tahun b. 30 tahun 30 35 23.1 26.9 17 48 13.1 36.9 47 83 36.2 63.8 0.018 0.208 2 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 63 2 48.5 1.5 56 9 43.1 6.9 119 11 91.5 8.5 0.027 0.039 3 Pendidikan a. Tidak Sekolah a. Sekolah 27 38 20.8 29.2 12 53 9.2 40.8 39 91 30.0 70.0 0.004 0.063 4 Pekerjaan a. Tidak Bekerja b. Bekerja 22 43 16.9 33.1 10 55 7.7 42.3 32 98 24.6 75.4 0.015 0.046 5 Pengetahuan a. Buruk b. Baik 25 40 19.2 30.8 10 55 7.7 42.3 35 95 26.9 73.1 0.003 0.067 6 Status Gizi Gizi Buruk = -3 SD Gizi Baik = -3 SD 39 26 30.0 20.0 9 56 6.9 43.1 48 82 36.9 63.1 0.000 0.200 7 Status Imunisasi BCG a. Tidak Mendapat BCG b. Mendapat BCG 65 50.0 8 57 6.2 43.8 73 57 56.2 43.8 0.000 0.619 8 Status Sosial Ekonomi a. Tidak Memiliki kartu JKM b. Memiliki kartu JKM 35 30 26.9 23.1 12 53 9.2 40.8 47 83 36.2 63.8 0.000 0.131 9 Tindakan a. Kurang b. Baik 38 27 29.2 20.8 13 52 10.0 40.0 51 79 39.2 60.8 0.000 0.394 ٭ signifikan prob α = 0,05 Tabel 4.4. diatas menunjukkan 36.2 responden dengan umur ≤ 30 tahun mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 23.1, sedangkan 63.8 responden Universitas Sumatera Utara dengan umur 30 tahun mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 36.9, artinya bahwa umur ≤ 30 tahun lebih besar kemungkinannya mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan umur responden dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,018 p0,05. Kemudian berdasarkan uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square yaitu besarnya 0,208 atau 20.8 artinya, variasi umur responden menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah. Responden dengan jenis kelamin laki-laki 91.5 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 48.5, sedangkan 8.5 responden dengan jenis kelamin perempuan mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 6.9, artinya bahwa perempuan lebih kecil kemungkinannya mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan jenis kelamin dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,027 p0,05. Hasil uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square 0,039 atau 3.9 artinya, variasi jenis kelamin menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah. Responden yang tidak sekolah 30.0 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 20.8, sedangkan 70.0 responden yang bersekolah mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 40.8, artinya yang bersekolah lebih kecil kemungkinannya mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,004 p0,05. Hasil uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square sebesar 0,063 atau 6.39 artinya, variasi pendidikan menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah. Universitas Sumatera Utara Responden yang tidak bekerja 24.6 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 16.9, sedangkan 75.4 responden yang bekerja mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 42.3, artinya yang bekerja lebih besar kemungkinannya mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,015 p0,05. Kemudian berdasarkan uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square yaitu besarnya 0,046 atau 4.6 artinya, variasi pekerjaan menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah. Responden berpengetahuan kurang 26.9 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 19.2, sedangkan 73.1 responden berpengetahuan baik mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 42.3, artinya bahwa pengetahuan yang baik lebih kecil kemungkinannya mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,003 p0,05. Hasil uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square yaitu besarnya 0,067 atau 6.7 artinya, variasi pengetahuan menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah. Responden dengan gizi buruk 36.9 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 30.0, sedangkan 63.1 responden dengan gizi baik mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 43.1, artinya bahwa gizi baik lebih kecil mengakibatkan mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan status gizi dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,000 Universitas Sumatera Utara p0,05. Hasil uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square sebesar 0.200 atau 20.0 artinya, variasi status gizi menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah. Responden yang tidak mendapat imunisasi BCG 56.2 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 50.0, sedangkan 43.8 responden yang mendapat imunisasi BCG semuanya tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 43.8. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,000 p0,05. Kemudian berdasarkan uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square yaitu besarnya 0.619 atau 61.9 artinya, variasi status Imunisasi BCG menjelaskan tuberkulosis paru kategori kuat. Responden yang tidak memiliki kartu kartu JKM 36.2 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 26.9, sedangkan 63.8 responden yang memiliki kartu JKM mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 40.8, artinya bahwa yang memiliki kartu JKM lebih kecil kemungkinannya mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan status sosial ekonomi dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,000 p0,05. Hasil uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square besarnya 0.131 atau 13.1 artinya, variasi sosial ekonomi menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah Responden dengan tindakan kurang 39.2 mayoritas menderita tuberkulosis paru yaitu 29.2, sedangkan 60.8 responden dengan tindakan baik mayoritas tidak menderita tuberkulosis paru yaitu 40.0, artinya bahwa tindakan yang baik lebih kecil kemungkinannya mengakibatkan tuberkulosis paru. Hasil uji Chi Square Universitas Sumatera Utara menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tindakan dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,000 p0,05. Hasil uji regresi logistik dengan metode enter diperoleh R Square sebesar 0.395 atau 39.5 artinya, variasi tindakan menjelaskan tuberkulosis paru kategori lemah.

4.6. Hubungan Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

3 44 122

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

Hubungan antara Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen Kabupaten Pati.

0 0 1

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYU URIP KABUPATEN PURWOREJO

0 0 11

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MASYARAKAT MENGENAI LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAGUBOTI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBASA TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 14

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPOR 1

0 0 62