46
values yang diperolehnya melalui pendidikan formal dan pengalaman
profesional. Ketiga perangkat tersebut membentuk pendekatan Pekerjaan Sosial dalam membantu kliennya.
Dalam garis besar, ada empat peran profesi Pekerjaan Sosial dalam hal ini, yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas orang dalam mengatasi masalah
yang dihadapinya. Dalam menjalankan peran ini, Pekerja
Sosial mengidentifikasi hambatan-hambatan klien dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pekerja Sosial juga
menggali kekuatan-kekuatan yang ada pada diri klien guna mengembangkan solusi dan rencana pertolongan.
2. Menggali dan menghubungkan sumber-sumber yang
tersedia di sekitar klien. Beberapa tugas Pekerja Sosial yang
terkait dengan peran ini antara lain: a. Membantu klien menjangkau
sumber-sumber yang
diperlukannya; b.
Mengembangkan program pelayanan sosial yang mempu memberikan manfaat optimal bagi klien; c. Meningkatkan
komunikasi diantara para petugas kemanusiaan; dan d. Mengatasi hambatan-hambatan dalam proses pelayanan sosial
bagi klien
3. Meningkatkan jaringan pelayanan sosial. Tujuan utama dari
peran ini adalah untuk menjamin bahwa sistem kesejahteraan sosial berjalan secara manusiawi, sensitif terhadap kebutuhan
warga setempat dan efektif dalam memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat.
47
4. Mengoptimalkan keadilan sosial melalui pengembangan
kebijakan sosial. Dalam menjalankan peran ini, Pekerja Sosial
mengidentifikasi isu-isu sosial dan implikasinya bagi kehidupan masyarakat. Kemudian, Pekerja Sosial membuat naskah
kebijakan policy
paper yang
memuat rekomendasi-
rekomendasi bagi pengembangan kebijakan-kebijakan baru maupun perbaikan atau pergantian kebijakan-kebijakan lama
yang tidak berjalan efektif. Selain itu, dalam melaksanakan peran ini, Pekerja Sosial juga dapat menterjemahkan kebijakan-
kebijakan publik ke dalam program dan pelayanan sosial yang dibutuhkan klien Brenda DuBois dan Karla Krogsrud Miley,
Social Work: An Empowering Profession , Boston : Pearson,
2005
48
KEGIATAN BELAJAR 2
PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DAN PEKERJA SOSIAL
Seperti bidang kehidupan lain, semuanya ada ahlinya sendiri- sendiri, misalnya kesehatan dengan dokter; teknologi dengan insinyur;
ekonomi dengan ekonom, psikologi dengan psikolog dan Psikiater; maka bidang kesejahteraan sosial dengan Pekerjaan Sosial sebagai
profesi yang memiliki kewenangan keahliannya; dan Pekerja Sosial sebagai
Pekerjaan Sosial sebagai sebuah profesi dikembangkan sebagai komponen praktis dari Kesejahteraan Sosial, yang menerapkan hasil-
hasil kajian Kesejahteraan Sosial tentang kehidupan sosial manusia. Secara sederhana, Pekerjaan Sosial dapat didefinisikan sebagai suatu
“Bidang keahlian yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan orang dalam
melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya melalui proses interaksi; agar orang dapat menyesuaikan diri dengan situasi kehidupannya secara
memuaskan”. “The major focus is on reducing problems in human relationships and on enriching living through improved human
interaction ” Skidmore and Thackeray, 1988:8.
Dari definisi tersebut, dapat ditarik makna sebagai berikut: a.
Pekerjaan Sosial dipandang sebagai sebuah bidang keahlian profesi, yang berarti memiliki landasan keilmuan dan seni
dalam praktik dicirikan dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi. Dengan demikian, Pekerjaan Sosial dalam konteks ini
49
harus dibedakan
dengan ‘kegiatan
sosial’ charityphilanthrophy
yang dapat dilaksanakan oleh siapapun yang memiliki keinginan untuk berbuat baik kepada sesamanya.
b. Para penyandang profesi Pekerjaan Sosial memilki kewenangan
sebagai akibat sosial dari pendidikan keahliannya, untuk menyelenggaraan pelayanan sosial dalam semua bentuk dan
tingkatnya. c.
Keahlian khusus dalam profesi Pekerjaan Sosial adalah manipulasi perilaku manusia secara individual maupun dalam
unit sosial, yang ditujukan untuk meningkatkan keberfungsian sosial manusia sebagai makhluk sosial.
Satu hal perlu digarisbawahi bahwa bidang garapan praktik Pekerjaan Sosial adalah aspek sosial dari kehidupan manusia. Sebagai
konsekuensi logisnya, Pekerjaan Sosial menjadi sebuah profesi yang syarat nilai, karena kata sosial dalam kehidupan manusia tidak dapat
dipisahkan dari nilai-nilai values yang pasti ada dalam pergaulan antarmanusia.
Pekerja Sosial, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
“orang yang
memiliki kewenangan
keahlian dalam
menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial”. Dengan melihat
beberapa makna definisi Pekerjaan Sosial, maka dapat diketahui pula
bahwa kekhasan keahlian Pekerja Sosial adalah pemahaman dan keterampilan dalam memanipulasikan perilaku manusia sebagai
makhluk sosial. Kata manipulasi, dalam penggunaan umum pada
masyarakat Indonesia telah diberi konotasi yang negatif karena memang biasa digunakan untuk menunjuk kepada perbuatan negatif,
seperti manipulasi uang korupsi, manipulasi sembako penimbunan.
50
Sesungguhnya kata manipulasi berarti ‘menggunakan sesuatu sesuai dengan kehendak pelaku manipulator’. Dalam konteks praktik
Pekerjaan Sosial, maka manipulasi tingkah laku manusia, berarti mengubah perilaku manusia dalam kerangka tujuan praktik Pekerjaan
Sosial itu sendiri yaitu membantu orang untuk meningkatkan keberfungsian sosialnya.
Kembali ke persoalan Pekerja Sosial sebagai profesi. Banyak faktor yang menyebabkan orang belum mau menjadikan Pekerja Sosial
sebagai profesinya. Pertama, soal bonafiditas. Sebagian besar masih menempatkan pekerjaan lain, misalnya Engineer, Banker, atau bahkan
Guru, jauh lebih bergengsi tinimbang menjadi Pekerja Sosial. Kedua, alasan benefit. Salary yang didapat sebagai Pekerja Sosial tidaklah
besar, itu pun tergantung seberapa besar lembaga sosial tersebut. Alasan ketiga, dan ini yang paling banyak mempengaruhi adalah soal
masa depan. Masa depan para Pekerja Sosial dianggap tidak jelas, sangat tergantung dengan kontinuitas lembaga itu sendiri. Berakhirnya
lembaga itu, berakhir pula masa depannya. Cobalah telisik, benarkah mereka yang bekerja sebagai Pekerja
Sosial itu orang-orang yang kalah bersaing dan tidak mendapatkan tempat dalam pekerjaan lain? Ada anggapan seperti ini yang beredar di
masyarakat. Sesungguhnya tidak demikian, Pekerjaan Sosial adalah sebuah profesi pilihan, seperti halnya orang lain memilih untuk menjadi
banker , engineer, dokter, arsitek, pengusaha dan lain sebagainya.
Selalu ada alasan bagi setiap individu untuk menentukan di mana dan sebagai apa ia berkarir, begitu pula ketika seseorang memilih Pekerja
Sosial sebagai profesinya. Cobalah datangi langsung lembaga-lembaga tersebut, orang-orang di dalamnya bukan sekadar lulusan SMA,
51
melainkan jebolan S1, S2 dan S3 dari perguruan tinggi terkenal dalam dan luar negeri, dan kini menghuni lembaga sosial, sama halnya dengan
mereka yang bekerja di perusahaan besar dan menjalani profesi lainnya. Padahal, ada nilai kemuliaan yang diusung oleh orang-orang
yang terjun langsung di lembaga sosial. Bahwa ada sebagian orang yang tidak berorientasi nilai salary upah ketika ia mantap memilih
profesinya. Ketika kebutuhan untuk mengaplikasikan diri jauh lebih tinggi dari kebutuhan dasar dan status sosial, dan disaat kesadaran
penuh keyakinan bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.
Setelah berbicara panjang lebar mengenai keberadaan fenomena Pekerjaan Sosial sebagai sebuah profesi, mungkin muncul pertanyaan
dalam benak kita; makhluk apakah sebenarnya yang disebut-sebut dengan Pekerjaan Sosial? Berikut akan dipaparkan beberapa konsep
mengenai pengertian Pekerjaan Sosial – yang dikemukakan oleh para ahli – yang diharapkan dapat menjadi pegangan bagi kita dalam
memahami profesi Pekerjaan Sosial itu sendiri; Allen Pincus dan Anne Minahan, mengemukakan definisi
Pekerjaan Sosial sebagai: Social Work is concerned with the interactions between people
and their social environment which affect the abilility of people to accomplish their life task, alleviate distress and realize their
aspirations and values. Pekerjaan Sosial berurusan dengan interaksi antara orang-
orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya,
mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka.
52
Allen Pincus dan Anne Minahan Social Work Practice: Model and Methode
, 1973:9 Itasca, Illinois: Peacock Publishers
Council on Social Work Education in Curriculum Study, mengemukakan pengertian Pekerjaan Sosial sebagai:
Social work seeks to enhance the social functioning of individuals, singly and in groups, by activities focused upon
their social relationship which constitute the interaction between man and his environment.
Pekerjaan Sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun
kelompok, dimana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka
khususnya interaksi
orang-orang dengan
lingkungannya. dalam Rex A. Skidmore, Milton Thackeray, dan O William
Farley, Introduction to Social Work, 1988:6, New Jersey: Simon Scuster Englewood Cliffs.
Siporin, Max, menjelaskan pengertian Pekerjaan Sosial sebagai: Social work is defined as a social institutional method of
helping people to prevent and resolve their social problems, to restore and enhance their social functioning.
Pekerjaan Sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk
membantu orang-orang
guna mencegah
dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan
meningkatkan keberfungsian sosialnya. Siporin, Max Introduction to Social Work Practice, 1975:3
53
Friedlander, Walter A. Dan Apte, Robert Z., memaparkan definisi Pekerjaan Sosial sebagai:
Social Work is a professional service, based on scientific knowledge and skill in human relation, which help individuals,
groups, or communities obtain social or personal satisfaction and interdependence.
Pekerjaan Sosial adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu
individu, kelompok-, maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta kebebasan.
Friedlander, Walter A. Dan Apte, Robert Z, A Concepts and Methods of Social Work
, 1980:4 Zastrow, Charles, menjelaskan definisi Pekerjaan Sosial sebagai
berikut: Social work is the profesional activity of helping individuals,
groups, or communities to enhance or restore their capacity for social functioning and to create societal conditions
favorable to their goals. Pekerjaan Sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu
individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan
menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan- tujuannya.
Charles Zastrow, Introduction to Social Welfare Institutions: Social Problems, Service, and Current Issues
. 1982 : 12 Leonora
Scrafica-de Guzman,
memaparkan pengertian
Pekerjaan Sosial sebagai:
54
Social work is the profesion which is primaly concerned with organized social service activity aimed to facilitate and
strengthen basic relationship in the mutual adjusment between individual, and their social environment for the good of the
individual and society, by the use of social work method. Pekerjaan Sosial adalah profesi yang bidang utamanya
berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan
memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan
sosialnya , melalui penggunaan metode-metode Pekerjaan Sosial.
Leonora Scrafica-de Guzman, Fundamentals of social work, 1983:3
Berbagai pengertian Pekerjaan Sosial telah dikemuakakan di atas secara beraneka ragam, tergantung dari sudut tinjauannya masing-
masing. Namun demikian, dari keseluruhan definisi yang dikemukakan mengenai Pekerjaan Sosial tersebut, dapat dikelompokkan secara garis
besar bahwa Pekerjaan Sosial dapat dipandang sebagai: 1.
Pekerjaan Sosial sebagai suatu seni dalam praktik, karena dalam praktiknya Pekerjaan Sosial memerlukan keterampilan-
keterampilan yang tinggi guna memahami orang-orang lain dan dalam membantu mereka agar memiliki kemampuan
untuk menolong diri mereka sendiri 2.
Pekerjaan Sosial sebagai suatu ilmu, karena memiliki metode- metode pemecahan masalah, dan karena dilakukan secara
objektif dalam menemukan dan memahami fakta-fakta, serta
55
dalam mengembangkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep operasional
3. Pekerjaan Sosial sebagai suatu profesi, karena pada masa
dewasa ini telah memiliki dan memenuhi syarat-syarat suatu profesi.
Namun, Pekerjaan Sosial pun bukanlah “obat antiseptik” yang bertujuan untuk membuat hidup ini menjadi “steril”, bebas sama sekali
dari tekanan dan ketegangan yang menimbulkan masalah-masalah, juga tidak bertujuan untuk membebaskan orang dari tanggung jawabnya
terhadap masalah-masalah yang dialaminya, sehingga persoalannya bukan terletak pada apakah orang mengalami masalah atau tidak,
melainkan terletak pada bagaimana cara yang digunakan orang tersebut untuk mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.
Satu hal yang perlu diingat, bahwa karakteristik yang membedakan Pekerjaan Sosial dengan profesi-profesi pemberian
bantuan lainnya adalah bahwa bidang kegiatan profesi Pekerjaan Sosial terletak pada ruang lingkup segi sosial dari kehidupan manusia
Katherine A. Kendall, Feflections on Social Work Education, IASSW, New York, 1978
Dengan berbekal berbagai definisi dan pengertian mengenai profesi Pekerjaan Sosial tersebut di atas, maka profesi ini dapat kita
bedakan dengan kegiatan pemberian bantuan lainnya dan berbagai kegiatan sosial lainnya yang dapat dilakukan kapan saja, oleh siapa
saja, dan di mana saja.
56
Untuk dapat lebih memahami keberadaan dan praktik profesi pekerjaan sosial dalam masyarakat, berikut akan dipaparkan
perkembangan pengetahuan pekerjaan sosial dari masa ke masa: Awal tahun 1920-an; Mary Richmond ‘social diagnosis’
perkembangan sosiologi
sangat mempengaruhi
praktik pekerjaan sosial. Dikenal dengan masa scientific philanthropy.
Konsep assessment dan diagnosis mulai digunakan medical model
1921-1930; pengaruh psikologi sangat kuat khususnya mengenai tahap perkembangan manusia. Konsep intervention
mulai menggantikan konsep treament. 1931-1945;
Gordon Hamilton,
mengklarifikasi konsep
diagnosis yang mengarah pada pada people in situation. Muncul diagnostic approach
dan functional approach dimana kedua saling berbeda pendapat. Pengakuan group work dan community
organization sebagai metode pekerjaan sosial. Psikoanalisis
berpengaruh kuat. 1946-1960; Konsep psikoanalisis masih tetap dipakai. Helen
Harris Perlman dalam Social Casework: A Problem Solving Process
dengan konsepnya ‘a person with a problem comes to place where a professional representatative helps him by a
given process’ . 1957, Felix Biestex The Casework
Relationship menjelaskan
hubungan bimbingan
sosial perseorangan sebagai “the dinamic interaction of attitudes and
emotions between the caseworker and the client, with the purpose of helping the client achieve a better adjusment
57
between himself and his environment”, ia juga mengidentifikasi
tujuh prinsip hubungan: 1.
Individualization 2.
Purposeful expression of feeling 3.
Controlled emotional environment 4.
Acceptance 5.
Nonjudgmental attitude 6.
Client self-determination 7.
Confidentiality 1961-1975; pada masa ini sangat kaya dengan perkembangan
teori, makin banyaknya kemungkinan akan pelayanan baru, bidang permasalahahan baru dan kelompok klien baru, serta
dengan menggunakan dengan cara yang baru. Tiga cara melihat teori yang digunakan:
1. Kelanjutan perkembangan dari metode tradisional;
2. Perkembangan asli atau paduan pendekatan terpadu
dalam praktik 3.
Perkembangan pendekatan baru dalam praktik, dengan menggunakan asumsi baru atau pelayanan baru bagi
kelompok klien khusus. 1975-1990; merupakan era kekecewaan masyarakat terhadap
sistem kesejahteraan sosial. 1991-19…; paradigma generalist practice makin menguat
dengan diterbitkannya beberapa referensi mengenai paradigma ini. Namun nampaknya masih mencerminkan turunan dari
profesi: 1.
Assessment;
58
2. Person in situation
3. Process
4. Relationship; and
5. Intervention
Namun demikian terdapat tekanan yang begitu kuat bahwa assessment
berkenaan untuk intervensi berkerja bersama dengan with daripada melakukan untuk to atau bagi for klien,
tekanan akan orang dalam lingkungannnya, pentingnya hubungan, dan perhatian akan proses pada seluruh bidang
praktik sebagai jantungnya praktik pekerjaan sosial.
59
KEGIATAN BELAJAR 3 PEKERJAAN SOSIAL GENERALIS
Persepsi tradisional pekerja sosial yang telah ada yaitu caseworker, group worker,
atau community organizer. Praktiknya para pekerja sosial mengetahui bahwa peran-peran mereka lebih kompleks
daripada hal tadi; setiap pekerja sosial terlibat sebagai agen perubahan seseorang yang membantu dalam menyokong perubahan positif
dalam bekerja dengan perseorangan, kelompok-kelompok, keluarga- keluarga, organisasi, dan masyarakat yang lebih besar. Banyak waktu
yang dibutuhkan untuk beragam level tersebut dari pekerja sosial ke pekerja sosial berikutnya. Tetapi setiap pekerja sosial, pada waktunya,
ditugaskan dan diharapkan berfungsi secara efektif pada semua level dan dengan demikian membutuhkan pelatihan dalam hal itu semua.
Dewan Pendidikan Pekerjaan Sosial Amerika Serikat CSWE, The Council on Social Work Education
---lembaga akreditasi nasional AS untuk program sarjana dan master dalam pekerjaan sosial---
menuntut semua program sarjana dan master untuk melatih semua mahasiswanya dalam praktik generalis. Program MSW, selanjutnya,
biasanya menuntut mahasiswa untuk memilih dan mengkaji dalam area konsentrasinya. Program tersebut umumnya menawarkan beberapa
konsentrasi, seperti terapi keluarga, administrasi, corrections, dan pekerjaan sosial klinis.
D. Brieland, L. B. Costin, dan C. R. Atherton menjelaskan dan menggambarkan praktik generalis sebagai berikut:
The generalist social worker, the equivalent of the general practitioner in medicine, is characterized by wide
60
repertoire of skills to deal with basic conditions, backed up by specialists to whom referrals are made. This role is a fitting one
for entry-level social worker.
The generalist model involves identifying and analyzing the interventive behaviors appropriate to social work. The
worker must perform a wide range of task related to the provision and management of direct service, the development of
social policy, and the facilitation of social change. The generalist should be well grounded in systems theory that
emphasizes interaction and independence. The major system that will be used is the local network services...
The public welfare worker in a small county may be the classic example of the generalist. He or she knows the reources
of the county, is acquainted with the key people, and may have considerable influence to accomplish service goals, including
obtaining jobs, different housing, or emergency food and clothing. The activities of the urban generalist are more
complex, and more effort must be expended to use the array of resources.
Praktik pekerjaan sosial sosial mirip dengan praktik dokter umum, yang dicirikan dengan keluasan keterampilan
timbal balik untuk menghadapi kondisi dasar, dengan didukung oleh spesialis malalui rujukan yang dibuat. Peran ini sangat
cocok untuk level awal pekerjaan sosial.
Model generalis
meliputi mengidentifikasi
dan menganalisi perilaku intervensi yang sesuai untuk pekerjaan
sosial. Pekerja sosial harus menunjukkan seluas mungkin tugas yang berkaitan dengan provisi dan pengelolaan pelayanan
langsung, pengembangan kebijakan sosial, dan menfasilitasi perubahan sosial. Ahli generalis sebaiknya menempatkan teori
sistem yang menekankan interaksi dan ketergantungan. Sistem utama yang akan digunkana adalah jaringan pelayanan lokal.....
Pekerja kesejahteraan umum di desa kecil mungkin merupakan contoh klasik dari generalis. Dia yang mengetahui
sumber-sumber desa, mengetahui dan kenal dekat dengan tokoh-tokoh kunci, dan yang mungkin perlu dipertimbangkan
pengaruhnya terhadap pemenuhan tujuan-tujuan pelayanan, termasuk penciptaan pekerjaan, perumahan, atau tanggap
darurat makanan dan pakaian. Aktivitas dari generalis perkotaan
61
lebih kompleks lagi, dan makin banyak lagi usaha yang harus dilakukan untuk mengurai sumber-sumber yang ada.
G. Hull menjelaskan praktik generalis sebgai berikut: The basic principle of generalist practice is that baccalaureate
social workers are able to utilize the problems solving process to intervene with various size systems including individuals,
families, groups, organizations, and communities. The generalist operates within a systems and person –in-
environment framework sometimes referred to as an ecological model. The generalist expects that many problems will require
intervention with ore than one system e.g., individual work with a delinquent adolescent plus work with the family or school
and that single explanations of problem situations are frequently unhelpful. Generalist may play several roles
simultaneously or sequentially, depending upon the needs of the client e. g., faciltator, advocate, educator, broker, enabler,
case manager, an or mediator. They may serve as leader facilitators of task groups, socializations groups, information
groups, and self-help groups. They are capable of conducting needs assessments and evaluating their own practice and the
programs with which they are associated. They make referrals clients when clients problems so dictate and know when to
utilize supervision from more experienced staff. Generalist operate within the ethical guideilines prescribed by the NASW
Code Ethics and must be able to work with the clients, coworkers, and colleagues from diferrent ethnic, cultural, and
professional orientations. The knowledge and skills of the generalist are transferable from one setting to another and from
one problem to another. Prinsip dasar praktik generalis adalah bahawa para pekerja
sosial tingkat sarjana mampu menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengintervensi beragam ukuran sistem termasuk
individu-individu,
keluarga-keluarga, kelompok-kelompok,
organisasi-organisasi, dan masyarakat. Ahli generalis beroperasi dalam sebuah sistem dan kerangka person –in-environment
seringkali merujuk pada sebuah model ekologis. Generalis berharap bahwa banyak permasalahan akan menuntut intervensi
62
dengan satu atau banyak sistem contoh, seseorang yang bekerja dengan kenakalan anak ditambah dengan keluarga atau sekolah
dan bahwa penjelasan tunggal dari situasi masalah seringkali tidak membantu. Ahli generalis kemungkinan memainkan
sejumlah peran berbeda secara simultan atau per bagian, tergantung
kepada kebutuhan
klien misal,
fasilitator, pendamping, pendidik, broker, enabler, manajer kasus, atau
sebagai mediator. Mereka bertindak sebagai pemimpin fasilitator kelompok satuan tugas, kelompok sosialisasi,
kelompok informasi, dan kelompok bantu-diri. Mereka mampu melakukan asesmen kebutuhan dan mengevaluasi praktiknya
sendiri dan program-program yang berkaitan dengannya. Mereka membuat rujukan kepada klien ketika permasalahan
klien ingin bicara dan diketahui melalui supervisi dari staf yang lebih berpengalaman. Ahli generalis bergerak dalam koridor etik
dan harus mampu bekerja dengan klien, pendukung, dan kolega dari beragam etnik, budaya, dan profesi lainnya.
Barker menjelaskan seorang pekerja sosial generalis sebagai berikut: In social work, a practitioner whose knowledge and skills
encompass a broad spectrum and who assesses problems and their
solutions comprehensively.
The generalist
often coordinates
the efforts
of specialists
by facilitating
comunication between them, thereby fostering continuity of care.
Dalam pekerjaan sosial, seorang praktisi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dengan spektrum yang luas dan
yang mengkaji masalah dan solusinya secara komprehensif. Ahli generalis seringkali mengupayakan koordinasi dari
spesialis dengan memfasilitasi komunikasi diantara mereka, sehingga memastikan keberlanjutan pemeliharaan perawatan.
Direktur Program Sarjana The Baccalaurate Program Director’s
telah menjelaskan praktik generalis yaitu: Praktisi pekerjaan sosial generalis bekerja bersama individual,
keluarga, kelompok, masyarakat, dan organisasi dalam beragam pekerjaan sosial dan setting rumahnya. Praktisi
63
generalis memandang klien dan sistem klien dari perspektif kekuatan
dalam rangka
mengakui, mendukung,
dan membangun berdasarkan kapabilitas kehidupan manusia.
Mereka menggunakan proses pemecahan masalah profesional untuk membangun hubungan,mengkaji, layanan broker,
mengadvokasi, membimbing, mendidik, dan mengelola bersama dengan klien dan sistem klien. Kemudian, praktisi generalis
menciptakan hubungan dengan masyarakat dan pengembangan keorganisasian. Akhirnya, praktisi generalis mengevaluasi hasil
pelayanan dalam rangka memperbaiki kelanjutan provisi dan kualitas pelayanan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.
Dewan Pendidikan Pekerjaan Sosial AS CSWE dalam Educational Policy and Accreditation Standards
telah menjelaskan praktik generalis sebagai:
Generalist practice is grounded in the liberal arts and the person and environment construct. To promote human and
social well-being, generalist practitioners use a range of prevention and intervention methods in their practice with
individuals, families, groups, organizations, and communities. The generalist practitioner identifies with the social work
profession and applies ethical principles and critical thinking in practice. Generalist practitioners incorporate diversity in their
practice and advocate for human right and social and economic justice. They recognize, support, an build on strenghts and
resilience of all human beings. They enggage in research- informed practice and are proactive in responding to the impact
of context on professional practice. Jantungnya praktik generalis meliputi a memandang situasi
permasalahan dalam lingkup konseptual the person-in-environment dan b menyadari dan mampu mengintervensi pada beberapa level
berbeda, jika diperlukan, mengasumsikan sejumlah peran.
64
Proses Perubahan
Seorang pekerja sosial memanfaatkan a change process dalam bekerja bersama klien, baik inividual, kelompok, keluarga, organisasi
dan masyarakat. Dewan pendidikan pekerjaan sosial AS CSWE, 2008 dalam Kebijakan Pendidikan dan Standar Akreditasi menjelaskan
praktik pekerjaan sosial sebagai berikut: Praktik pekerjaan sosial meliputi proses dinamis dan
interaksional dari proses kesepakatan, asesmen, intervensi, dan evaluasi pada setiap level. Para pekerja sosial memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk praktik bersama klien, keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat. Pengetahuan
praktik termasuk
mengidentifikasi, menganalisa,
dan mengimplementasi intervensi berbasis-bukti yang didisain
untuk mencapai tujuan-tujuan klien; memanfaatkan penelitian dan kemajuan teknologi; mengevaluasi efektivitas hasil dan
praktik program;
mengembangkan, mengevaluasi,
mengadvokasi, dan menyediakan kepemimpinan bagi kebijkaan dan pelayanan; serta mempromosikan keadilan dan sosial dan
ekonomi.
65
Daftar Pustaka
Allen Pincus dan Anne Minahan. 1973. Social Work Practice: Model and Methode
. Itasca, Illinois: Peacock Publishers. DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley. 2005. Social Work: An
Empowering Profession , Boston : Pearson.
Friedlander, Walter A. Dan Apte, Robert Z. 1980. A Concepts and Methods of Social Work
. -----------. 1967. Introduction to Social Walfare, 2nd.ed., Prentice-Hall
of India private Limited, New Delhi. Guzman, Leonora Scrafica-de. 1983. Fundamentals of social work
Kendall, Katherine A. 1978. Feflections on Social Work Education,
IASSW, New York. Siporin, Max. 1975. Introduction to Social Work Practice. Prentice
Hall International Ed., Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. Skidmore, Rex A., Milton Thackeray, dan O William Farley. 1988.
Introduction to Social Work. New Jersey: Simon Scuster
Englewood Cliffs Zastrow, Charles. 1982. Introduction to Social Welfare Institutions:
Social Problems, Service, and Current Issues .
-----------. 2010. Introduction to Social Work and Social Welfare, Empowering People.
10th Edition, BrooksCole.
66
67
TOPIK 3
LANDASAN PENGETAHUAN DALAM PROFESI PEKERJAAN SOSIAL
KEGIATAN BELAJAR 1: Keilmuan profesi pekerjaan sosial dan profesi pertolongan lainnya
KEGIATAN BELAJAR 2: Dasar pengetahuan pekerjaan sosial
KEGIATAN BELAJAR 3: Kebutuhan pengetahuan pekerja sosial saat ini
68
KEGIATAN BELAJAR 1 1.
KEILMUAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DAN PROFESI PERTOLONGAN LAINNYA
Profesor Takahashi dari Jepang sebagaimana dikutip oleh Robert M. Z. Lawang 2005 mengatakan bahwa:”pendekatan
disipliner seperti sosiologi, politik, psikologi, ekonomi, antropologi atau apapun lainnya, sudah tidak relevan lagi untuk digunakan saat ini.
Sebaliknya, pendekatan yang berbasis masalah lebih banyak digunakan”. Artinya, kalau dalam kehidupan riil ada masalah, maka
konsentrasi kita harus tertuju pada usaha menggunakan ilmu apa saja. Kalau saja yang merasa terusik dalam menata jalan pikirannya
tidak hanya seorang sosiolog, tetapi juga antropolog, psikolog, ekonom, ahli politik dan ahli-ahli lainnya, dan semuanya sepakat bahwa ilmu
dan keahliannya berorientasi pada pemecahan masalah, maka ilmu- ilmu yang dikuasainya itu akan lebih memberikan sumbangan nyata
dan bermakna dalam pemecahan masalah. Tidak ada lagi batas hitam putih antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain.
Sebaliknya yang terjadi bahwa antar disiplin ilmu saling bersinggungan dan berinteraksi secara sinergis, sehingga menghilangkan garis batas
yang ekstrem antar disiplin ilmu-ilmu tersebut. Ilmu pekerjaan sosial tetap sebagai disiplin ilmu yang berdiri
sendiri karena memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan ilmu- ilmu sosial lainnya, yaitu pada art atau skill. Namun demikian pada
prakteknya, tidak dapat dipungkiri ilmu pekerjaan sosial masih “meminjam” ilmu-ilmu sosial lain, seperti sosiologi, antropologi,
69
psikologi, ekonomi, dan politik dalam melakukan analisis secara obyektif dan mendalam tentang hakikat masalah sosial.
Sebagai contoh, pekerja sosial yang akan memberikan intervensi sosial kepada wanita tuna sosial, dimulai dengan melakukan
asesmen. Pada kegiatan asesmen ini akan dilakukan pengkajian dan pemahaman masalah wanita tuna susila tersebut dari berbagai
perspektif. Sosiologi digunakan untuk memahami bagaimana interaksi sosial didalam keluarga dan lingkungan sosialnya; antropologi
digunakan untuk memahami pola kebudayaan pada masyarakat dimana wanita tuna sosial tinggal; ekonomi digunakan untuk memahamai
bagaimana kondisi ekonomi rumah tangga dan aksesibilitas terhadap lembaga ekonomi; psikologi digunakan untuk memahami bagaimana
kondisi psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tekanan pada aspek psikologis; serta politik digunakan untuk
memahami aspirasi politik dan tekanan politik si wanita tuna susila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Namun demikian, diingatkan oleh Shulman Tangdilintin, 1998, bahwa meminjam atau mengaplikasikan ilmu lain banyak
menolong, tetapi semakin lama semakin terasa, bahwa pada tingkat aplikasi tertentu “meminjam” dapat menimbulkan kesulitan, dan juga
kadang-kadang teori atau konsep yang dipinjam itu tidak sesuai dengan masalah yang menjadi prioritas.
Oleh karena ilmu pekerjaan sosial berorientasi pada pemecahan masalah, maka ilmu pekerjaan sosial menjadi disiplin ilmu utama pada
lembaga yang menyelenggarakan pelayanan sosial. Sementara itu, ilmu-ilmu sosial lainnya mendukung ilmu pekerjaan sosial tersebut,
terutama didalam melakukan assessment terhadap klien individu,
70
kelompok, masyarakat dan aspek-aspek yang mempengaruhi peran sosial klien. Apa yang dimaksud oleh seorang Profesor Takahashi dari
Jepang sudah terjawab, bahwa ilmu pekerjaan sosial merupakan ilmu yang relevan dengan situasi saat ini, karena ilmu pekerjaan sosial
berorientasi pada upaya pemecahan masalah. Ilmu pekerjaan sosial adalah jawabanya, karena disiplin ilmu ini
menawarkan pendekatan yang berbasis masalah dengan dukungan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena itu di kalangan akademisi, ilmu
pekerjaan sosial dikenal dengan disiplin ilmu terapan. Ilmu pekerjaan sosial ada untuk kepentingan pemecahan masalah sosial pada saat ini,
dan mengantisipasi terjadinya atau kecenderungan terjadinya masalah sosial di masa depan.
Perhatian profesi Pekerjaan Sosial adalah pada upaya pemberian bantuan kepada orang untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
melaksanakan fungsi sosial, kemampuan untuk mengadakan interaksi dan berhubungan dengan orang lain. Namun demikian, terdapat pula
profesi-profesi lain yang juga bergerak dalam upaya pemberian bantuan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan akibat adanya
interaksi di antara orang yang satu dengan yang lainnya. Profesi Pekerjaan Sosial mempunyai tujuan, fungsi, serta
kegiatan-kegiatan yang kadang-kadang tumpang tindih dengan profesi- profesi lainnya, yang juga bergerak dalam upaya pemberian bantuan
kepada orang helping professions. Oleh karenanya, guna memberikan kejelasan pemahaman mengenai profesi Pekerjaan Sosial, perlu
dilakukan tinjauan dari sisi lain pada profesi Pekerjaan Sosial, yakni hubungan dan perbedaannya dengan profesi-profesi lain yang
71
seringkali tumpang tindih dengan profesi Pekerjaan Sosial dalam pelaksanaan kegiatan profesionalnya.
Berikut ini akan dipaparkan perbedaan praktik yang dilakukan oleh seorang Pekerja Sosial dengan profesi lainnya dalam memberikan
pertolongan:
1. Pekerja Sosial – Sosiolog