BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian “ Konsep Diri Korban Gempa yang Menjadi Penderita Paraplegia” ini bertujuan untuk mengambarkan konsep diri para korban gempa yang menjadi
penderita paraplegia. Dinamika konsep diri yang akan dipaparkan berdasarkan empat aspek konsep diri menurut Berzonsky dalam Kusumawati, 2002, yaitu: aspek fisik,
aspek psikis, aspek sosial, dan aspek moral. Namun, sebelum lebih jauh membahas keseluruhan subjek, baik jika kita lihat dinamika tiap subjek di bawah ini :
A. HASIL PENELITIAN
1. SUBJEK I
a. Identitas Subjek
Nama : Y
Usia : 34 tahun
Alamat : Segoroyoso, Pleret, Bantul
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Hasil Wawancara
Subjek menilai dirinya mengalami perubahan fisik sehingga sekarang mengalami kesulitan untuk bepergian atau mobilitas
karenamembutuhkan alat bantu. Ft : 3-5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jelas tersiksa ya Dulu bisa ke mana-mana sendiri sekarang pakai bantuan ga bisa sendiri gitu.
Subjek menilai tubuh dan penampilannya semakin menghambat aktivitasnya sehingga merasa terganggu dan risih Ft : 7-12
penampilan menurut saya mengganggu karena aktivitas ke mana-mana pakai kursi roda ini sedikit terhambat gitulah,
untuk mau ke mana-mana kita harus jalannya sudah rata itu udah berani. mungkin agak risih.
Penilaian subjek terhadap kondisi kaki, subjek mengalami rasa sakit di bagian kakinya bahkan subjek menangis jika tidak mampu
menahan rasa sakitnya. Subjek melakukan terapi sendiri dengan digerak-gerakkan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan Ft :
15-25 Kaki memang terasa sakit teruskan, panas, gringingen, sakit
kalo sudah mulai kumat bisanya cuma nangis. kadang saya gerak-gerakin kaki, model diterapi sendiri. Diem,
paling tahu-tahu air mata keluar gitu, paling-paling megang- megang bantal nahan sakit, ngremes gitu.
Penilaian subjek terhadap benda dan harta yang dimiliki adalah subjek merasa kebutuhan tidak berubah, hanya mengganti kebutuhan yang
paling penting untuk mendukung kemandiriannya. Subjek juga merasa kemandirian penting sehingga dapat membantunya dalam
memenuhi kebutuhannya karena apabila tergantung orang lain pemenuhan kebutuhan seringkali tidak sesuai Fh : 38-54
Sebetule kebutuhan itu ga bisa berubah ya? Dari dulu sampai sekarang juga pengen. Hanya karena mungkin keterbatasan ga
bisa ke mana-mana sendiri. itu cuma nyuruh orang suka ga pas sama kemauan kita, kadang juga jengkel. kalo motor
karena dulu saya juga punya motor, karena emang saya kerja dulu, karena saya begini, saya pikir belum butuh sekali, saya
ganti yang saya bener-bener akhire yang saya bisa mandiri, kayak mesin cuci, untuk yang ngliwet, biar bisa akses tanpa
butuh bantuan orang seminimal mungkin untuk mempermudahkan saya mobilisasi aktivitas.
Penilaian terhadap ketidakmampuan dan keterbatasan fisiknya adalah subjek merasa menjadi tidak mampu beraktivitas seperti sebelum
mengalami paraplegia. Hal tersebut mempengaruhi secara emosional sehingga subjek memiliki perasaan marah, jengkel, putus asa, ingin
bunuh diri, dan merasa tidak berguna Ft : 57-63 jelas emosi, marah, biasanya, aku itu marketing. marketing itu
khan mobilingnya bisa dibilang besar, setelah begini, ya pernah juga trauma, mangkel, pernah putus asa mau bunuh
diri, pernah aku punya pikiran kayak gitu, karena merasa ga berguna
Penilaian subjek terhadap emosinya adalah adanya perasaan sedih. Subjek akan menangis bila merasa sendiri atau teringat situasi atau
aktivitas sebelum mengalami paraplegia, seperti jalan-jalan. Hal ini memicu timbulnya perasaan jengkel atau marah, trauma, bahkan
pernah ingin bunuh diri Ee: 59-61, 64-76 setelah begini, ya pernah juga trauma, mangkel, trus pernah
putus asa mau bunuh diri, pernah aku punya pikiran kayak gitu. aku lagi sendiri, ga ada teman, atau apa, itu suka emosi,
suka bayangi, makanya sekarang saya jarang nonton tv, kalo liat tv pada jalan, saya males, karena mangkel gitu.
umpamanya cerita tentang malioboro. biyen aku kesana-sana trus ke obyek wisata. maka kalo tv ku males, maka kalo tv
yang tak pilih biasanya berita, apa film-film, tapi emang aku jarang nonton tv semenjak ini.
Penilaian subjek terhadap perasaannya dianggap stabil karena memiliki motivator dan kontrol dalam figur seorang anaknya. Subjek
merasa kasihan kepada anaknya bila perasaannya labil. Penilaian orang lain juga mengatakan bahwa subjek stabil Ee : 78-84
kalo saya bisa dibilang stabil soale punya motivasi, anak. Kalo aku susah terus, nanti anakku piye? Kalo aku diliat dari
orang-orang yang pada ngomong, stabil.
Penilaian subjek untuk menjadi kemandirian bahwa dirinya belum sepenuhnya bisa mandiri untuk hal-hal tertentu, tetapi subjek berusaha
untuk mampu mandiri agar tidak membebani orang lain e : 87-100 Mandiri secara full belumlah, masih perlu bantu bantuan juga
kayake, tapi memang aku berusaha mandiri untuk diri aku sebisa mungkin caranya, tidak terlalu membebani orang
gitulah, kayak mencuci baju sudah bisa sendiri, mencuci piring sudah bisa sendiri, masak, masak nasi, mandi sudah
bisa sendiri tapi untuk transfer saya masih butuh bantuan. Keluar pun karena akses belum bagus, jalanannya masih
belum rata, masih perlu bantuan juga
Subjek memiliki perasaan merasa cemas terhadap masa depannya karena status subjek yang singel parent sehingga khawatir tidak
mempunyai cukup penghasilan untuk membiayai pendidikan anak. Meskipun saat ini subjek telah berusaha untuk memperoleh
penghasilan dengan membuat kerajinan, yang pernah diajarkan oleh LSM seperti dompet atau boneka, tetapi subjek memiliki kecemasan
sebab belum memperoleh pasar yang pasti terhadap produk-produk kerajinannya tersebut walaupun sudah menghubungi pihak-pihak
tertentu yang memungkinkan. Subjek merasa terkurangi bebannya jika sudah mendapatkan pasar untuk kerajinannya. Ec : 111-141
karena saya singel parent, nanti kedepannya anak saya membutuhkan lebih banyak lagi biaya. emang saya kerja, tapi
hasilnya cuma untuk makan, untuk nanti anakku bagaimana yang tak pikir, apa aku bisa menyekolahkan anakku sampai
tinggi, minimal SMA, bisa ga? sampai sekarang ini masih berjuang di pekerjaanku itu
PMI memberikan kegiatan kerajinan, aku sudah menggebu- gebu pengen sekali, tiba-tiba mereka marketnya belum ada
gimana ya? Aduh trus mundur lagi aku. jadi masih masih masih maju mundur, pengen maju tapi kalo kayak aku
gimana caranya cari market? kemarin aku juga berusaha cari market, jadi aku telpon temenku kantor, sampai sekarang ga
ada kabar. Aku di sini juga berusaha gitu untuk kontak. kerajinannya seperti itu boneka-boneka, tas, dompet.
Subjek menilai bahwa dirinya masih merasa sangat trauma terhadap gempa, terutama jika ada kondisi yang mirip dengan gempa seperti
truk berat lewat. Subjek biasanya akan merasa detak jantung bertambah kencang dan terdiam. Namun demikian subjek akan
berzikir untuk mengurangi rasa takut kemudian akan minum jika sudah tenang Ee : 143-52
trauma masih aja mas, apalagi ada lindu atau ada gempa, aku dengar suara truk lewat aja masih ketakutan. ini biasanya deg-
degan, karena aku muslim biasanya zikir, gitu aja trus agak enakkan baru minum
Penilaian subjek terhadap kesedihan dan kecemasan yang dialami yakni subjek merasa punya kesedihan dan kecemasan akibat kondisi
kelumpuhan yang dialaminya. Subjek berusaha mengantisipasi perasaan tersebut dengan menjalin relasi dengan teman-teman melalui
handphone agar tidak kesepian dan membaca komik Ee:154–166 Kesedihan, kecemasan antisipasinya mungkin sekarang jaman
modern ada telpon, sms, ngonteks yang lain-lain. ketimbang ininya ga punya omongan gitu lho ga ngomong
pake mulut tapi ngomong pake [ketawa] sama aja khan? paling-paling suka baca-baca buku atau komik-komik
Pengalaman subjek terhadap perasaan rendah diri dan putus asa yakni subjek merasa sebelum masuk ke Pusat Rehabilitasi Yakkum
memiliki perasaan rendah diri dan putus asa hingga ingin bunuh diri. Tetapi setelah dirawat di Pusat Rehabilitasi Yakkum, subjek merasa
tidak sendirian sebagai korban gempa yang mengalami paraplegia dan merasa lebih percaya diri dan pasrah dengan kondisinya. Ee :
168-188 sebelum masuk Yakkum aku putus asa, gini gini [mengeluh,
putus asa]. Setelah masuk Yakkum aku merasa ga ndeweni [merasa sendiri], banyak yang begitu juga. mereka dari
keterampilannya biasa gitu, kenapa aku pake gitu...setelah dari Yakkum aku merasa timbul percaya diri...
ya pikiran bunuh diri, tapi waktu itu ngeliat pisau udah mau ngambil udah mau tak gini gitu lho [memperagakan
memotong urat nadi], mungkin karena setannya belum dateng aja kali, kemudian anakku dateng “ibu” kemudian aku denger
dia bilang ibu itu ya ampun kok ya aku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kalo diri yo wis ngene yo ngene [sudah begini ya begini] udah arep piye meneh[mau bagaimana lagi]? Hanya bedanya dulu
mlaku [jalan] sekarang nglinding [menggelinding] ngono wae [begitu aja]
Kesiapan subjek untuk kembali ke masyarakat, subjek merasa siap karena subjek merasa masyarakat dapat menerima dirinya Sk:191-
193 sepertinya saya siap
syukur, masyarakat pada nerima
Penilaian subjek terhadap masyarakat bahwa masyarakat dianggap dapat menerima diri kondisinya yang sekarang Sk : 193
soale saya syukur syukur sih masyarakat pada nerima Subjek menganggap ligkungannya kurang mendukung untuk
pengguna kursi roda sehingga menghambat aktivitasnya, misal jalan yang kurang rata. Sn: 8-10
Karena aktivitas kemana-mana pakai kursi roda ini khan sedikit terhambat, kalo jalannya udah ga rata udah ga berani
Subjek menilai masyarakat menerima dirinya. Subjek merasa masyarakat mendukungnya dan memberi semangat bagi
kesembuhannya, bahkan perhatian yang diberikan dianggap lebih banyak dibanding sebelum subjek mengalami paraplegia Sk :197-
218 kayake mereka malah mendukung, men-support, kasihan,”
mereka pasti ngomong begitu “mbak yuni semangat ya”, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberi semangat “ pokoke mbak pasti sembuh “. ngga ada yang ngomong ngenyek [mengejek]
Pokoke mereka mendukung kok. Kalo masalah sosial aku baik-baik aja
sebelum kayak gini aku ga seberapa ini, tapi sekarang mereka tambah keliatan sayang
Pandangan subjek terhadap lawan jenis yakni subjek merasa masih mempunyai perasaan yang sama suka terhadap lawan jenis,
walaupun terkadang membuat subjek merasa rendah diri jika lawan jenis sudah mengajak ke jenjang yang lebih serius karena subjek
merasa akan menjadi beban bagi pasangannya. Subjek sekarang ingin menjalin relasi dengan lawan jenis sebatas sebagai teman saja,kalau
pun ingin hubungan yang lebih serius maka subjek ingin pasangannya bisa menerima kondisinya Sl: 223-250
Mungkin kalo perasaan hati masih sama. Maksude kalo aku seneng sama si A ya pengennya dia deket ma aku. Tapi di sisi
lain, seumpamanya dia yang mau lebih jauh, aku mikir, aku tu perempuan, hak kodratnya ngurus, apa bisa aku kalo diajak
serius. Aku setengah mikir apa bisa? seumpama nanti aku hamil kepiye [bagaimana]? Ngurus bayi khan ga gampang
kadang bikin down [menyerah]... sebatas friend [teman] gitu aja, tapi mungkin yang tak pingini
dia mau menerima keadaanku
Subjek merasa memiliki hubungan yang baik dengan keluarga. Meskipun saudara subjek yang kesemuanya laki-laki kurang perhatian
tetapi menurut subjek laki-laki memang kurang peduli dan saudaranya sudah punya keluarga sendiri-sendiri. Selain itu sikap saudaranya
tersebut sudah sudah terjadi sebelum subjek mengalami kelumpuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga bagi subjek tidak masalah. Subjek merasa bahwa dirinya yang harus beradaptasi dengan kondisinya. Sk :258-281
Baik tapi aku khan bertiga bersudara, aku cewek sendiri, tahu sendiri cowok-cowok agak kurang peduli, cuek. apalagi
mereka udah berkeluarga, mereka mikirin keluarga sendiri to? Aku sedihnya mereka ga pernah peduli sama aku, kalo aku ga
minta tolong. Mbok liat adiknya ga bisa keluar ke mana jalan, mbok pleserannya dibikini? Kalo aku ga nih eh {mengeluh]
ga. malah yang sering memperhatikan aku justru orang lain. mungkin aku harus lebih kuat tegar, iki pikirono dewe, lha
kuwi piye carane
Hubungan dengan teman sependeritaan, menurut subjek baik sehingga dapat saling dukung dan berbagi pengalaman. Subjek
merasa senang sekali karena adanya kesempatan untuk bertemu teman sependeritaan yang difasilitasi oleh LSM Sp : 283-297
Baik, saling dukung. PMI setiap jumat 2 minggu sekali kita kumpul, seneng banget kalo dikumpulkan gitu. kita bisa cerita
pengalaman kita , “ piye nek sikile lagi loro, wah aku ngene ngene ngene” gitu “wah aku mesti nangis...wis tak gebuki
bojoku” cerita-cerita gitu enake didengerin. Apa yang dirasa paraplegi, dipunya paraplegi to? Jadi ada yang sakit,
gringingen, ada yang spastic, ada yang gitu to? ada yang cerita ngompolan, ngisingan. jadi kalo kita ngumpul kayak
ada semacam konferensi [tertawa] “piye ngonmu? Piye udah bisa ereksi?
Subjek menilai hubungan dengan dengan orang yang tidak menderita paraplegi membuat subjek merasa terdukung dan memberi semangat
bagi kesembuhan subjek. Mereka pun menjadi lebih memperhatikan subjek daripada sebelum mengalami kelumpuhan Sk :197-218
kayake mereka malah mendukung, men-support kasihan. “mbak yuni semangat ya? Gini gini” mereka pasti ngomong
begitu, memberi semangat “pokoke mbak pasti sembuh. ngga ada yang ngomong ngenyek [mengejek]. Pokoke mereka
mendukung Kalo masalah sosial aku baik-baik aja. sebelum aku kayak gini ga seberapa ini, tapi sekarang mereka tambah
keliatan saying.
Pengalaman menjalankan aktivitas agama masih dilakukan subjek dengan baik. Subjek masih melaksanakan sholat dan membaca Al
Quran, walaupun sekarang aktivitas keagamaan banyak dilakukan di rumah dan tidak terlalu dipaksakan sesuai dengan kondisi tubuh.
Misal subjek tetap puasa jika merasa mampu melakukannya Ma : 300-312
aktivitas agama masih sholat, baca quran, puasa. tapi karena lagi sakit ga usah puasa dulu. kalo dulu aku khan
pengajian ikut ke mana-mana, sholat di mushola, ngaji di depan guru. kalo sekarang terbatas, sendiri, sholat, ngaji di
rumah. pengajian ya denger kalo ada yang lagi di masjid pake pengeras suara
Penilaian terhadap nilai-nilai hidup yang dianut yakni bahwa subjek memiliki motto berjiwa besar dan pantang menyerah. Subjek selalu
mengingat jika merasa tidak berdaya. Motto tersebut membantu subjek untuk mencari solusi apabila muncul masalah. Jika solusi tidak
ditemukan subjek akan berdiam diri dan membaca buku atau mendengarkan radio, bahkan akan menangis Mi : 319-336
motto dari dulu berfikir berjiwa besar, pantang menyerah. kalo aku nglokro ga harus sampai down, cari solusi. lagi sedih,
bunek, temenku banyak sms kalo lagi pas ga ketemu nggondok diem, paling baca buku, denger radio
Penilaian subjek terhadap Tuhan adalah bahwa subjek pernah menyalahkan Tuhan dengan membandingkan orang lain terhadap
dirinya. Akan tetapi subjek merasa yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana terhadap dirinya, sehingga subjek mencoba sabar terhadap
pengalaman-pengalaman yang tidak enak yang harus dihadapinya. Subjek tidak terlalu menyalahkan Tuhan, buktinya subjek masih
meminta kesembuhan padaNya walaupun sampai sekarang belum diberikan Ma : 341-370
aku juga pernah ngomong sama kyai, apa salahku sampai dihukum seberat ini, suami meninggal, rumahku berantakan,
aku kayak begini. Apa boleh aku menilai Tuhan itu tidak adil? mereka berkelakukan ga baik ga papa, rejekinya malah
bertambah, gimana to? Trus aku diomongi, “berpikir positif itu ujian dari Tuhan, nanti liat saja selanjutnya akan diganti
dua kali lipat”.
c. Hasil Observasi