Rephrasing Respon reflektif Klarifikasi Interpretasi Memberikan Informasi Menekankan pada kekuatan klien Penyingkapan diri Mendapatkan informasi Penggunaan “mengapa?”

166 Keaslian Berbagi cerita dengan keaslian kita, dengan spontanitas yang tidak dibuat-buat serta alamiah. Ketika berhubungan dengan klien, kita tidak menjadi orang lain, melainkan total menjadi diri sendiri. 3. Menjalankan wawancara Komunikasi adalah suatu bidang yang sangat luas. Berbagai jenis dan tehnik komunikasi telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Salah satu tehnik komunikasi yang perlu dikuasai oleh seorang Caseworker adalah menjalankanmemimpin wawancara, yaitu dalam tahap pengumpulan data dan juga dalam proses pertolongannya; Respon Verbal Pada Klien 1. Penguatan sederhana Menjaga kontak mata dengan klien adalah sebuah penguatan sederhana yang dapat membuat klien terus melanjutkan ceritanya kepada Caseworker.

2. Rephrasing

Secara sederhana rephrasing adalah mengucapkan kembali apa yang telah diutarakan oleh klien dengan bahasa yang berbeda.

3. Respon reflektif

Ini adalah kegiatan menterjemahkan apa yang kita pikir dirasakan oleh klien dengan kata-kata. Respon reflektif dapat digunakan pada klien yang bercerita panjang lebar mengenai masalahnya, tetapi ia tidak merasakan masalah tersebut.

4. Klarifikasi

167 Inti dari klarifikasi adalah membuat pernyataan tertentu untuk menunjukkan bahwa kita sudah menangkap apa yang dikemukakan klien.

5. Interpretasi

Ini adalah sebuah aktivitas mencari makna dibalik yang terkandung dalam klarifikasi.

6. Memberikan Informasi

Terkadang perlu bagi kita untuk memberikan informasi, karena sering kali masalah klien bermula dari kurangnya informasi yang dia miliki mengenai berbagai hal.

7. Menekankan pada kekuatan klien

Pekerja Sosial berhadapan dengan masalah manusia yang paling sulit. Terkadang mereka tidak bisa berpikir hal-hal yang lain kecuali masalah mereka sendiri.

8. Penyingkapan diri

Satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang Caseworker adalah bahwa mereka perlu mengetahui sejauh mana mereka dapat membuka diri kepada klien.

9. Mendapatkan informasi

Secara sederhana ada dua cara dalam mendapatkan informasi, yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup contohnya adalah; “Apakah Anda akan datang besok?” “Anda bekerja di restroan atau di hotel?” 168 Sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan penjawab menjawab pertanyaan dengan panjang lebar, seperti: 10. Penggunaan “mengapa?” Berhati-hatilah jika menggunakan kata tanya mengapa, karena seakan-akan hal tersebut sudah ‘menyudutkan’ atau menempatkan klien di tempat yang salah, sehingga ia dapat merasa terancam. Menekankan pada kekuatan klien: Tingkah laku klien ‘Kamu telah melakukan aktivitas tersebut dengan sangat baik, sesuai dengan yang disarankan. Lihatlah, apa yang telah kamu berhasil capai...’ Kualitas personal ‘Saya pikir kamu sangat termotivasi di pekerjaan ini’ ‘Kamu sangat ceria kalo sedang gembira, membuat seluruh orang lain ikut senang’ Sumber-sumber klien ‘Sangat baik sekali kamu mempunyai teman untuk diajak bicara, itu sangat membantu “Apa alasan kamu sehingga meninggalkan rumah begitu lama?” “Bagaimana perasaan kamu tentang situasi ini?” 169 11. Menangani Sikap Bermusuhan Kadang kala klien tidak selalu menjadi anak manis ketika berhadapan dengan kita. Mereka mungkin berteriak-teriak atau melakukan tingkah laku yang agresif. Johnson 1986, menyatakan bahwa walaupun konflik adalah sebuah situasi yang tidak enak dan perlu dihindari, namun terdapat beberapa aspek positif dari konflik. Misalnya, daripada rasa permusuhan tersebut dipendam, terkadang akan lebih baik jika klien mengungkapkannya. Namun Caseworker pun dapat meraih beberapa informasi tersembunyi dibalik sikapnya tersebut. Berikut beberapa tips untuk berhubungan dengan rasa permusuhan dari klien: a. Jangan marah atau defensive. Kenali reaksi pribadi kita, ingat bahwa ini adalaha wacana profesional bukan personal b. Fokus pada tingkah laku permusuhan klien bukan mencap bahwa klien adalah orang yang selalu bermusuhan c. Biarkan klien melepaskan kemarahannya. Berempatilah d. Tekankan pada kekuatan pribadi dari klien, jangan serang balik e. Pahami faktanya berdasarkan situasi yang dialami oleh klien f. Fokus pada saat ini dan masa depan, jadi tidak terus menerus tenggelam di masa lalu g. Lihat berbagai kemungkina alternatif dan konsekuensinya h. Jangan sok bermoral i. Ringkaskan apa yang telah terjadi selama wawancara berlangsung 170 j. Segera buat tujuan-tujuan jangka pendek dengan klien, misalnya membuat persetujuan-persetujuan kecil, atau perjanjian selanjutnya Assessment Assesment adalah tahap pertama dari proses penyelesaian masalah. Termasuk di dalamnya adalah, mendapatkan pemahaman tentang masalah tersebut, apa yang menyebabkannya dan apa yang bisa diubah untuk meminimalisasi atau menyelesaikannya Barker, 1987. Para Caseworker mengevaluasi masalah dalam sebuah perspektif lingkungan. Sebuah masalah tidak hanya menyangkut individu dan keluarga tetapi juga tingkat masyarakat yang lebih besar dan sistem di sekitar orang tersebut tinggal. Manusia pada umumnya sangat dipengaruhi oleh orang, kelompok dan organisasi di sekitarnya. Banyak sedikitnya dukungan sosial dari rekan sekerja bisa membuat seseorang membenci atau menyukai pekerjaannya. Bahkan terpilihnya presiden baru di suatu negara dapat menentukan seberapa besar tingkat kebebasan bertingkah laku rakyatnya. Sebelum menyelami assesment lebih lanjut ada empat hal yang perlu dipahami terlebih dahulu tentang assesment, yaitu: 1. Pelibatan klien adalah sesuatu yang sangat esensial. Hal ini untuk menghindari pernyataan masalah yang terlalu dini, sehingga tidak akurat. Pelibatan klien akan meminimalisir hal tersebut. 2. Assesment selalu melibatkan pengambilan keputusan 171 Tidak satu kamus yang memuat jawaban dari setiap masalah yang ditemui, anda harus membuat keputusan untuk tiap masalah 3. Assesment selalu mempertimbkan kekuatanpotensi klien Pengetahuan akan kekuatan atau potensi klien akan mempermudah untuk pencarian solusi 4. Dalam assesment, tidak selalu ditemukan sebuah definisi masalah yang jelas dan tunggal. Jadi, buatlah identifikasi dan prioritas yang terbaik dari masalah. 5. Assesment perlu merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Karena segala situasi, potensi dan kekuatan klien bukanlah sesuatu yang statis melainkan selalu berubah secara dinamis. Tujuan Assesment: Ketika seorang Caseworker melakukan proses assesment, maka hal ini ditujukan untuk : 1. Para Caseworker perlu membuat pernyataan masalah secara jelas 2. Para Caseworker perlu memformulasikan deskripsi yang jelas dari sistem yang melingkupi klien tersebut 3. Para Caseworker perlu mengilustrasikan bagaiaman sistem klien berinteraksi dengan sistem lainnya, apakah sistem keluarga klien misalnya terisolasi dari keluarga-keluarga yang lain? 4. Para Caseworker perlu mengumpulkan seluruh informasi ini disatu tempat, agar segera dapat dianalisis dan diambil langkah- langkah yang diperlukan. 172 KEGIATAN BELAJAR 2 Social Group Work Manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok, dan semakin jauh ia mengenal dirinya, maka akan semakin jauh pula ia mengenal masyarakat. Manusia tidak dapat hidup sendiri, ia bukanlah sebuah pulau di tengah lautan. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya, dalam kenyataannya, sangat erat berkaitan dengan keberhasilan dan ketidakberhasilan manusia yang lain. Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa bayi yang diisolasikan dari manusia lainnya –-walaupun diberi makanan yang baik-– tetap akan mati karena ia kurang perhatian. Anak-anak merasakan bahwa rasa kesedihan tersebut tidak tertahankan, dan para ahli psikologi telah mengobservasi bahwa proses belajar dapat ditingkatkan dengan pergaulan bersama orang lain. Kenyataan lain menyebutkan bahwa individu tidak dapat dipisahkan dari kelompok, bahwa individu-individu hanya akan dapat mencapai pengembangan potensi mereka yang setinggi-tingginya serta perasaan harga diri yang kuat, melalui partisipasi mereka dalam kehidupan kelompok; juga bahwa mereka dapat memperoleh rasa aman dan tentram dengan adanya perasaan keterlibatan dan rasa memiliki suatu kelompok yang mempunyai arti bagi mereka, serta bahwa mereka memikul tanggung jawab terhadap orang lain di dalam dan melalui antarhubungan tersebut. Dengan dasar kenyataan-kenyataan seperti telah dikemukakan di atas, maka dalam perkembangannya, Pekerjaan Sosial 173 mengembangkan metode Bimbingan Sosial Kelompok Social Group Work Social group work adalah suatu metode untuk bekerja dengan, dan menghadapi orang-orang di dalam suatu kelompok, guna peningkatan kemampuan untuk melaksanakan fungsi sosial; serta guna pencapaian tujuan-tujuan yang secara sosial dianggap baik Soetarso, Pengantar Kesejahteraan Sosial, 1976, hlm.72. Bimbingan Sosial Kelompok didasarkan atas pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan manusia untuk berhubungan satu sama lain, dan adanya saling ketergantungan di antara mereka. Bimbingan Sosial Kelompok merupakan suatu metode untuk memperkecil atau menghilangkan hambatan-hambatan dalam berinteraksi sosial, dan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diterima secara sosial dianggap baik oleh masyarakat. Kelompok dalam perspektif Pekerjaan Sosial dipandang sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi satu sama lain dan membentuk suatu kesatuan yang terpisah dan berbeda dari kesatuan- kesatuan lainnya. Group Worker Pekerja Sosial dengan fokus perhatian pada kelompok bekerja terutama dengan kelompok- kelompok, yang didalamnya terdapat interaksi dan memungkinkan adanya individualisasi perbedaan satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Dalam kajian Bimbingan Sosial Kelompok, sejumlah orang yang berkumpul dan dapat dikatakan sebagai suatu kelompok adalah apabila memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Adanya sekumpulan orang 2. Adanya interaksi psikis di antara anggota-anggotanya 174 3. Adanya saling ketergantungan di antara para anggota kelompok 4. Merupakan suatu kesatuan yang berbeda dan terpisah dari kelompok-kelompok lainnya 5. Individu tidak melebur di dalam kesatuan kelompok, melainkan tetap mempunyai keunikan masing-masing yang dapat disumbangkan untuk kepentingan bersama 6. Adanya tujuan, nilai-nilai, norma-norma, dan struktur kelompok itu sendiri Tipe-tipe kelompok: 1. Kelompok-kelompok tugas task groups Kelompok yang berorientasi pada pencapaian seperangkat tujuan atau penyelesaian tugas-tugas. Tujuan yang ditentukan dalam kelompok ini menjadi alat untuk menentukan bagaimana kelompok bekerja dan peran-peran apa yang dimainkan oleh anggota kelompoknya. Kelompok tugas ini juga mempunyai beberapa tipe yang lebih spesifik yang masing-masingnya menggambarkan peran- peran yang mungkin dimainkan oleh para Pekerja Sosial, antara lain:

a. Dewan direksi Boards of directors

Merupakan kelompok administratif yang bertanggungjawab untuk menyusun kebijakan dalam mengatur program-program agen. Dewan ini menggaji dan mengawasi pemimpin agen dan menentukan kebijakan yang harus dijalankan oleh agen, dan kebijakan tersebut mempengaruhi secara langsung apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh para praktisi agen dalam menghadapi klien-kliennya. Dewan direksi ini tidak saja orang- 175 orang yang ahli dalam mengelola agen tetapi juga orang-orang yang dipilih berdasarkan kontribusi yang telah diberikan. Karena dewan direksi ini berperan menyediakan hubungan yang kuat dengan komunitasnya dan seringkali menjadi penolong dalam pengumpulan dana, maka anggota dewan direksi ini merupakan aset yang tidak dapat tergantikan bagi agen.

b. Tenaga tugas task forces

Merupakan kelompok yang dibentuk untuk tujuan tertentu dan biasanya tidak terikat lagi dengan agen setelah mereka menyelesaikan tugasnya. Tenaga tugas ini diangkat karena keahlian khusus yang mereka miliki atau karena ketertarikan mereka terhadap topik yang sedang menjadi perhatian. Tenaga tugas ini diharapkan untuk mempelajari ide atau masalah, mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, dan menyiapkan laporan pertanggungjawaban.

c. Komite dan komisi Committees and commissions

Komite merupakan kelompok yang dibentuk oleh dewan direksi suatu agen yang bertugas menyelesaikan tugas atau masalah-masalah spesifik. Anggota komite ini bisa diseleksi atau dipilih tergantung pada jenis komite itu sendiri. Komite biasa bekerja pada area atau bidang yang khusus dan bisa juga berupa panitia kerja standing commitee atau panitia khusus ad hoc committee. Panitia kerja biasanya bekerja secara terus- menerus pada satu bidang tertentu misalnya komite pelaksana, komite keuangan. Atau bisa juga didirikan oleh suatu agen, misalnya komite pembicara speakers committee. 176 Sedangkan panitia khusus, sama halnya dengan tenaga tugas, diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu dan berhenti bekerja setelah menyelasaikan tugasnya. Anggota panitia khusus bisa dipilih karena ketertarikan pada tugas komite atau karena keahlian mereka. Komisi mempunyai kesamaan dengan komite dalam hal tanggungjawabnya terhadap tugas khusus. Suatu komunitas atau negara atau juga kota, biasanya memiliki komisi yang membantu pekerjaan rutin kota dalam tugas-tugas khusus, misalnya komisi perencanaan kota, komisi anti diskriminasi, dan lain sebagainya. Anggota komisi bisa dipilih, tapi biasanya diangkat oleh administrator negara dengan persetujan dewan yang memiliki kewenangan. Misalnya Komisi Akreditasi dari The Council on Social Work Education CWSE diangkat oleh Presiden CWSE setelah melakukan konsultasi dengan dewan direksinya.

d. Badan legislatif

Badan legislatif ini terdiri dari paa representatif yang dipilih, dimana badan ini memunyai tanggung jawab menetapkan hukum dan mencukupi dana untuk program-program berdasarkan hukum yang berlaku. Interaksi para Pekerja Sosial dengan badan ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Pekerja Sosial bisa menjadi anggota yang dari badan legislatif. Pekerja Sosial juga bisa sewaktu-waktu dipanggil utnuk memberikan kesaksiannya sebelum badan legislatif menetapkan hukum yang akan mempengaruhi para klien dari Pekerja Sosial. Misalnya dalam hal pendanaan untuk program Women, Infant, 177 Children WIC, kebijakna keamanan sosial, dan lain sebagainya. Pekerja Sosial kadang membantu para staff dari badan legislatif untuk mengurus penjadwalan, menetapkan lokasi meeting, dan juga memastikan bahwa tugas-tugas yang dijalankan terselenggara dengan baik. Karena badan legislatif ini menetapkan hukum atau kebijakan yang mempengaruhi penyelenggaraan dan pendanaan program-program sosial, maka sangat penting bagi para Pekerja Sosial untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana badan legislatif ini bekerja. Para Pekerja Sosial juga harus bersiap-siap jika diminta memberikan kesaksian atau pendapatnya mengenai program-progaram sosial, dan juga dalam bekerja sama dengan anggota badan legislatif untuk mencapai tujuan-tujuan Pekerjaan Sosial.

e. Pertemuan para staff

Pertemuan para staff ini terdiri dari anggota staff agen yang berkumpul secara periodik untuk mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai. Beberapa agen melaksanakan pertemuan ini dengan hanya terdiri dari beberapa orang supervisor saja. Pertemuan para staff ini bertujuan untuk menjelaskan kebijakan baru, mendiskusikan kebijakan yang akan ditetapkan dan para staff memiliki kesempatan untuk mnegemukakan ide dan pendapatnya, menjaga agar para staff terus mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam agen, atau juga untuk memperkenalkan staff baru. Kadang pertemuan ini memiliki faktor sosial atau emosional dalam rangka membangun kebersamaan antar sesama staff.

f. Tim multidisiplin

178 Biasa disebut dengan istilah “M teams”, terdiri atas beberapa profesionalis dari berbagai disiplin. Mereka sering mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan klien-klien atau pasien-pasien tertentu yang mereka tangani. Dalam lembaga kenegaraan yang menangani pasien dengan keterbelakangan mental yang berat, tim ini bisa terdiri dari Pekerja Sosial, perawat, dokter, psikolog, dan pembantu. Pada program kesehatan rumah sakit, tim multidisiplin ini bisa terdiri dari perawat yang terdaftar, Pekerja Sosial, ahli diet, dan psikolog. Salah satu anggota dari tim tersebut berperan sebagai pemimpin, tapi semua anggota bertanggung jawab terhadap area yang sesuai dengan keahliannya. Tim ini biasanya mengadakan pertemuan dalam jadwal yang teratur.

g. Case conference

Case conferense yang juga disebut dengan staffings, memiliki kesamaan dengan tim multidisiplin. Yang membedakannya adalah, tidak seperti tim multidisiplin, para anggota dari yang membentuk case conference ini tidak bisa dianggap atau menganggap dirinya sebagai bagian dari tim. Berdasarkan dari jenis tipe agen, para anggota yang berpartisipasi dalam case conference atau staffings ini tidak mewaili berbagai disiplin yang berbeda. Kadang kala klien akan ditempatkan oleh departemen Pekerjaan Sosial. Semua anggota bisa memberikan kontribusinya dalam pengambilan keputusan. Contoh, salah satu departemen yang mengurus orang terhukum yang sedang mengalami masa percobaan menempatkan semua kasus atau 179 perkara dan petugas pengawas orang-orang yang sedang dalam masa percobaan membuat rekomendasi untuk penahanan

h. Kelompok aksi sosial

Tujuan dari kelompok aksi sosial adalah untuk mengubah lingkungan fisik atau sosial Toseland Rivas, 1984. Pencapaian tujuan tersebut dapat menguntungkan baik bagi anggota maupun bagi yang bukan anggota dari kelompok aksi sosial tersebut. Salah satu contoh tujuan dari gerakan kelompok ini adalah meningkatkan kesehatan masyarakat, memodifikasi kebijakan atau hukum yang menunjukkan adanya diskriminasi terhadap kelas sosial, dan lain sebagainya. Dalam kelompok ini seorang Pekerja Sosial bisa menjadi anggota maupun menjadi pemimpin dari kelompok tersebut. Peran lainnya yang memungkinkan adalah menyalurkan tenaga kerja untuk kelompok aksi sosial tersebut. Dalam peran ini Pekerja Sosial bisa membantu mempertemukan antara calon tenaga kerja dengan pihak agen, menyediakan nama-nama contact person dari berbagai macam agen atau organisasi yang ada, atau membantu kelompok aksi sosial dalam hal apapun pada saat dibutuhkan. Sangat penting bagi para Pekerja Sosial untuk mempunyai keterampilan dalam membantu kelompok aksi sosial mencapai tujuannya dan memastikan stabilitas yang cukup dari kelompok aksi sosial sampai pada penyelesaian tugas Toseland Rivas, 1984. Contohnya, Pekerja Sosial dapat membantu kelompok aksi sosial untuk bangkit kembali setelah mengalami kegagalan dengan mendukung setiap usaha mereka. Pekerja Sosial dapat menindaklanjuti keputusan yang 180 diambil oleh kelompok aksi sosial agar dapat dipastikan bahwa harapan-harapan kelompok telah memasuki proses pencapaian.

2. Treatment group