Konsep Diri Korban Gempa yang menjadi Penderita Paraplegia

a Mengalami diasosiasi merasa keluar dari diri, seperti hidup dalam mimpi, mengalami kondisi blank dalam hidup sehari-hari dan tidak dapat mengingat apa yang terjadi pada periode sebelum blank tersebut. b Merasa mengalami kembali peristiwa traumatis tersebut ingatan mengerikan, mipi buruk, flashback. c Berusaha keras untuk menghindari ingatan mengenai peristiwa atau pengalaman traumatis. d Tidak dapat merasakan emosi apapun atau merasa kosong. e Mengalami serangan panik, kemarahan yang luar biasa, tidak dapat berdiam diri. f Kecemasan yang berlebihan merasa amat tidak berdaya, terobsesi pada sesuatu dan melakukan sesuatu hal berulang-ulang. g Depresi yang parah kehilangan harapan, merasa tidak berharga, kehilangan motivasi dan tujuan hidup.

D. Konsep Diri Korban Gempa yang menjadi Penderita Paraplegia

Bencana, seperti gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta, dapat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan pada wilayah terjadinya bencana tersebut. Kerusakan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh gempa bumi tersebut dapat menggetarkan mental siapapun. Kerugian tidak saja berupa kerugian materi dan fisik tetapi juga berdampak pada kehidupan ekonomi, sosial dan psikologis pada individu yang mengalami atau tertimpa bencana gempa bumi tersebut. Rasa tertekan, takut, dan duka yang dialami para korban tentu sangat berpengaruh terhadap kehidupan mereka selanjutnya Crisis Center Fakultas Psikologi UGM, 2006. Korban yang muncul menjadi perhatian tersendiri. Peneliti memiliki ketertarikan terhadap banyaknya penderita paraplegia akibat bencana gempa bumi tersebut. Paraplegia adalah kondisi cacat fisik berupa kelumpuhan yang diakibatkan patahnya tulang belakang Fallon, 1985. Penderita paraplegia akan mengalami kelumpuhan atau kelayuan plegia pada kedua belah tungkainya sebagai akibat dari adanya trauma pada medulla spinalis atau sumsum tulang belakang Balai Penelitian dan Peninjauan Sosial, 1970. Penderita paraplegia korban gempa bumi umumnya diakibatkan oleh tertimpa runtuhan bangunan Kondisi paraplegia tersebut membawa akibat bagi para penderitanya. Salah satu akibat fisik yang jelas dialami penderita paraplegia adalah kehilangan kemampuan untuk berjalan lagi akibat mengami kelumpuhan. Penderita paraplegia juga akan kehilangan control gerakan dan perasaan, permasalahan control buang air besar dan air kecil, kemungkinan mempengaruhi pinggul atau bagian tubuh lainnya serta kenungkinan mengalami kejang otot atau kaki yang terkulai Werner, 1999. Penderita paraplegia pun akan mengalami permasalahan seksualitas, dimana kalau perempuan tidak mampu merasakan sensasi sedangkan pada laki-laki kemungkinan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI besar kehilangan kemampuan ereksi Fallon, 1985. Kondisi ini tentu akan menggangu aktivitas seksual penderita paraplegia. Akibat fisik tersebut tentu akan mempengaruhi secara sosial. Penderita paraplegia cenderung memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap lingkungannya Fallon, 1985. Hal ini menyangkut aksesbilitas yang terdapat di lingkungannya. Interaksi sosial pun akan semakin terbatas. Kelumpuhan yang dialami juga mempengaruhi kemampuan untuk mencari nafkah Crisis Center Fakultas Psikologi UGM, 2006. Termasuk di dalamnya juga keterbatasan dalam aktivitas keagamaan. Selain itu pandangan sebagian masyarakat bahwa penyandang cacat, termasuk penderita paraplegia, harus dikasihani bahkan atau tidak mampu berbuat apa-apa merupakan dampak sosial lainnya. Akibat fisik dan sosial tersebut tentu memberi dampak psikologis bagi penderita paraplegia. Secara psikologis kemungkinan besar individu penderita paraplegia akan mengalami perasaan sedih, bingung, takut, cemas, tertekan stress bahkan depresi Fallon, 1985. Reaksi fisik pasca kelumpuhan seperti spastic kejang otot, serangan rasa sakit yang akut dapat menambah stress bahkan depresi Parsons, 1998. Depresi ini kemungkinan timbul karena kebosanan-kebosanan yang dialaminya sebagai akibat aktivitas sehari-hari yang dilakukannya bersifat rutin dan tidak menyenangkan, misalnya saja tidur telentang untuk beberapa bulan dan penderita akan membutuhkan banyak waktu untuk menyesali diri sendiri. Ada kemungkinan para penderita paraplegia akan dipandang sebelah mata karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dianggap tidak mampu dan tingkat ketergantungan dengan orang lain sangat tinggi. Ketiadaan dukungan secara emosional dan sosial dari lingkungan akan turut mempengaruhi kondisi psikologis penderita paraplegia. Penolakan merupakan hal yang umumnya terjadi pada para penderita paraplegia karena belum mampu untuk menerima kondisi tersebut yang dapat menimbulkan kecemasan, stress bahkan depresi Fallon, 1985. Setiap individu, termasuk penderita paraplegia tersebut, tentu memiliki keyakinan akan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai diri tersebut yang menjadi prinsip dan mengarahkan setiap individu dalam berperilaku. Nilai dan prinsip tersebut tentu akan kembali dipertanyakan, masihkah mampu bertahan dengan kondisi kelumpuhan dan mengalami berbagai keterbatasan tersebut? Korban gempa bumi yang menjadi penderita paraplegia mengalami berbagai konflik-konflik yang akan mempengaruhi konsep dirinya seperti tersebut dia atas. Apabila melihat konflik yang dialami tersebut maka akan terjadi perubahan perkembangan konsep diri pada penderita paraplegia korban gempa. Kondisi kelumpuhan plegia tersebut membawa akibat-akibat secara fisik, sosial dan psikologis, dimana ketiganya saling terkait dan mempengaruhi. Konsep diri adalah gambaran individu tentang dirinya sendiri yang dipengaruhi berbagai pengalaman dengan lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki arti penting bagi individu tersebut. Kondisi kelumpuhan penderita paraplegia dengan berbagai akibat yang ditimbulkan tentu akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berpengaruh terhadap konsep dirinya. Aspek-aspek yang mempengaruhi konsep diri, yaitu fisik, psikis, sosial, dan moral akan dipengaruhi oleh adanya akibat-akibat secara fisik, sosial dan psikologis sebagai penderita paraplegia. Lalu bagaimana dengan gambaran konsep diri menjadi penderita paraplegia korban gempa tersebut?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN