28
KEGIATAN BELAJAR 1
Konsep merupakan satu atau sekumpulan kata yang mengandung satu gagasan. Beberapa konsep dasar akan dikemukakan
dalam bagian ini mengingat pengertian konsep-konsep tersebut dalam lingkup bidang kesejahteraan sosial di Indonesia masih sangat beragam
tergantung sudut pandang yang merumuskannya.
1. KESEJAHTERAAN SOSIAL
Dengan menggunakan pengertian dasar dari konsep ‘sosial’ yang merupakan kata kunci dari konsep kesejahteraan sosial, yaitu
‘hubungan antar manusia’, maka konsep Kesejahteraan Sosial dapat dipandang dari empat sisi, sebagai berikut:
1 Sebagai Suatu ‘Sistem Pelayanan Sosial’.
Elizabeth Wickenden
dalam Friedlander,
1974:4 mendefinisikan Kesejahteraan Sosial, sebagai :” a system of
laws, programs, benefits, and services which strengthen or assure provision for meeting social needs recognized as basic
for the welfare of the population and for the functioning of the social order”.
suatu sistem perundang-undangan, kebijakan, program, pelayanan, dan bantuan; untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
sosial yang dikenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan manusia dan bagi berfungsinya ketertiban sosial secara lebih
baik”. Dari definisi tersebut dapat difahami tiga hal, sebagai berikut:
29
a. Konsep pelayanan sosial bidang praktik Pekerjaan Sosial
mencakup aktivitas yang sangat luas, mulai dari perundang- undangan sosial sampai kepada tindakan langsung
pemberian bantuan. b.
Konsep ‘Kesejahteraan
Sosial’ berbeda
dengan ‘kesejahteraan’.
Terpenuhinya kebutuhan
sosial kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan menjadi dasar
bagi terciptanya ‘kesejahteraan’ sebagai keadaan yang baik dalam semua aspek kehidupan manusia.
c. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti
terdapatnya ketertiban sosial social order yang lebih baik. Walter A. Friedlander mengemukakan bahwa kesejahteraan
sosial adalah: “Sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu
maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang
dapat memungkinkan
mereka mengembangkan
kemampuan- kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi
kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat.” Walter A. Friedlander, Introduction to Social
Walfare , 2nd.ed., Prentice-Hall of India private Limited, New Delhi,
1967 Bahkan karena begitu pentingnya upaya mewujudkan
kesejahteraan sosial, maka negara kitapun memiliki Undang-undang yang secara khusus mengatur hal ini, yaitu Undang-undang nomor 6
Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahtearan Sosial yang memaparkan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata
30
kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan
batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia
sesuai dengan falsafah negara kita, yaitu Pancasila. Berdasar pada kedua pengertian kesejahteraan sosial tersebut di
atas, maka tak salah dan tak heran jika semua orang ingin hidupnya sejahtera, dan bahkan salah satu tujuan penyelenggaraan negarapun
adalah ingin menyejahterakan rakyatnya. Dengan melihat kondisi tersebut, maka upaya untuk
mewujudkan kesejahteraan sosialpun sejatinya dilakukan oleh semua pihak, baik oleh pemerintah, dunia usaha, maupun civil society, hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang bermitra pelayanan sosial, penyembuhan
sosial, perlindungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Gerakan
membangun dan
memberdayakan masyarakat
memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan isu-isu lokal dan global. Istilah pembangunan kesejahteraan sosial yang dimaksud
secara sektoral merupakan bagian dari konsep pembangunan sosial yang di Indonesia mencakup bidang pendidikan, kesehatan, perumahan
dalam arti luas. Pembangunan kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai
pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan modal ekonomi economic
capital , manusia human capital, kemasyarakatan societal capital,
31
dan perlindungan
security capital
secara terintegrasi
dan berkesinambungan.
Kata kunci
peningkatan modal
ekonomi masyarakat adalah tumbuhnya mata pencaharian livelihood yang
memungkinkan mereka mampu memperoleh dan mengelola aset-aset finansial dan material. Dengan demikian, pada gilirannya, mereka
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sesuai dengan standar kemanusiaan yang layak dan berkelanjutan.
2 Sebagai Suatu Disiplin Keilmuan.
Sebagai suatu disiplin keilmuan, kesejahteraan sosial tidak dapat dan tidak mungkin mengkaji semua aspek kehidupan manusia,
melainkan harus menentukan dan membatasi kajian focus of interest pada hanya satu aspek kehidupan manusia. Sebutan konsep ‘sosial’
dengan sendirinya telah membatasi sisi kajian ‘Ilmu Kesejahteraan Sosial’ hanya terhadap aspek kehidupan sosial manusia dengan segala
perangkat sistem sosial dan dinamikanya. Dalam bagian terdahulu telah dikemukakan betapa mendasar
dan rumitnya masalah-masalah sosial di Indonesia dan betapa tidak mungkinnya masalah-masalah tersebut ditanggulangi dengan sekedar
berbekal ’niat-baik’ di antara sesama warga masyarakat. Untuk mengoperasionalkan ’niat-baik’ tersebut dibutuhkan suatu bidang
kajian keilmuan ilmiah yang akan mendasari suatu bidang keahlian dalam praktiknya. Dari sudut ini, maka konsep kesejahteraan sosial
dipandang sebagai sebuah bidang kajian keilmuan yang ditujukan untuk mengkaji, mengantisipasi keadaan dan perubahan kehidupan
sosial, serta merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi
32
kehidupan sosial yang kondusif bagi upaya warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri.
Sebagai sebuah cabang disiplin keilmuan, maka kesejahteraan sosial harus memiliki satu sudut kajian ---yang merupakan ’domain’
wilayah keilmuannya--- terhadap manusia sebagai objek kajiannya; dalam perbandingan dengan cabang-cabang ilmu yang juga mengkaji
dan ’melayani’ manusia seperti psikologi, kedokteran, ekonomi, hukum. Adapun sudut kajian yang membedakan bidang kesejahteraan
sosial dari bidang-bidang keilmuan lainnya terletak pada konsep ”sosial”, yang pengertian dasarnya adalah hubungan interaksi
antarmanusia.
3 Sebagai Suatu Keadaan Hidup.
Pengertian konsep kesejahteraan sosial yang telah digunakan selama ini telah menjadikan batasan konsep tersebut menjadi rancu dan
kabur out of focus karena diartikan terlalu luas. Perserikatan Bangsa Bangsa PBB mendefinisikan kesejahteraan sosial, sebagai berikut:
”Kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan yang sejahtera, baik secara fisik, mental, maupun sosial; dan tidak hanya perbaikan-perbaikan dari
penyakit-penyakit sosial tertentu saja”. Apabila dikaji, definisi tersebut di atas memiliki dua
kelemahan, yaitu: a.
Definisi konsep lebih luas daripada konsep yang didefinisikan. Aspek sosial hanyalah salah satu bidang kehidupan manusia,
tetapi didefinisikan mencakup seluruh aspek kehidupan. b.
Karena tidak fokus, maka menimbulkan kesulitan kerancuan pemahaman tentang kesejahteraan sosial beserta perangkat
33
keahlian dan pendidikannya, seperti Pekerjaan Sosial, Pekerja Sosial, pelayanan sosial, dan seterusnya.
Jika diajukan pertanyaan kepada orang sekarang, bagaimana menggambarkan kesejahteraan sosial; rasanya banyak yang akan
menjawab dengan gambaran ’orang kaya’. Kesejahteraan sosial dengan kemakmuran merupakan dua konsep yang sangat berbeda. Jika
keduanya dipandang sebagai kondisi kehidupan, misalnya; lalu diajukan pertanyaan, menurut dokter ilmu kedokteran, orang yang
sejahtera itu yang bagaimana? Jawabannya sering tersirat dalam tulisan di meja resepsionis praktik dokter: ”Health is not everything, but
without it, everything is nothing” . Ada lagi peribahasa jaman dulu
“men zana in corpore sano” di dalam badan yang sehat terdapat jiwa
yang sehat. Tidak pelak lagi, bagi dokter, orang yang sejahtera adalah orang yang sehat badannya walaupun untuk jaman sekarang, sangat
tidak pasti sehat pula jiwanya. Jika pertanyaan serupa diajukan kepada ahli ekonomi, maka
jawabannya, orang yang sejahtera adalah yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, memiliki tabungan saving, dan mungkin
ditambah, memiliki utang karena hanya yang memiliki jaminanlah yang bisa berutang, makin besar utangnya makin sejahtera seharusnya
makin besar zakatnya, makin sejahtera; dalam konteks ini kesejahteraan dipertukargunakan dengan kemakmuran. Jika ditanyakan
pertanyaan yang sama kepada psikolog, maka jawabannya, orang sejahtera itu adalah orang yang tidak mengalami gangguan mental
jiwa. Nah, jika pertanyaan yang sama diajukan kepada Pekerja Sosial,
apa jawabannya? Kata kunci dalam kesejahteraan sosial dan Pekerjaan
34
Sosial adalah “sosial”. Secara mendasar dan sederhana, kata sosial berarti hubungan antarmanusia. Inilah fokus kajian dan penanganan
Pekerjaan Sosial, sebagai bidang keahlian primer dalam bidang kesejahteraan sosial. Bagaimanapun sebuah ilmu, sebuah keahlian
harus memiliki fokus pada salah satu aspek tentang manusia; walaupun dalam kenyataannya, manusia merupakan sebuah sistem yang sangat
sempurna yang tidak bisa dipilah-pilah, dipisah-pisah elemen-elemen yang menjadikannya.
Skidmore and Thackeray 1988:21 sepakat dengan pandangan tersebut: ”All profession take cognizance of the wholeness of
individuals. However, because life is complex and science is specialized, each profession must confine itself to some aspect of
human functioning as a focus of its efforts and activities” . Maka bagi
para Pekerja Sosial, tidak bisa tidak, manusia yang sejahtera adalah manusia yang mempunyai kemampuan menjalin interaksi yang baik
dengan sesamanya; artinya kebahagiaan dan ketidakbahagiaan manusia terletak pada kualitas hubungannya dengan manusia-manusia lain;
bukan dilihat dari kekayaan, kesehatan, dan keadaan lain. Inilah esensi dari kehidupan sosial yang terkandung dalam konsep silaturahmi.
Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa
yang ingin
untuk dilapangkan
rejekinya dan
dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia suka bersilaturahmi” Riwayat Bukhari dan Muslim, dalam Ryadhus Shalihin, 1981:181
artinya memutuskan silaturahmi akan menyulitkan dan mempersedikit rejeki dan memendekkan umur.
Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, dalam nilai sosio-kultural yang bersumber pada ajaran agama
35
inilah praktik pemberian bantuan mulai tumbuh dengan ajaran zakat dan shodaqoh. Ini pula yang kemudian menjadikan pengertian kata
sosial cenderung berarti shodaqoh, atau dalam istilah umum, derma. Seorang yang berjiwa sosial artinya dermawan, suka bagi-bagi rejeki.
Maka dalam konteks masyarakat yang semakin lebih suka menerima daripada memberi, mengambil daripada menyerahkan, dan ukuran
kesejahteraan adalah pemilikan harta; kata sosial menjadi semakin tidak populer, menjadi bahkan menyebalkan, karena berarti ’tidak
kaya’. Diterapkan sebagai karakteristik sebutan sebuah profesi, menyebabkan profesi berlabel kata sosial susah populer. Cape-cape,
jauh-jauh, mahal-mahal sekolah sampai ke perguruan tinggi, ujungnya kok cuma jadi tukang derma? Kapan kayanya?
Mengacu kepada pengertian konsep sosial seperti telah dikemukakan terdahulu, maka kesejahteraan sosial mengacu kepada
“keadaan antar hubungan manusia yang baik, artinya yang kondusif bagi manusia untuk melakukan upaya guna memenuhi kebutuhan
hidupnya secara mandiri”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan
beberapa hal, sebagai berikut : a.
Konsep ‘baik’ dalam antarhubungan manusia diukur dari standar nilai-nilai sosial social values dan norma-norma
norms yang melandasi tatanan kehidupan bermasyarakat dan perilaku warga masyarakat itu sendiri.
b. Konsep manusia, ditujukan baik kepada individu-individu,
maupun unit-unit sosial kelompok, organisasi, maupun masyarakat itu sendiri.
c. Bersifat kondusif, artinya bahwa hubungan sosial tersebut
berwujud dalam tatanan atau ketertiban sosial social order
36
yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga masyarakat untuk berusaha mencapai kesejahteraan
hidupnya. d.
Memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, artinya setiap warga masyarakat dimungkinkan untuk melakukan upaya
dengan kemampuannya sendiri untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhannya sendiri, tanpa ketergantungan kepada pemberian
dari manusia lain; jadi bukan berarti setiap warga masyarakat hidup sendiri-sendiri, melainkan hidup dalam keadaan saling
membantu saling mendukung upaya warga masyarakatnya sesuai dengan posisi dan peran masing-masing di dalam
masyarakat.
4 Sebagai Suatu Tatanan atau Ketertiban Sosial Social
Order.
Selaras dengan definisi Kesejahteraan Sosial pada point c terdahulu sebagai suatu tatanan atau ketertiban sosial, Kesejahteraan
Sosial didefinisikan dalam Undang Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial,
pasal 1 ayat 1, sebagai berikut : “‘Kesejahteraan Sosial’ ialah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial, materiil, maupun spirituil, yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin,
yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.
Beberapa hal dapat disimpulkan dari definisi tersebut, antara lain:
37
a. Kesejahteraan Sosial dipandang sebagai suatu tatanan
masyarakat. b.
Tatanan masyarakat tersebut bersifat kondusif bagi setiap warga negara untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup
mereka. c.
Adanya interaksi yang tidak terpisahkan dan saling mendukung di
antara setiap
individu warga
masyarakat dengan
masyarakatnya. d.
Landasan nilai bagi tatanan masyarakat adalah nilai-nilai dasar sosial budaya masyarakat itu sendiri untuk masyarakat
Indonesia, dirumuskan dalam sila-sila Pancasila. Dengan demikian, fokus kajian Kesejahteraan Sosial sebagai
suatu disiplin ilmu adalah komponen sosial dari kehidupan manusia interaksi sosial. Karena itu, dilihat dari perspektif tersebut, maka
dalam tingkat makro, hubungan antarmanusia ini berwujud dalam hubungan antargolongan atau antarkelompok, atau antarmasyarakat itu
sendiri. Wujud konsep Kesejahteraan Sosial adalah pengadaan dan penataan berbagai kebijakan sosial, perencanaan sosial, program-
program, dan penyelenggaraan berbagai pelayanan sosial; dalam rangka penataan masyarakat itu sendiri yang bersifat saling mendukung
dengan upaya warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidupnya.
2. SUMBER-SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL