Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah

2.2.2. Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah

1. Ventilasi Ventilasi rumah mempunyai fungsi antara lain menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O 2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O 2 di dalam rumah sehingga kadar CO 2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen atau bakteri-bakteri penyebab penyakit, Notoatmodjo, 2004. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829MenkesSKVII 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas ventilasi alamiah yang permanen minimal 10 dari luas lantai. 2. Kelembaban dan Suhu Udara segar sangat diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.umumnya temperatur kamar 22-30 o C. Udara bukanlah lingkungan yang baik bagi perkembangan mikroorganisme, tetapi berbagai agent dapat bertahan hidup untuk beberapa waktu di dalamnya. Lingkungan udara yang tidak bebas lebih menguntungkan bagi agent, karena lebih terlindung terhadap beberapa faktor udara ambient seperti kecepatan angin, temperatur. Kelompok agent yang Universitas Sumatera Utara dapat disebarkan oleh udara tidak bebas di dalam rumah hunian seperti penyakit menular tuberkulosis, Influenza Soemirat, 2000. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829MenkesSKVII 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, kelembaban udara antara 40-70 , dan suhu udara yang nyaman dalam sebuah rumah berada pada kisaran 18 o C-30 o C. 3. Kepadatan Hunian Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan over crowded, hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurang konsumsi O 2 , juga bila salah satu anggota keluarga terkena infeksi penyakit menular akan menularkan kepada anggota keluarga yang lain . Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829MenkesSKVII 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas kamar tidur minimal 8 meter persegi dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruangan. 4. Cahaya alami Sinar matahari langsung dapat membunuh baksil tuberkulosis paru dalam waktu 5 menit, tetapi kuman-kuman dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun di tempat gelap sehingga banyak penularan di rumah yang ruangannya gelap. Universitas Sumatera Utara Cahaya buatan yaitu sumber cahaya yang bukan alamiah seperti lampu minyak tanah, listrik, lilin dan sebagainya Notoatmodjo, 2004. Sinar matahari merupakan pencahayaan alamiah mampu membunuh kuman pathogen. Cahaya yang cukup untuk penerangan ruangan di dalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia, penyakit tuberkulosis berkaitan erat dengan Ventilasi dan pencahayaan rumah Achmadi , 2001. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829MenkesSK VII1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. 5. Kontak Penderita Percikan dahak penderita merupakan media sumber penularan yang penting. Kuman tuberkulosis paru dapat menyebar ke udara waktu penderita berbicara, batuk atau bersin sehingga orang yang berada disekitar penderita dapat tertular kerena mengirup udara yang mengandung Baksil tuberkulosis. Kerena itu penderita harus menutup mulut bila batuk atau bersin, jangan membuang dahak disembarangan tempat. Terdapatnya penderita tuberkulosis dalam satu rumah dapat menyebabkan terjadinya kontak serumah dengan anggota keluarga lain. Satu penderita tuberkulosis paru BTA positif dapat menularkan kepada 10-15 orang GPBK, 2003. Universitas Sumatera Utara 6. Polutan Dalam Rumah a. Merokok Faktor risiko yang paling penting dengan kejadian tuberkulosis paru adalah merokok. Merokok berbahaya untuk kesehatan, kematian yang disebabkan oleh merokok adalah sebanyak 2,5 juta orang tiap tahun artinya terjadi kematian setiap 13 detik akibat merokok Aditama, 1997. Kebiasaan merokok terbukti memiliki hubungan dengan jenis penyakit yaitu : kanker paru-paru, bronchitis kronis, empisiema, penyakit kardiovaskuler serta tuberkulosis Subramanian, 2003; Lam,2005; LIU, 1998; Gajalakshmi, 2003. Satu hisapan rokok mengandung 1.014 radiktif bebas dan 1016 oksidan yang semuanya akan masuk ke dalam paru-paru, biasanya penyakit baru muncul setelah seseorang menghisap rokok selama 10-20 tahun Aditama, 1997. Penelitian yang dilakukan Kolappan dan Gopa menunjukan bahwa seseorang memiliki risiko mengidap penyakit tuberkulosis paru bila dihubungkan dengan banyaknya jumlah rokok yang dihisap perhari dengan lamanya merokok. Dalam jangka panjang merokok 1-10 batang per hari akan meningkatkan 1,75 kali, bila merokok 11-20 batang per hari akan meningkatkan risiko 3,17 kali, sedangkan bila merokok lebih dari 20 batang per hari risiko meningkat menjadi 3,68 kali. Demikian juga bila seseorang merokok kurang dari 10 tahun maka risiko mendapat tuberkulosis paru meningkat menjadi 1,72 kali, bila selama Universitas Sumatera Utara rentang waktu 11-20 tahun risiko meningkat menjadi 2,45 kali dan apabila sudah lebih dari 20 tahun maka risiko akan meningkat sebanyak 3,23 kali. b. Menggunakan kayu bakar Penggunaan kayu bakar menjadi pembahasan yang sering dibicarakan, karena menghasilkan pembakaran tidak sempurna berupa bermacam-macam partikel antara lain CO, NO, SO, Aldehid, Hidrocarbon aromatik yang polisiklik, Benzena, Akrolin 1,3 butadiena dan partikulate matter Soesanto, 2002. Beberapa penelitian mengkaitkan adanya hubungan antara indoor air pollution dengan kejadian tuberkulosis paru, maka dalam pelaksanaan DOTS sudah memikirkan intervensi yang dilakukan dengan memperhatikan tingginya penggunaan kayu bakar, arang dan bahan padat lainnya Soesanto, 2002. Dari beberapa studi epidemiologi didapatkan peningkatan risiko kejadian dan kematian tuberkulosis paru pada orang yang terpapar dengan indoor air pollution, penggunaan kayu bakar untuk memasak, arang atau bahan bakar padat lainnya. c. Penggunaan Obat Nyamuk Bakar Pertiwi 2004, menjelaskan bahwa menggunakan obat nyamuk bakar memiliki OR 3,4 dengan nilai p=0,001 artinya penggunaan obat nyamuk bakar akan meningkatkan kejadian tuberkulosis paru. Paparan yang berulang akibat pembakaran bahan kimia akan menyebabkan meningkatnya infeksi saluran pernapasan juga kanker U.S. Environment Agency, EPA; Chauhan, 1991. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Karakteristik Wilayah

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

3 44 122

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

Hubungan antara Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen Kabupaten Pati.

0 0 1

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYU URIP KABUPATEN PURWOREJO

0 0 11

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MASYARAKAT MENGENAI LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAGUBOTI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBASA TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 14

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPOR 1

0 0 62