B. Kultur Keluarga
1. Pengertian kultur keluarga Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka, 1992, yang
dimaksud dengan kultur adalah adat atau kebiasaan yang berlaku. Dalam ilmu antropologi istilah kultur digunakan untuk menjelaskan: 1 keunikan
sekelompok masyarakat dibandingkan kelompok masyarakat lainnya; 2 mengapa perilaku sekelompok masyarakat dapat bertahan dari satu generasi
ke generasi lainnya Kotter dan Heskett, 1992:3-4. Hingga saat ini muncul berbagai definisi kultur dari para teoritikus
dan peneliti. Schien 1985:9 mendefinisikan kultur sebagai: “a pattern of basic assumption invented, or developed by a group as it
learns to cope with its problems of external adaptation and internal integration that has worked well enough to be considered valid and
therefore to be taught to new members as the correct way to perceived, think, and feel in relation to those problems”.
Kultur merupakan asumsi dasar yang ditemukan, dipahami, dan dikembangkan oleh anggota kelompokgrup. Karena asumsi terbukti benar
saat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi kelompok, maka asumsi tersebut diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara
pandang, pola pikir, dan perasaan yang benar ketika menghadapi masalah di masa mendatang.
Clayde Kluckhon, sebagaimana dikutip Erez dan Early 1993:41, menyatakan bahwa:
“Culture consist of patterned ways of thinking, feeling, and reacting, acquired and transmitted mainly by symbols, constituting the distinctive
achievement of human group, including their embodiments in artifacts: the PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
essential, core of culture consist of traditional i.e. historically derived and sellected ideas and especially their attached values”.
Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya
dalam cara berpikir, perasaan dan tindakan anggota kelompok. Esensi kultur adalah nilai- nilai yang didasarkan pada pengalaman sejarah masa lalu. Nilai-
nilai itu telah terinternalisasi ke dalam diri masing- masing kelompok selama bertahun-tahun dan diyakini mengandung nilai luhur, sehingga sangat sulit
untuk berubah. Nilai- nilai itu dalam diri masyarakat nampak dalam pola pikir, rasa dan reaksi masyarakat atas suatu kejadian.
Hofstede 1991:5 mengartikan kultur sebagai: “ a collective phenomenon, because it is at least partly shared with
people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is the collective programming of the mind wich
distinguishes the members of one group or category of people from another.
Hofstede 1994:4 menyebut kultur sebagai : “software of the mind”. Substansi perbedaan tersebut lebih tampak pada praktik kultur daripada
nilai- nilai. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit berubah, kalaupun berubah akan membutuhkan waktu yang
lama dan perlahan- lahan. 2. Dimensi kultur keluarga
Kultur dalam suatu kelompok cenderung sangat sulit untuk berubah, jikalau berubah ini akan membutuhkan waktu yang lama dan secara
bertahap. Hal ini disebabkan karena kultur telah terkristalisasi ke dalam lembaga yang telah mereka bangun selama ini. La Midjan 1995:7
menyebut bahwa lembaga yang dimaksud antara lain: struktur keluarga, struktur pendidikan, organis asi keagamaan, asosiasi-asosiasi, bentuk
pemerintahan, organisasi kerja, lembaga hukum, kepustakaan, pola tata ruang, bentuk bangunan gedung, dan juga teori-teori ilmiah.
Kultur dapat dibedakan ke dalam enam tingkatan, yaitu: a national level, a regional level etc, a gender level, a generation level, a social class
level, dan an organization or coporate level Hofstede, 1994:10. Pada
tingkatan nasional, kultur dapat dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup: power distance from small to large, collectivism vs
individualism, femininity vs masculinity, dan uncertainty avoidance from weak to strong.
Dimensi power distance jarak kekuasaan merupakan tingkat dalam nama kekuasaan anggota dalam institusi didistribusikan secara berbeda.
Dimensi individualism menggambarkan suatu masyarakat dimana pertalian antar individu cenderung memudar. Dimensi collectivism menunjukkan
suatu kondisi kelompok dimana individu sejak lahir diintegrasikan secara kuat sehingga mereka menjadi sangat loyal. Dimensi masculinism
menunjukkan suatu kelompok dimana peran sosial gender terhadap perbedaan yang jelas. Dimensi femininity menunjukkan masyarakat dimana
individu akan merasa terancam dalam suatu ketidakpastian. Dimensi power distance mencakup indikator: aturan dan norma dalam
keluarga, menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, orang tua mempunyai otoritas, dan ketergantungan. Indikator dari collectivism vs
individualism , mencakup: demokrasi dalam keluarga, kesetiaan kepada
kelompok adalah sumber daya bersama, mampu mengelo la keuangan, upacara keagamaan tidak boleh dilupakan, merasa bersalah jika melanggar
peraturan, dan keluarga menjadi tempat bersatunya keluarga. Indikator dari femininity vs masculinity,
mencakup: relasi antara orang tua dan anak ada jarak, perbedaan peran orang tua, peran wanita lebih rendah dari pria, dan
belajar bersama menjadi rendah hati. Indikator dari uncertainty avoidance mencakup: toleransi terhadap situasi yang tidak pasti dan mempunyai
inisiatif, keluarga menjadi tempat belajar, dan memiliki aturan.
C. Kultur sekolah