78
yang menyangkut pekerjaan lapangan pekerjaan
pendidikan, serta pengalaman-pengalaman
profesional. -
Pekerja Sosial biasanya memberikan bantuan
terhadap pemecahan masalah-masalah keluarga,
dengan kasus yang lebih sedikit, dan bekerja dengan
klien-klien secara lebih intensif
Konselor dalam upaya rehabilitasi : -
Mendapat latihan danatau pendidikan dalam bidang
psikologi pendidikan -
Memiliki keterampilan dalam menggunakan atau melakukan
pengetesan -
Memfokuskan perhatian serta kemampuannya pada individu
- Konselor biasanya melakukan
konsultasi singkat dengan kliennya.
Pekerja Sosial khususnya memberikan bantuan dengan
sentuhan perasaan-perasaan terhadap pemecahan masalah-
masalah pribadi, sosial, dan emosional.
5. Pekerja Sosial – Psikiater
Seorang Pekerja Sosial bukanlah seorang Psikiater tanggung. Peranan-peranan Pekerja Sosial dan Psikiater tentunya berbeda.
Namun, keduanya dapat bekerja sama. Seorang Psikiater dan seorang Pekerja Sosial seringkali harus bersama-sama menjadi anggota suatu
tim profesional, dan keduanya memberikan sumbangan yang berbeda sesuai dengan bidang keahlian masing-masing, sehingga menghasilkan
suatu kegiatan profesional secara terkoordinasi. Noyes dan Kolb mendefinisikan Psikiater sebagai suatu cabang
dari ilmu kedokteran yang berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut keturunan, dinamika-dinamika, manifestasi-manifestasi,
pengobatan terhadap penyakit serta pelaksanaan fungsi-fungsi kepribadian yang tidak diinginkan yang mengganggu kehidupan pribadi
79
individu atau mengganggu hubungannya dengan orang lain atau hubungannya dengan masyarakat” Arthur P. Noyes and Lawrence C.
Kolb, Modern Clinical Psychiatry, 1961, hlm.1 Seorang Psikiater dan Pekerja Sosial mempunyai banyak
persamaan. Keduanya bekerja dengan orang-orang yang mengalami masalah-masalah pribadi dan sosial. Keduanya membantu orang untuk
meningkatkan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain. Keduanya menaruh perhatian kepada kepekaan, dan kemampuan orang
untuk memahami dan mengarahkan perasaan-perasaan dan emosi- emosinya.
Berikut dipaparkan beberapa aspek yang dapat membedakan antara profesi Pekerja Sosial dengan seorang Psikiater:
Tabel 4 Perbedaan antara Profesi Pekerja Sosial dengan Psikiater
Bidang Profesi Aspek Perbedaan
Psikiater Pekerja Sosial
Cara Memandang Permasalahan
Klien Psikiater terutama
berhubungan dengan ke- dalam-an masalah-masalah
pribadi dan sosial Pekerja Sosial terutama
berhubungan dengan ke-luas-an masalah-masalah pribadi dan
sosial
Fokus Penanganan Permasalahan
Psikiater menyelidiki dan menangani motivasi bawah
sadar dan faktor-faktor di dalam pribadi klien, terutama
bekerja guna mengadakan reorganisasi kepribadian
secara individual. Pekerja Sosial mendayagunakan
sumber-sumber lingkungan dan biasanya beroperasi di dalam
atau dengan tingkah laku yang disadari oleh klien
Penggunaan Sumber di Luar
Diri Klien Psikiater berhubungan dengan
pasien-pasien dengan dasar ilmu kedokteran, memberikan
resep dan mengirimkan pasien ke rumah sakit – jika
diperlukan – Pekerja Sosial cenderung untuk
menggunakan keseluruhan sumber-sumber di masyarakat,
kadangkala menggunakan berbagai sumber materiil,
ekonomi, dalam memperbaiki antarhubungan sosial
Cakupan Klien yang Dihadapi
Seorang Psikiater biasanya menghadapi gangguan-
gangguan mental perorangan. Pekerja Sosial lebih sering
bekerja menghadapi lembaga perkawinan atau keluarga
sebagai suatu kesatuan daripada
80
menghadapi orang secara perseorangan.
Fokus Praktik Psikiater menekankan kepada
dinamika-dinamika internal di dalam pribadi orang dari
tingkah laku individu, biasanya berupa gangguan-
gangguan mental Pekerja Sosial terutama
menaruh minat pada kemampuan orang untuk
melaksanakan fungsi sosialnya yang mencakup faktor-faktor
sosial dan lingkungan masyarakat, serta interaksi-
interaksi di antara orang dengan orang-orang lain, dan di antara
orang dengan lingkungannya.
Untuk lebih mudah memahami Pekerjaan Sosial dalam kaitannya dengan bidang-bidang disiplin lain, kiranya perlu selalu
diingat bahwa Pekerjaan Sosial adalah suatu profesi, dan salah satu karakteristik profesi adalah adanya suatu kerangka pengetahuan yang
mendasari praktiknya. Pekerjaan Sosial mengambil berbagai konsep, dalil, hukum, maupun teori dari berbagai disiplin ilmu yang
mempunyai objek penelaahan atas manusia. Dengan dasar-dasar pemahamannya terhadap manusia yang diperolehnya dari berbagai
disiplin ilmu yang lain, serta pertimbangannya terhadap nilai-nilai sosial budaya yang berlaku ditempatnya melaksanakan praktik, dan
pemahamannya terhadap
diri sendiri;
maka Pekerja
Sosial melaksanakan praktik profesionalnya, yang seringkali dilakukan
melalui kerjasama, bahkan tumpang tindih dengan praktik-praktik profesi-profesi lain.
81
KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR
PENGETAHUAN PEKERJAAN SOSIAL
Menurut Johnson Schwartz 19951, dasar pengetahuan knowledge base pengetahuan pekerjaan sosial umumnya terdiri dari:
1. Pengetahuan yang diperoleh dari ilmu alam, sosial, dan
perilaku; 2.
Pengetahuan yang dikembangkan dari para pekerja sosial sendiri berdasarkan pengalaman dalam melakukan dan
membantu orang, dikatakan sebagai “pactice wisdom”; 3.
Pengetahuan yang dikembangkan melalui upaya-upaya penelitian.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut akan tidak ada relevansinya kecuali kalau jika menggabungkannya dalam usaha pertolongan.
Selanjutnya Siporin 1975 menyatakan bahwa dasar pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian komponen praktik, pengetahuan
assessment dan pengetahuan intervensi. Pengetahuan assessment memungkinkan pekerja sosial untuk menilai dan memahami perhatian
urusan, kebutuhan, dan masalah-masalah manusia sesuai dengan situasi yang mereka hadapi. Pengetahuan intervensi adalah
pengetahuan yang digunakan oleh pekerja sosial untuk melakukan proses pemecahan masalah, yaitu membantu perseorangan, kelompok-
kelompok, atau masyarakat agar secara efektif mampu manghaapi permasalahan. Pengetahuan intervensi biasanya spesifik pada
permasalahan klien, seting lembaga, dan bidang praktik khusus. Lebih lanjut Johnson Schwartz menyatakan , seorang pekerja
sosial harus memperluas dasar pengetahuan namun tetap dengan batasan pengetahuan sebagai berikut:
82
1. Pengetahuan mengenai perkembangan dan perilaku manusia,
yang menekankan suatu pandangan holistik manusia dan dengan timbalbalik pengaruh lingkungan, termasuk pengaruh-
pengaruh sosial, psikologis, ekonomik, politik dan budaya. Sumber utama dari bagian dasar pengetahuan ini diperoleh dari
kekuatan dan keluasan pendidikan yang ada. Hal ini termasuk: a.
Pengetahuan yang diperoleh dari ilmu-ilmu sosial dan perilaku: sosiologi, psikologi, antropologi, sejarah, ilmu
politik, dan ekonomi b.
Pengetahuan yang diperoleh dari ilmu alam guna memahami aspek-aspek fisik keberfungsian manusia; dan
c. Pengetahuan yang diperoleh melalui studi dalam
kemanusiaan yang
membantu menjelaskan
kondisi kemanusiaan dengan menjelaskan budaya filofosi, dan cara-
cara berfikir dan berekspresi kondisi manusia. 2.
Pengetahuan mengenai hubungan dan interkasi manusia. Di sisni termasuk pengetahuan komunikasi manusia, pemahaman
orang-per-orang, keluarga, kelompok kecil, dan hubungan dan interaksi kelompok-per-kelompok, sebagaimana juga hubungan
dan interaksi antara individu-individu, kelompok-kelompok, dan organisasi dan kelembagaan masyarakat.
3. Pengetahuan mengenai teori-teori praktik pekerjaan sosial yang
sesuai siap digunakan dalam interaksi, proses pertolongan , serta metode dan strategi intervensi yang tepat untuk berbagai
situasi praktik. 4.
Pengetahuan mengenai kebijakan dan pelayanan sosial, termasuk pengetahuan profesional dan struktur kelembagaan
83
yang menyediakan
pelayanan terhadap
orang yang
membutuhkan pertolongan, dan pengetahuan sejarah pergerakan yang telah mempengaruhi kebijakan, dampak kebijakan sosial
terhadap keberfungsian manusia, dan peran pekerja sosial dalam pengembangan kebijakan sosial.
5. Self-knowledge pengetahuan diri, yang membuat sadar para
pekerja sosial dan melakukan tanggungjawab terhadap emosi, nilai-nilai, sikap-sikap dan tindakan sendiri, ketika mereka
melakukan praktik profesional. 6.
Pengetahuan khusus yang memungkinkan pekerja sosial bekerja dengan kelompok populasi tertentu atau situasi praktik tertentu.
Pengetahuan ini termasuk klien, seting praktik, dan badan pelayanan khusus.
Sedangkan Morales Sheafor 1980 mengidentifikasi terdapat lima jenis pengetahuan yang dibutuhkan oleh pekerja sosial, yaitu dasar
pengetahuan pekerjaan sosial umum, pengetahuan mengenai seting praktik khusus, pengetahuan mengenai badan pelayanan khusus,
pengetahuan mengenai klien khusus, dan pengetahuan mengenai kontak khusus. Sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
84
Luas
P e
n ge
ta h
u a
n D
a sa
r
Mendalam D
a r
i U
m u
m k
e K
h u
su
Gambar: Kebutuhan Pengetahuan Pekerjaan Sosial, Morales Sheafor 1980 Pengetahuan Pekerjaan Sosial Umum
Pengetahuan Mengenai Seting Praktik Khusus Pengetahuan Mengenai Badan
Pelayanan Khusus Pengetahuan mengenai
Klien Khusus
Pengetahuan Ttg. kontak
Khusus
85
Gambar 2. Model Praktik Pekerjaan Sosial Profesional, Siporin 1975
Model praktik pekerjaan sosial profesional yang dikembangkan oleh Max Siporin tidak terlepas dari pengertian pekerjaan sosial sebagai
‘constelltion of value, purpose, sanction, knowledge and methode’. Praktik pekerjaan sosial secara umum mengacu pada pengetahuan-
pengetahuan berikut: 1.
Perkembangan manusia dan karakteristik tingkah laku yang menekankan pada kesatuan individu dan pengaruh timbal balik
Fungsi Kemasyarakatan dan Tugas Sosial
Metode, Proses, Peran pertolongan Keterampilan dan Gaya dalam
Assessment Perencanaan
Intervensi Evaluasi
Etika Basic Teknikal Praktik Model Pertolongan Praktik
Prinsip-Prinsip dan Teori Prinsip-Prinsip Pendekatan
Teori Khusus
Filosofi Ideologi
Pengetahuan Dasar Ilmu Terapan
Teori Praktik
Kegiatan Intervensi
86
dari manusia dan lingkungan totalnya – manusia, sosial, ekonomi dan budaya.
2. Psikologi memberi dan menerima bantuan dari orang lain atau
sumber di luar individu. 3.
Cara-cara dimana orang-orang berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan memberikan tanggapan terhadap perasaan terdalam,
seperti kata-kata, sikap dan kegiatan. 4.
Proses kelompok dan efek dari proses kelompok terhadap individu dan pengaruh timbal balik dari individu terhadap
kelompok. 5.
Arti dan efek terhadap individu, kelompok dan masyarakat dari warisan budaya termasuk agama, nilai spiritual, hukum-hukum
dan institusi sosial lainnya. 6.
Hubungan, yaitu proses interaksional antara individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan
kelompok. 7.
Masyarakat, proses internal, mode perkembangan dan perubahan, pelayanan sosial dan sumber dayanya.
8. Pelayanan sosial, struktur, organisasi dan metode-metodenya.
9. Diri sendiri, yang membuat seorang praktisi secara individual
mampu menyadari dan mengambil tindakan dan bertanggung jawab terhadap emosi dan sikapnya sendiri sebagaimana kedua
hal tersebut mempengaruhi fungsi profesional pekerja sosial.
Tentu saja, kemampuan untuk berubah pada seseorang, tidak termasuk lingkungannya, memerlukan penerapan pengetahuan yang
fleksibel. Karena ilmu pengetahuan mengenai manusia tidak pernah
87
usai atau pasti, pekerja sosial disarankan untuk mempertimbangkan keadaan umum dan untuk menyadari dan bersiap untuk berurusan
dengan tingkah laku manusia yang spontan dan tidak dapat diperkirakan.
KEGIATAN BELAJAR 3 KEBUTUHAN
PENGETAHUAN PEKERJA SOSIAL SAAT INI
Untuk menggambarkan pengetahuan dasar yang seharusnya dimiliki seorang pekerja sosial saat ini, modifikasi rumus konseptual
yang dikembangkan oleh Kadushin cukup membantu. Rumusan ini mengidentifikasi lima tingkat pengetahuan pekerja sosial yang harus
digunakan dalam proses pemberian bantuan. Pengetahuan ini berkisar dari pengetahuan umum digunakan oleh semua profesi hingga
pengetahuan spesifik yang digunakan dalam berhubungan dengan kelayan secara individual.
Dengan menggunakan kerangka dasar konseptual tersebut, memungkinkan para pekerja sosial menguji pengetahuan dasar yang
digunakan oleh seorang praktisi pekerja sosial dalam sebuah setting ‘koreksi’ pada saat ia bekerja dengan kelayan tertentu. Analisis kasus
ini membantu mengidentifikasi pengetahuan dasar umum pekerjaan sosial, pengetahuan mengenai setting praktik yang spesifik koreksi,
pengetahuan mengenai institusi tertentu fasilitas penangkapan tunasusila yang selalu siap, pengetahuan mengenai kelayan tertentu
kejahatan pada anak perempuan, dan pengetahuan mengenai kontak khususspesifik wawancara awal.
88
1 Pengetahuan Umum Pekerjaan Sosial
Para pekerja sosial yang secara profesional dilatih dididik mungkin mendapatkan pengetahuan umum dasar pekerjaan sosial dari
program pendidikan pekerjaan sosial dikhususkan untuk memasuki bidang garapan ‘koreksional’. Mata kuliah kurikulum di sekolah
pekerjaan sosial didapat dari lapangan, sebagaimana pula dengan profesi dan bidang ilmu lainnya, untuk memberi siswa informasi hal-
hal yang membentuk pengetahuan umum pekerjaan sosial. Pengetahuan ini dikategorikan kedalam 3 daerah:
1. Kebijakan dan pelayanan kesejahteraan sosial, termasuk mata
kuliah mengenai masalah sosial; pengembangan program dan institusi untuk mencegah, menangani dan mengawasi masalah;
kekuatan dan pergerakan yang telah mempengaruhi tujuan- tujuan kesejahteraan sosial; akibat dari kebijakan sosial, dan
peranan pekerja sosial dalam menyusun kebijakan. 2.
Tingkah laku manusia dan lingkungan sosial, termasuk mata kuliah mengenai pertumbuhan manusia dan pengembangan
kepribadian baik normal maupun abnormal; penyakit dan kecacatan; norma dan nilai budaya, proses masyarakat dan
aspek-aspek lain dari fungsi sosial individu dan kelompok. 3.
Metode-metode praktik pekerjaan sosial, termasuk metode pelayanan langsung – bimbingan sosial perseorangan,
bimbingann sosial kelompok dan pengorganisasian masyarakat – dan metode-metode penelitian dan administrasi.
89
2 Pengetahuan Mengenai Bidang Praktik Spesifik
Pekerja sosial dipekerjakan di bidang ‘koreksional’ – probasi, penjara atau parole pengawas – harus disatukan dengan tujuan-tujuan,
filosofi dan fungsi dari bidang tersebut dalam kehidupan masyarakat. Seseorang perlu mengetahui bahwa fungsi ‘koreksi’ adalah hukuman
pelaku kejahatan. Tipe hukuman mungkin hanya yang telah diatur oleh hukum; penjara pengurangan hak kebebasan, denda pengurangan
kekayaan dan kematian dan hukuman tertentu lainnya yang ada dan diterima oleh masyarakat. Seseorang juga harus mengetahui keyakinan
umum dalam filosofi ‘koreksional’, hingga hukum yang tegas dan penanganan ‘koreksional’ memiliki dua tujuan: penanganan terhadap
pelaku kejahatan dan perlindungan masyarakat. Kepercayaan umum lainnya adalah bahwa penanganan pelaku kejahatan seharusnya di
individualisasikan, yaitu yang sesuai dengan pelaku kejahatan tertentu saja.
Pekerja sosial juga seharusnya cukup mengenal teori-teori krimonologi, yang mungkin dapat disatukan ke dalam 3 kategori: 1.
Teori biologikal dan konstitusional, seringkali disebut sekolah kejahatan biologi, yang mencari alasan utama kejahatan dalam warisan
fisik dan mental manusia; 2 teori psikogenik, yang mencari karakter antisosial sampai hubungan yang salah dalam keluarga dalam tahun-
tahun pertama kehidupan; dan 3 teori sosiologikal, yang berargumen bahwa tekanan dan tarikan dari lingkungan sosial menghasilkan
kejahatan dan tingkah laku kejahatan. Teori-teori tersebut merupakan teori yang dihasilkan pada awal abad 19, sementara, Cloward dan Ohlin
menyatakan bahwa anak laki-laki dari daerah kumuh kita tertarik kepada budaya kejahatan pada saat mereka menyadari bahwa mereka
90
tidak memiliki akses untuk berhasil secara sah. Karena pekerja sosial ditempatkan di bidang praktik tertentu – probasi – ia sudah seharusnya
memiliki pengetahuan lebih mengenai bidang tersebut daripada bidang lainnya seperti sistem parole atau penjara.
3 Pengetahuan Mengenai Institusi Tertentu
Bagian probasi bertanggung jawab untuk pelayanan probasi bagi orang dewasa dan anak-anak seperti yang diminta oleh pengadilan
atau pihak berwenang di suatu tempat. Institusi ini terhubung dengan pengadilan tapi bukan merupakan cabang dari pemerintah;
pelayanannya termasuk mempelajari, menangani dan mengawasi para tahanan yang mendapat probasi. Melalui institusi ini, masyarakat
mencoba memberikan bantuan ‘koreksi’ kepada para ‘tahanan’dan melindungi masyarakat pada saat
yang bersamaan. Karena memenjarakan semua pelaku kriminal dipandang tidak ekonomis, tidak
sosial, probasi berperan untuk merehabilitasi orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan dengan mengembalikan mereka kepada
lingkungan masyarakat untuk beberapa waktu dengan mendapatkan pengawasan.
Kebanyakan pelaku tindak kejahatan dapat dibimbing ke arah kehidupan yang lebih berguna tanpa harus dikeluarkan dari keluarga,
pekerjaan atau masyarakat. Pekerja sosial seharusnya mengetahui dan memahami undang-undang yang mengatur probasi dan pelayanan-
pelayanan yang diberikan oleh bidang probasi. Fungsi pelayanan di lapangan termasuk juga investigasi untuk membantu pengadilan
memutuskan hukuman yang sesuai pada tertuduh dan pengawasan
91
anak-anak dan orang dewasa yang ditempatkan di probasi oleh pengadilan. Sebagai tambahannya, pekerja sosial harus memahami
fungsi pelayanan lain dari bidang probasi, seperti: 1 membantu para anak-anak terlantar yang tidak dapat tinggal di rumah mereka masing-
masing; 2 mengatur kelengkapan penahanan sementara; 3 menyediakan fasilitas penanganan rehabilitasi institusional bagi remaja
nakal yang memerlukan penanganan di luar rumah. Seperti dapat dilihat, ada sub unit khusus di bidang probasi yang
memerlukan pengetahuan khusus tambahan dari pekerja sosial. Pekerja sosial pada contoh kasus berikut ini adalah dipekerjakan di pusat
pelayanan penempatan anak perempuan usia 13-17 tahun. Para anak perempuan ini telah dituduh bersalah dan telah diperintahkan untuk
ditempatkan di ‘institusi’. Pekerja sosial mengetahui bahwa psikotis, penggunaan obat terlarang dan perempuan lesbi tidak diakui di institusi
tersebut dan banyak anak perempuan yang ditempatkan di institusi tersebut memiliki karakter dan tingkah laku menyimpang.
Karakter menyimpang dapat bervariasi mulai dari yang neurotic hingga pembatasan tingkah laku karena sosiopatis. Dengan berbagai
tingkah laku tersebut, pekerja sosial harus memiliki pengetahuan mengenai masalah tingkah laku gejala yang ditampilkan oleh para
anak perempuan
tersebut, seperti
kabur, kenakalan
seks, ketidakbiasaan, pengutil, pencuri mobil, dan penyerangan.
Pekerja sosial juga harus memahami fasilitas fisik, kebijakan- kebijakan, prosedur-prosedur program. Semua yang terlibat dalam
program ini mengadakan pertemuan rutin untuk membahas: 1.
Jenis tingkah laku yang diharapkan dari tiap anak perempuan dan cara mengatasinya
92
2. Setting tujuan prestasi selama tiap anak perempuan tersebut
mengikuti program 3.
Pemilihan rencana penanganan untuk tiap anak perempuan 4.
Cara terbaik bekerja dengan keluarga tiap anak perempuan tersebut
5. Program sekolah yang diikuti, apakah akademis, pengulangan
atau kegiatan Pekerja sosial harus tahu tentang rencana penanganan dan
sumber-sumber yang ditawarkan oleh institusi tersebut. Dalam contoh kasus yang disebutkan, rencanan penanganan oleh institusi dibagi
kedalam 3 kategori luas, yaitu individu, kelompok dan terapi keluarga. Mode-mode penanganan sering dikenal sebagai praktik pekerjaan sosial
langsung, yaitu pekerja sosial bekerja langsung pada perseorangan, keluarga atau kelompok. Praktik pekerjaan sosial tidak langsung, yaitu
pekerja sosial bekerja secara tidak langsung membantu orang, misalnya, dengan menyediakan konsultasi bagi orang-orang yang
terlibat secara langsung dalam membantu kelayan, dengan mengatur institusi sosial, atau dengan membantu masyarakat mengembangkan
pelayanan sosial yang dibutuhkan. Rencana penanganan alternatif yang ada dalam contoh kasus bisa jadi
individual, yaitu: 1.
Bimbingan Sosial Perseorangan Intensif – berbagai pendekatan penanganan diadopsi oleh pekerja sosial, dengan perubahan
pada intensitas dan frekuensi pertemuan.
93
2. Bimbingan Sosial Perseorangan dengan konsultasi pada
psikiatri – dalam beberapa kasus, pekerja sosial berkonsultasi kepada seorang psikiatri jika ada kasus yang sulit.
3. Penanganan individual oleh seorang dokter – pada beberapa
contoh, banyak anak perempuan yang ditemui oleh seorang psikiatri atau psikolog klinis, dengan peran pekerja sosial dalam
‘secondary setting’. Tiga tipe penanganan kelompok yang juga ada dalam institusi tersebut
adalah: 1.
Bimbingan Sosial Kelompok – sebuah kelompok yang terdiri dari 8 hingga 10 anak perempuan yang fokus utamanya adalah
pada kegiatan yang membangun tanggung jawab dan hubungan yang lebih baik diantara mereka dengan orang dewasa.
2. Penanganan kelompok – sebuah kelompok yang terdiri dari 6
hingga 8 anak perempuan, dibimbing oleh seorang konselor dan pekerja sosial, yang mana tujuan utamanya adalah untuk
membantu para anak perempuan tersebut meraih kesadaran diri yang lebih besar dan sebuah pemahaman mengenai tingkah laku
menyimpang mereka. 3.
Terapi kelompok – kelompok terdiri dari 6 hingga 8 anak perempuan, dibimbing oleh seorang psikiatri, psikolog klinis
atau seorang pekerja sosial, yang penekanan utamanya adalah psikoterapi.
Sehubungan dengan terapi keluarga, seorang pekerja sosial harus tahu bahwa keluarga adalah faktor kunci dalam proses penanganan masalah
dan setiap usaha seharusnya dibuat untuk melibatkan keluarga secara aktif
dalam program
penanganan masalah.
Keluarga dapat
94
berpartisipasi seminggu atau dua minggu sekali. Sehingga untuk mendapatkan pengetahuan mengenai keaktifan keluarga, struktur
keluarga dan jika kelayan berasal dari kelompok minoritas atau kelompok etnis tertentu, merupakan suatu keharusan dan penting
diketahui oleh setiap pekerja sosial.
4 Pengetahuan Mengenai Kelayan Tertentu
Disaat segala hal yang berhubungan dengan praktik pekerjaan sosial menjadi lebih spesifik, pekerja sosial sekarang perlu untuk
mengetahui lebih dekat kelayan yang diberikan kepadanya. Laporan berikut ini yang digunakan sebagai contoh nama, tanggal dan tempat
disamarkan merupakan sebuah pengakuan yang cukup umum dan laporan evaluasi intake ditulis oleh intake probation officer. Pekerja
sosial memerlukan laporan ini terutama pada saat kontak pertama kali dengan kelayannya agar cukup siap dan mengetahui pelayanan apa
yang sesuai dengan kasusnya. Kontak pertama dengan pekerja sosial tidak selamanya berarti merupakan permulaan penanganan masalah.
Sebenarnya, penanganan masalah dapat dimulai pada saat intake, ketika institusi melalui pekerja intake nya, mencoba untuk membangun
sebuah hubungan kerja yang kooperatif dan positif dengan kelayan, untuk memperkenalkan kelayan dengan peran ‘kelayan’ dan untuk
memberika intervensi bantuan yang sesuai dengan situasi intake.
5 Keterampilan-Keterampilan Pekerjaan Sosial
Harriet M. Barlett menunjukkan bahwa komponen skills sebagai “alat intervensi” – “sebuah tas besar untuk bepergian”, untuk mampu
berbicara, yang memberi cara-cara pekerja sosial melakukan fasilitasi
95
perubahan. Keterampilan-keterampilan yang digunakan oleh pekerja sosial dalam dikelompokkan menjadi tiga ketarmpilan umum, yaitu:
1. Keterampilan-keterampilan pertolongan interpersonal;
2. Keterampilan-keterampilan proses pekerjaan sosial; dan
3. Keterampilan evaluasi dan akuntabilitas
Diantara berbagai
keterampilan tersebut
keterampilan- keterampilan pertolongan interpersonal merupakan salah satu dasar
keterampilan penting dari semua upaya pertolongan profesional. Keterampilan pertolongan interpersonal tersebut antara lain:
1. Keterampilan komunikasi dan mendengarkan; didalmnya
termasuk kemampuan pekerja sosial untuk berkomunikasi secara jelas kepada klien, memahami dan mengiterpretasikan
komunikasi verbal dan nonverbal klien; membantu klien menjadi menyadari sadar dalam berkomunikasi; mampu
mendengarkan secara aktif terhadap kebutuhan, persoalan dan masalah-masalah yang diungkapkan oleh klien dan memahami
realitas dalam situasinya, dan mampu mentransformasikan pemahaman tersebut kedalam kegiatan bersama klien, serta
membantunya meningkatan
memperbaiki keberfungsian
sosialnya. 2.
Keterampilan-keterampilan hubungan pertolongan; diantaranya termasuk kemampuan membangun hubungan kerja dengan
klien. Kesadaran diri pekerja sosial, sikap-sikap dan nilai-nilai, kejujuran, keterbukaan, harga diri, dan sikap-sikap lainnya yang
mendukung terbangunnya hubungan pertolongan yang baik.
96
DAFTAR PUSTAKA
La Piere, Richard T. and Paul R. Fransworth. 1964. Social Psychology. dalam Skidmore and Thackeray. Introduction to Social Work.
Lawang, R.M.Z, 2005, Kapital Sosial: dalam Perspektif Sosiologi Suatu Pengantar
. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Noyes, Arthur P. and Lawrence C. Kolb. 1961. Modern Clinical
Psychiatry .
Skidmore and Theckeray. 1964. Introduction to Social Work. New Jersey: Simon Scuster Englewood Cliffs
Soerjono Soekanto. 1981. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: UI- Press.
Tangdilingtin, Paulus, 1998, “Kesejahteraan Sosial: Ilmu yang Terdistorsi”, Makalah disampaikan pada Kuliah Perdana
Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial di Universitas Indonesia, Depok.
97
TOPIK 4
FOKUS PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL
KEGIATAN BELAJAR: Keberfungsian Sosial
98
KEGIATAN BELAJAR KEBERFUNGSIAN SOSIAL
Terdapat banyak profesi pemberian bantuan kepada manusia yang masing-masing menggarap satu aspek khusus dari manusia itu
sendiri. Aspek kehidupan manusia yang menjadi bidang garapan pekerjaan sosial adalah aspek kehidupan sosialnya. Manusia secara
kodratiah merupakan makhluk sosial, sehingga Aristoteles menyatakan, bahwa: ”Tidak ada manusia normal yang hidup sendiri... Manusia
adalah suatu hewan sosial Zoon Politicon” dalam Bierstedt, 1970:272.
Dengan sifat dasarnya tersebut, maka manusia tidak dapat bertahan sendiri, seperti dikemukakan oleh Bertrand 1975:1, bahwa:
”...manusia harus mengorganisasikan dirinya, yaitu belajar untuk berperilaku dalam antarhubungan dengan manusia lain, agar ia dapat
bertahan hidup”. Manusia membentuk unit-unit sosial dalam berbagai tingkatannya, dan setiap anggotanya kemudian menempati posisi sosial
di dalamnya yang disertai dengan peranan sosial yang disandangnya sebagai konsekuensi posisinya tersebut; demikianlah terbentuk sistem
sosial yang disebut keluarga, kelompok, golongan, dan masyarakat itu sendiri. Pekerjaan sosial akan selalu menemukan perannya selama di
dunia ini ada dua atau lebih manusia yang karenanya terjadi interaksi sosial dalam berbagai bentuknya, mulai dari harmonis sampai konflik.
Ketika terdapat interaksi sosial, akan muncul pula posisi dan peran sosial.
Sudah bertahun-tahun Indonesia dilanda bencana, mulai dari tsunami di Aceh, kenaikan harga BBM yang dalam waktu singkat
99
memaksa banyak warganya untuk menjadi miskin, kecelakaan angkutan darat, laut, udara, plus rangkaian ’kecelakaan’ tembakan di
kepolisian, kekerasan di dalam kampus yang membawa kematian puluhan mahasiswa. Jika hanya terjadi satu atau dua kali dalam kurun
waktu yang panjang, maka sebuah peristiwa seperti itu adalah ’kecelakaan’, tetapi jika terjadi berulangkali dalam kurun waktu dekat,
berarti ada faktor lain selain kecelakaan. Berhamburanlah komentar, analisis, mulai dari teknis sampai agamis, yang lebih banyak tidak ada
kesimpulan, bahkan lebih sedikit lagi tidak ada penanganan. Bencana terbesar yang melanda masyarakat ini sesungguhnya adalah bencana
perilaku yang tentu saja mencerminkan kualitas pikir dan sikap. Ada yang salah dengan masyarakat ini, mulai dari moral sampai manajemen
dalam berbagai level dan aspek kehidupannya. Masyarakat ini tidak dapat melaksanakan peran sosialnya untuk mensejahterakan warganya;
masyarakat ini mengalami masalah disfungsi sosial. Demikian masyarakatnya, demikian pula kelompok-kelompok,
golongan-golongan, keluarga-keluarga, dan individu-individu sebagai bagian-bagian dari sistem masyarakat itu sendiri. Sudahkah masyarakat
mengadakan sistem pelayanan sosial yang dibutuhkan oleh warga? Sudahkah para pemimpin melaksanakan peran sebagai pengayom dan
pelayan warganya? Sudahkah para warga biasa melaksanakan peran sebagai
pengabdi masyarakat?
Sudahkah para
mahasiswa melaksanakan peran sebagai calon-calon perintis, pelopor pembaharuan
ide-ide untuk kesejahteraan masyarakat? Sudahkah para dosen melaksanakan peran sebagai fasilitator ilmu dan teknologi yang
mendorong para mahasiswanya untuk mandiri dan kreatif? Sudahkah para mahasiswa melaksanakan aktivitas belajar mandiri? Sudahkah
100
para ayah dan para suami melaksanakan perannya sebagai pemimpin dan pendidik anggota keluarganya? Sudahkah para istri melaksanakan
perannya sebagai kepala rumah tangga keluarganya, pendidik bagi anak-anaknya?; WOW sejuta satu sudahkah, yang jawabannya rasanya
semakin sayup, beluuum.... Jika
jawabannya demikian,
maka masyarakat,
golongankelompok di dalam masyarakat, dan individu-individu warganya belum berfungsi sosial.
Secara sederhana,
ketidakberfungsian sosial
berarti ketidakmampuan melaksanakan peran sosial seperti diamanahkan oleh
nilai-nilai masyarakat. Peranan merupakan seperangkat harapan tentang tindakan yang seharusnya dilakukan seseorang, kelompok, atau
masyarakat pada
posisi status
tertentu. Veeger
1992:60 mengemukakan :”Sering orang mempunyai pelbagai status sekaligus
dan akibatnya pelbagai peranan. ... Masing-masing status menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sendiri. Hak-hak dan kewajiban-
kewajiban tanggung jawab itu disebut peranan role dan menyangkut perilaku orang ...”.
Dengan demikian, keberfungsian sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam melaksanakan
fungsi sosialnya atau kapasitas seseorang dalam menjalankan tugas- tugas kehidupannya sesuai dengan status sosialnya. Seorang ayah
misalnya, dikatakan dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik, jika ia mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mampu
menjadi pendidik, pelindung, dan pembimbing segenap anggota keluarganya. Sebaliknya, jika seorang ayah yang karena suatu sebab
tidak mampu menjalankan peranannya, ia dikatakan tidak berfungsi
101
sosial atau mengalami disfungsi sosial. Abu Huraerah, Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan, Pikiran Rakyat, 2005.
Empat masalah dalam bidang kehidupan yang terkait erat dan langsung
sebagai penyebab
maupun sebagai
akibat social
disfunctioning , yaitu: kemiskinan, rendahnya pendidikan kebodohan
dalam artinya yang luas, rendahnya taraf kesehatan, dan buruknya pemeliharaan lingkungan. Skidmore and Thackeray 1988:36: ”In
general, problems can be classified as personal, family, or community. Social work has the challenge to understand these problems and too
help to prevent and reduce them ”.
Dalam konteks praktik Pekerjaan Sosial, persoalannya bukan masalah sosialnya itu sendiri, melainkan masalah keberfungsian
sosialnya. Skidmore and Thackeray 1988:20-21, mengemukakan: ...that social work is concerned with the interaction between people and
their environment with the consequences that 1 affect the ability of people to cope with life’s problems and tasks, 2 eliminate or lessen
the negative consequences of stress, 3 contribute to achievement of personal aspiration and goals, 4 embrace those values that promote
the general welfare and social justice. Pekerjaan
Sosial adalah
profesi pemberian
bantuan kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat agar mampu menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan peranannya. Dengan kata lain, nilai, pengetahuan dan
keterampilan profesional yang digunakan Pekerjaan Sosial pada dasarnya adalah untuk meningkatkan keberfungsian sosial social
functioning klien yang dibantunya Siporin, 1975; Zastrow, 1982;
1985; Morales dan Sheafor 1989; Skidmore, Thackeray dan Farley,
102
1991. Sebagaimana dinyatakan Skidmore, Thackeray dan Farley 1991:19: ‘Social functioning to be a central purpose of social work
and intervention was seen as the enhancement of social functioning.’ Keberfungsian sosial merupakan konsepsi yang penting bagi Pekerjaan
Sosial. Ia merupakan pembeda antara profesi Pekerjaan Sosial dengan profesi lainnya
Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan
dan memenuhi kebutuhannya Siporin, 1975:17. Pendapat ini sejalan dengan Baker, Dubois, dan Miley 1992:14 yang juga menyatakan
bahwa keberfungsian
sosial berkaitan
dengan pemenuhan
tanggungjawab seseorang terhadap masyarakat secara umum, terhadap lingkungan terdekat dan terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab
tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan dasar dirinya, pemenuhan kebutuhan dasar anggota keluarga yang menjadi tanggungannya, dan
pemberian kontribusi positif terhadap masyarakat. Konsep keberfungsian sosial pada intinya menunjuk pada
“kapabilitas” capabilities individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya. Konsepsi ini
mengedepankan nilai bahwa klien adalah subyek dari segenap proses dan aktivitas kehidupannya; bahwa klien memiliki kemampuan dan
potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan; bahwa klien memiliki danatau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan
memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya. Mengenai fokus praktik profesi Pekerjaan Sosial, Harriet
Bartlett mengemukakan bahwa fokus Pekerja Sosial adalah pada fungsionalitas sosial. Bartlett menyatakan bahwa fokus profesi
103
Pekerjaan Sosial adalah hubungan di antara aktivitas orang untuk menghadapi tuntutan-tuntutan dari lingkungan; dengan tuntutan-
tuntutan dari lingkungan itu sendiri Bartlett, Harriet M., The Common Base of Social Work Practice, Social Work, April.
Bagi Bartlett, konsep fungsionalitas sosial tidak diartikan sebagai fungsionalitas individu-individu ataupun kelompok-kelompok,
namun perhatian ditujukan terutama terhadap apa yang terjadi di antara orang dengan lingkungan, melalui hubungan saling mempengaruhi di
antara keduanya. Fokus ganda ini mengikat keduanya menjadi satu. Dengan demikian, orang dengan situasi, orang dengan lingkungan;
dicakup dalam suatu konsep tunggal, yang berarti bahwa keduanya harus selalu dipandang secara bersamaan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morales dan Sheafor, yang menyatakan bahwa; “Penelaahan tentang
Pekerjaan Sosial adalah suatu penelaahan tentang orang-orang yang dipersiapkan untuk membantu orang-orang lain dalam upaya untuk
mencegah timbulnya atau untuk memecahkan masalah-masalah dalam fungsionalitas sosial” Armando Morales, Bradford W. Sheafor, Social
Work: A Profession of Many Faces , 1977.
Ide dasar dari uraian tentang fungsionalitas sosial ini adalah bahwa dalam konteks perubahan masyarakat yang semakin lama
semakin cepat, terjadi pergeseran norma-norma sosial di dalam masyarakat karena proses interaksi dengan masyarakat-masyarakat lain;
sementara di sisi lain masyarakat tersebut memegang nilai-nilai sosio- budayanya sendiri yang memang seharusnya dipertahankannya sebagai
fondasi kehidupan bermasyarakat itu sendiri. Dalam dinamika sosial tersebut, banyak terjadi kesulitan penyesuaian diri pada warga
104
masyarakat yang mengakibatkan masalah bagi mereka untuk dapat melaksanakan peran perilaku yang seharusnya sesuai dengan status
sosial yang disandangnya. Terjadilah kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan seseorang atau sebuah institusi dengan apa yang
dilakukannya. Inilah inti pengertian ketidakberfungsian sosial. Pekerjaan sosial merupakan sebuah bidang keahlian yang didisain
untuk membantu warga masyarakat meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan peran sosialnya, artinya menghilangkan kesenjangan
antara peran dengan perilaku sosial warga masyarakat tersebut. Dalam setiap sistuasi pertolongan, pekerja sosial concern
dengan berbagai atau masalah potensial dalam social functioning keberfungsian sosial. Setiap pekerja sosial membantu fungsi orang,
kelompok, keluarga dan masyarakat lebih efektif melalui interaksinya dengan sejumlah bagian lingkungan. Secara lebih jelas lagi William
Gordon menggambarkan fokus praktiknya sebagai berikut: The central social work focus is placed at interface between or
the meeting place of person and environment—at the point where there is or is not matching with all its good and bad
consequences for the person and environment. The phenomenon of concern at this interface is the “transaction” between person
and environment. Transaction is “exchange in the context of action or activity”. The action or activity is a blend of person-
activity and impinging environment-activity.
Sentral fokus pekerjaan sosial ditempatkan diantara batasan atau pertemuan antara orang dan lingkungan – yaitu pada titik
dimana ada atau tidaknya kesesuaian dengan semua akibat baik dan buruk dari fokus tersebut bagi orang dan lingkungan.
Fenomena perhatian pada batasan ini adalah ‘transaksi’ diantara orang dan lingkungan. Transaksi adalah ‘pertukaran di dalam
konteks kegiatan atau aktifitas’. Kegiatan atau aktifitas ini
105
merupakan paduan antara aktifitas-orang dan kemunculan aktifitas–lingkungan.
Dalam bentuk
yang sedikit
berbeda, Herbert
Bisno menggambarkan fokus pekerjaan sosial ketika dia mengidentifikasikan
pekerja sosial sebagai seseorang yang menghadapi “permasalahan dalam keberfungsian sosial, aktual atau potensial, dengan tujuan
memantapkan atau meningkatkan keberfungsian seseorang, secara perorangan atau unit kolektif”. Keberfungsian sosial merupakan
konsep yang berguna karena melingkupi dampak-dampak baik karakteristik perkembangan orang dan kekuatan yang berasal dari
lingkungan sosial. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan seperangkat perilaku, kebutuhan, dan keyakinannya merupakan hasil dari
pengalaman individu yang unik yang berkembang dari sejak lahir hingga kini. Juga mengakui bahwa apapun yang melekat pada situasi
yang harus berkaitan dengan dunia yang mesti dihadapi seseorang. Tidak tepat bagi pekerja sosial yang hanya membatasi
praktiknya terhadap individu sementara sumber permasalahan diketahui ada di dalam masyarakat. Keterampilan pekerja sosial harus
dipersiapkan untuk dapat bekerja baik dengan orang maupun lingkungan. Inilah yang merefleksikan keunikan fokus pekerjaan sosial.
Sebaliknya, dokter dipersiapkan untuk membantu individu, dan pengacara secara lebih leluasa bergerak pada sistem hukum, yang
merupakan satu aspek lingkungan meskipun demikian baik dokter dan pengacara juga perlu memberikan perhatian sekunder kepada sistem
lainnya. Pekerja sosial, yang tidak ahli dalam kedua bidang tersebut, adalah ahli dalam membantu manusia yang mengalami permasalahan
106
diantara kedua bidang tersebut. Dengan kata lain, pakerja sosial bergerak dalam memfasilitasi transaksi diantara orang dan lingkungan.
Jadi tugas utama bagi pekerja sosial adalah membantu orang mengatasi masalah yang ada atau potensial dalam keberfungsian sosial,
dengan melakukan perubahan baik individu ataupun lingkungan. Dalam gambar berikut diperlihatkan contoh pekerja sosial
dalam kegiatan, person mungkin seorang individu, atau orang-orang dalam konteks keluarga, kelompok kecil, organisasi, masyarakat, atau
lebih besar lagi, yaitu suatu struktur masyarakat. dalam setiap kasusnya, ‘person’ terlibat dalam upaya mengatasi atau mencegah
timbulnya permasalahan dalam keberfungsian sosial atau menciptakan kondisi kemasyarakatan yang ‘terbaik’ untuk mencapai interaksi yang
memuaskan anatar person dan lingkungan. Dalam gambar berikut akan terlihat keunikan intervensi pekerjaan sosial pada sasaran praktiknya.
Environment Problem
Social worker
social work Intervention
Gambar: Fokal Poin Intervensi Pekerjaan Sosial
107
Dalam upaya membantu orang meraih tujuan peningkatan keberfungsian sosial, pekerja sosial perlu mempersiapkan adanya
jaminan sumber-sumber yang diperlukan dalam rangka memenuhi tujuan klien tersebut. Jika sumber-sumber tersebut tidak tepat atau tidak
tersedia, pekerja sosial perlu mempersiapkan upaya-upaya peningkatan keberfungsian sosial atau berupaya menciptakannya. Minahan dan
Pincuss memberikan gambaran sumber sebgai berikut. Suatu sumber adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
memenuhi tujuan, pemecahan masalah, mengurangi tekanan, memenuhi tugas kehidupan, atau merealisasikan aspirasi dan
nilai-nilai. Sumber-sumber tersebut mungkin tangible, seperti halnya uang, makanan, rumah, perawatan; atau intangible,
sepertihalnya pengetahuan, semangat, harapan, cinta, status.
Dalam konsepsi pekerjaan sosial sebagai suatu profesi yang membantu orang memenuhi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial, dimungkinkan untuk melihat secar lebih jelas apa yang pekerja sosial lakukan. Satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk menguji aktifitas yang dilakukan oleh pekerja sosial, yaitu:
1. Membantu mengembangkan sistem sumber baru;
2. Memantapkan hubungan yang telah terjalin antara orang dan
sistem sumber dan diantara berbagai sistem sumber; 3.
Menfasilitasi interaksi diantara individu dalam sistem sumber; 4.
Memfasilitasi berjalannya interaksi diantara sistem sumber; dan 5.
Membantu orang mengembangkan dan mengatasi pemecahan- masalah dan menghadapi sumber internalnya sendiri
108
DAFTAR PUSTAKA
Abu Huraerah, Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan, Pikiran Rakyat, 2005
Armando Morales, Bradford W. Sheafor, Social Work: A Profession of Many Faces
, 1977 Dobuis Miley, 1992. Social Work, An Empowering Profession. Allyn
and Bacon, Massachusetts. Siporin, Max. 1975. Introduction to Social Work Practice. Prentice
Hall International Ed., Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. Skidmore, Rex A., Milton Thackeray, dan O William Farley. 1988.
Introduction to Social Work. New Jersey: Simon Scuster
Englewood Cliffs
109
TOPIK 5
PROSES PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL
KEGIATAN BELAJAR 1: Pergeseran klien bagi Pekerja Sosial KEGIATAN BELAJAR 2: Peranan Pekerja Sosial dalam
Menangani Masalah KEGIATAN BELAJAR 3: Proses Praktik Pekerjaan Sosial,
Kerangka Model Analisis dan Pemecahan Masalah Sosial
110
KEGIATAN BELAJAR 1 PERGESERAN KLIEN BAGI PEKERJA SOSIAL
Tahun 1912 orang-orang yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian kepada budaya baru atau hidup dalam kemiskinan:
mengkaji situasinya, menentukan penyebab masalah dan menyediakan sumber-sumber yang akan membudayakan klien kepada norma-norma
kelas menengah. Tahun 1927 orang-orang yang penyesuaiannya kepada masyarakat tidak normal: mengkaji klien dari perspektif psikoanalisis,
mengembangkan hubungan baik dalam menolong klien dan mendapat pemahaman yang baik tentang dirinya.
Tahun 1933 orang-orang yang menghadapi kemiskinan: memberikan bantuan sumber-sumber ekonomi dan bila ada waktu juga
memberikan pemikiran tentang bagaimana inefisiensi ekonomi memenganuhi kehidupan seseorang. Tahun 1943, orang-orang dari
kelas menengah yang mengalami ketidaknyamanan psikologis: karena hidup dalam keluarga normal merupakan impian, maka penanganannya
adalah menciptakan hubungan yang memungkinkan penjelajahan siapa orang yang berfungsi dalam situasi.
Tahun 1963 orang yang mengalami multi problem hidup dalam kemiskinan: bagaimana menangani orang yang tidak bersemangat,
korban lingkungan buruk, dan budaya kelompok minoritas. Tahun 1990 seseorang, keluarga, atau komunitas yang memerlukan salah satu aspek
keberfungsian sosial: pendekatan generalis, mengadakan assessment tentang the person in the situation. Tahun 2000an seseorang, keluarga,
atau komunitas yang memerlukan salah satu aspek keberfungsian
111
sosial, organisasi, kelembagaan, struktur sosial dan kebijakan sosial yang mengancam atau mengganggu keberfungsian sosial orang-orang:
membela dan memberdayakan mereka.
Selectivity Vs Eclecticism
Ada beberapa teori praktik yang ditulis dan dikembangkan secara begitu melebar dan dengan demikian akan mampu mencukupi
dirinya sendiri Self Sufficient, dan bersifat komprehensif. Akan tetapi, pemilihan satu pendekatan teoritik saja akan mengakibatkan
penyederhanaan yang berlebihan over simplifies terhadap penerapan teori tersebut dalam praktik pertolongan.
Semenjak permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia berasal dan berada pada pengalaman manusia serta situasi yang sangat
beragam, maka variasi praktik pekerjaan sosial yang dibutuhkan juga menjadi sangat beragam. Berbagai kemungkinan maupun model
intervensi pekerjaan sosial, dengan demikian, harus dikembangkan secara lebih luas. Hal inilah yang mendorong pekerjaan sosial untuk
mengembangkan eclecticism, yaitu memanfaatkan berbagai aspek dari teori yang berbeda secara bersamaan.
BEBERAPA KOMPONEN TINDAKAN PROFESIONAL GUIDELINES BAGI PEKERJA SOSIAL
Tindakan Pekerjaan Sosial Profesional
Tindakan Nonprofesional
Memandang pekerjaan sosial sebagai suatu komitmen kuat
terhadap suatu tindakan dan nilai- nilai pengembangan masyarakat.
Memandang pekerjaan sosial semata-mata sebagai suatu
pekerjaan yang dapat dengan mudah kita tinggalkan jika ada tawaran
kerja lain yang lebih baik.
112
Tindakan Pekerjaan Sosial Profesional
Tindakan Nonprofesional
Melandasi praktik yang dilakukannya dengan kerangka
pengetahuan yang dipelajari melalui proses pendidikan dan
pelatihan secara formal. Melandasi praktik yang
dilakukannya dengan pandangan pribadi serta aturan-aturan lembaga
secara sempit.
Melandasi keputusan-keputusan yang diambilnya dengan fakta,
analisis mendalam, serta pemikiranpemikiran kritis.
Melandasi keputusan-keputusan yang diambilnya dengan perasaan
serta kebiasaan.
Mengikuti prinsip-prinsip dalam praktik yang baik, walaupun
mendapat tekanan dari luar. Didikte oleh tekanan-tekanan politik
sempit serta tekanan-tekanan fiskal anggaran
Menggunakan prinsip, nilai, serta etik profesi dalam mengenali
serta memahami persoalan- persoalan etik.
Mengabaikan persoalan etik tanpa pertimbangan matang, hanya
menggunakan pertimbangan moral pribadi maupun pilihan-pilihan
personal secara sempit.
Secara terus menerus meningkatkan pengetahuan serta
ketrampilan yang dimiliki sehingga pelayanan juga selalu
meningkat. Mempelajari hanya yang penting
untuk melaksanakan pekerjaan.
Secara terns menerus berbagi pe- ngetahuan, ketrampilan, serta
pengalaman dengan kolega. Pengetahuan, dan pengalaman
hanya untuk kepentingan pribadi, tidak untuk disebarkan kepada
orang lain exclusivism.
Bertanggung jawab untuk selalu mengevaluasi kualitas pelayanan
yang diberikan. Sekedar melaksanakan tugas dan
tidak bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Terus menerus melibatkan kolega untuk memberikan review
terhadap kinerja pribadi. Mengabaikan review kolega.
Selalu menyusun pencatatan atas kegiatan yang dilakukan secara
akurat dan lengkap Mengabaikan pencatatan, atau
pencatatan dilakukan secara tidak lengkap tidak akurat
113
Tindakan Pekerjaan Sosial Profesional
Tindakan Nonprofesional
Menempatkan kesejahteraan atau terpenuhinya kebutuhan
masyarakat sebagai misi utama di atas misi-misi pribadi
Misi pribadi merupakan perhatian utama.
Mengembangkan relasi pertolongan yang berorientasi
pada tujuan pelayanan. Mengembangkan relasi dengan
tujuan tidak terarah pada tujuan pelayanan, melainkan pada tujuan
pribadi.
Tidak menanggapi ekspresi emosi negatif masyarakat secara pribadi,
selalu mencari pemahaman atas alasan dibalik kemarahan ataupun
frustrasi masyarakat Menanggapi frustasi serta
kemarahan-kemarahan masyarakat secara pribadi, melibatkan emosi
pribadi pada aksi yang dilakukan.
114
KEGIATAN BELAJAR 2 PERANAN PEKERJA SOSIAL DALAM MENANGANI
MASALAH
Peranan adalah sekumpulan kegiatan altruistis yang dilakukan guna tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama antara penyedia
dan penerima pelayanan. Peranan merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang untuk menggunakan kemampuannya dalam situasi tertentu.
Peranan dalam profesi apa pun tidak ditentukan dalam kevakuman, namun terkait dengan aneka ragam variabel. Peranan juga tidak berdiri
sendiri namun terkait dengan peranan-peranan lain. Dengan demikian, peranan bersifat dinamis dan interaksional, dalam pengertian dapat
berubah sesuai dengan variabel dan peranan-peranan lain yang dilaksanakan oleh pekerja sosial.
Beberapa variabel yang menentukan peranan pekerja sosial profesional ialah: 1 pendekatan dulaistis dalam pekerjaan sosial, yaitu
perubahan dan pengembangan personal serta perubahan dan pengembangan social sebagai satu kesatuan, 2 fungsi-fungsi praktik
pekerjaan sosial yang saling berkaitan yaitu pencegahan, dengan peranan-peranan penelitian, analisis, penyusunan dan pengembangan
kebijakan, program dan pelayanan kesejahteraan sosial. Peredaman dampak, dengan peranan-peranan pemberdayaan individu, keluarga,
kelompok, organisasi dan masyarakat, motivasi penyuluhan kampanye sosial, pengajaran pelatihan, advokasi sosial, mobilisasi dan
alokasi sumber, asistensi sosial dan lain-lain.
115
Pengembangan atau pemberdayaan,dengan peranan-peranan perubahan dan pengembangan sikap dan perilaku, motivasi
penyuluhan kampanye sosial, bimbingan pendampingan sosial, pengajaran pelatihan, mobilisasi dan alokasi sumber, asistensi sosial,
dan lain-lain. Perlindungan, dengan peranan-peranan penanganan krisis dan stigma, motivasi penyuluhan kampanye sosial, bimbingan
pendampingan sosial, asistensi sosial, rujukan, dan lain-lain. Penyembuhan, dengan peranan-peranan konseling klinis, penyembuhan
kelompok dan keluarga, perubahan dan pengembangan status dan peranan, asistensi sosial, dan lain-lain. Rehabilitasi, dengan peranan-
peranan penyembuhan individu, kelompok dan keluarga, perubahan dan pengembangan status dan peranan, pengajaran pelatihan,
mobilisasi dan alokasi sumber, asistensi sosial, dan lain-lain. Peranan yang ditampilkan oleh pekerja sosial di dalam
masyarakat badan lembagapanti sosial akan bervariasi tergantung pada permasalahan yang dihadapinya. Pernyataan itu diperkuat dan
dipertegas oleh Bradford W. Sheafor dan Charles R. Horejsi, 2003:55, peranan yang ditampilkan pekerja sosial antara lain: 1 Peranan sebagai
perantara broker roles, 2 Peranan sebagai pemungkin enabler role, 3 Peranan sebagai penghubung mediator role, 4 Peranan sebagai
advokasi advocator role, 5 Peranan sebagai perunding conferee role
, 6 Peranan sebagai pelindung guardian role, 7 Peranan sebagai fasilitasi facilitator role, 8 Peranan sebagai inisiator inisiator role,
dan 9 Peranan sebagai negosiator negotiator role. Peranan sebagai perantara, pekerja sosial bertindak di antara
klien atau penerima pelayanan dengan sistem sumber bantuan materi dan non materi tentang pelayanan yang ada di badan lembagapanti
116
sosial. Selain sebagai perantara, pekerja sosial juga berupaya membentuk jaringan kerja dengan organisasi pelayanan sosial untuk
mengontrol kualitas pelayanan sosial tersebut. Peranan sebagai broker muncul akibat banyaknya orang yang tidak mampu menjangkau sistem
pelayanan sosial yang biasanya memiliki aturan penggunaannya yang kompleks dan kurang responsif terhadap kebutuhan klien atau penerima
pelayanan. Sebagai contoh, membantu klien atau penerima pelayanan untuk memperoleh keringanan biaya rehabilitasi di badanlembaga
panti sosial karena ketidakmampuan dan keterbatasan keluarga, membantu keluarga untuk mendapatkan subsidi rehabilitasi bagi klien
atau penerima pelayanan, membantu menentukan konselor dan pembimbing yang profesional.
Pengetahuan yang diperlukan oleh seorang broker dalam hal ini meliputi pengetahuan tentang sumber pelayanan, dana rehabilitasi dan
kualitas petugas. Dalam melaksanakan peranannya sebagai broker, pekerja sosial perlu melakukan assessment kebutuhan klien atau
penerima pelayanan, yaitu untuk mengetahui tingkat dan jenis kebutuhan, pendistribusian kebutuhan, prosedur untuk mengakses
pelayanan, pola-pola pelayanan yang dibutuhkan serta hambatan- hambatan yang akan ditemui dalam menggunakan pelayanan, juga data
tentang biaya yang diperlukan untuk bisa menjangkau kebutuhan- kebutuhan tersebut Parson et. al, 1994: 227. Pekerja sosial dapat
berperan sebagai broker untuk menghubungkan keluarga dengan pelayanan dan sistem sumber yang ada. Fungsi pekerja sosial adalah
untuk memahami situasi keluarga, memahami sumber, melakukan rujukan, menghubungkan sistem pelayanan, dan memberikan informasi
117
yang benar tentang masalah klien atau penerima pelayanan kepada keluarga.
Peranan sebagai pemungkin enabler role adalah peranan yang paling sering digunakan dalarn profesi pekerjaan sosial karena peranan
ini diilhami oleh konsep pernberdayaan dan difokuskan pada kemampuan, kapasitas, dan kompetensi klien atau penerima pelayanan
untuk menolong dirinya sendiri. Parsons et. al, 1994:188 mengatakan bahwa enabler role adalah:
the responsibility to help the client become capable of coping with situational or transitional stress. Specific skills use
achieving this objectives include conveying hope, reducing resistant and ambivalence, recognizing and managing feelings,
identifying and supporting personal strenghts and social assets, breaking down problem into parts that can be solved more
readily, and maintaining a focus on goals and the means for achieving them
.” Oleh sebab itu, klien atau penerima pelayanan melakukan
sesuatu dengan kemampuan yang dimilikinya dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya.
Sedangkan pekerja sosial hanya berperan membantu untuk menentukan kekuatan dan unsur yang ada dalam diri korban sendiri termasuk untuk
menghasilkan perubahan yang diinginkan atau untuk mencapai tujuan yang dikehendaki korban. Jadi peranan pekerja sosial adalah berusaha
untuk memberikan peluang agar kepentingan dan kebutuhan klien atau penerima pelayanan tidak terhambat.
Tujuan sebagai enabler, diungkapkan oleh Zastrow, 2000:74: ... helps individuals or groups to articulate their needs, to
clarify and identify their problems, to explore resolution strategies, to select and apply a strategy and to develop their
capacities to deal with their own problems more effectively
118
Oleh karena itu, cara yang dilakukan oleh pekerja sosial adalah mengidentifikasi
tujuan, memfasilitasi
untuk berkomunikasi,
mengkohesifkan dan mensinerjikan suatu hubungan, dan memberikan peluang untuk pemecahan masalah menyelesaikan konflik. Pendekatan
yang sering digunakan sebagai pemungkin enabler adalah konseling dengan korban, kelompok ataupun keluarga, mengatasi masalah yang
berkaitan dengan
lingkungan, berupaya
memberikan peluangpemungkin agar meningkat partisipasi dan keterlibatan
keluarga. Peranan sebagai penghubung mediator role akan meng-
gunakan teknik-teknik tertentu yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang ada. Pekerja sosial bertindak untuk mencari kesepakatan,
meningkatkan rekonsiliasasi berbagai perbedaan, untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan, dan untuk berintervensi pada bagian-
bagian yang sedang konflik, ter-masuk di dalamnya membicarakan segala persoalan dengan cara kompromi dan persuasif. Peranan yang
dilakukan oleh pekerja sosial adalah membantu menyelesaikan konflik di antara dua sistem atau lebih, menyelesaikan pertikaian antara
keluarga dan klien atau penerima pelayanan, dan memperoleh hak-hak korban.
Dalam hal ini, perilaku pekerja sosial tetap memelihara posisi netral, tidak memihak pada salah satu pihak dan menjaga nilai-nilai
profesional sehingga apabila mampu menemukan solusi akhir konflik diharapkan terjadi kerja sama di antara keduanya win-win solution.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Zastrow, 2000:75 bahwa, mediators remain neutral, not siding with either party, and make sure
119
they understand the position of both parties .Tindakan yang dapat
dilakukan oleh pekerja sosial adalah membantu untuk mengklarifikasi posisi kedua belah pihak yang bertentangan, mengidentifikasi penyebab
miskomunikasi dan membantu mereka untuk terlibat dalam penyelesaian masalah sehingga mereka paham akan permasalahan yang
sebenarnya. Peranan sebagai advokasi advocator role. Istilah advokat
berasal dari profesi hukum, akan tetapi telah diambil sebagai ciri yang unik dalam pekerjaan sosial. Oleh karena itu, peranan advokat hukum
dan advokat dalam pekerjaan sosial tidak sama. Advokat hukum dituntun melalui keinginan hukum, tetapi untuk advokat pekerjaan
sosial dibatasi oleh kepentingan yang timbul dari klien atau penerima pelayanan. Peranan sebagai advokat terlihat biasanya sebagai juru
bicara klien atau penerima pelayanan, memaparkan dan berargumentasi tentang masalah klien atau penerima pelayanan apabila diperlukan,
membela kepentingan korban untuk menjamin sistem sumber, memberikan pelayanan yang dibutuhkan atau merubah kebijakan
sistem yang tidak responsif terhadap kepentingan korban. Kegiatan lain dari peranan pekerja sosial sebagai advokat adalah dalam hal
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan, dan mengembangkan program.
Peranan sebagai perunding conferee role adalah peranan yang diasumsikan ketika pekerja sosial dan klien atau penerima pelayanan
mulai bekerja sama. Peranan ini dilakukan pada saat pencarian data, pemberian gambaran pada korban penyalahguna narkoba tentang hal
apa yang harus dilakukan, dan melaksanakan kontrak pada tahap berikutnya. Kerangka pikir dari peranan sebagai perunding berasal dari
120
model pemecahan masalah. Ini merupakan kolaborasi di antara klien atau penerima pelayanan dan pekerja sosial yang menggunakan
pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan ini termasuk di dalamnya eksplorasi dan pengertian yang jelas tentang masalah, menghubungkan
dan menekankan assessment yang merupakan kesatuan dari masalah, merancang tujuan untuk mengurangi tekanan, membuat strategi
alternatif yang umum, evaluasi hasil, implementasi strategi dan terminasi atau pengakhiran pelayanan. Keterampilan yang diperlukan
pada peranan perunding adalah keterampilan umum yang digunakan dalam pekerjaan sosial, seperti keterampilan mendengarkan, probing,
penguatanrefleksi dan lain-lain. Peranan sebagai pelindung guardian role biasanya dilakukan
oleh bidang aparat, tetapi profesi pekerjaan sosial dapat mengambil peran seperti melindungi klien atau penerima pelayanan, dan orang
yang berisiko tinggi terhadap kehidupan sosial. Korban merasa nyaman untuk mengutarakan masalahnya, beban dalam pikirannya terlepas, dan
merasa bahwa masalahnya dapat dirahasiakan pekerja sosial. Peranan sebagai fasilitasi facilitator role dilakukan untuk
membantu korban berpartisipasi, berkontribusi, mengikuti keterampilan baru dan menyimpulkan apa yang telah dicapai oleh korban Friesen
dan Parson, 1994:12. Dalam hal ini pekerja sosial harus bervariasi dalam memberikan pelayanannya tergantung pada kebutuhan korban
dan masalah-masalah yang dihadapinya agar mampu berpikir secara jelas tentang apa yang dibutuhkan di setiap waktu dalam proses
rehabilitasi. Di samping itu, peranan ini sangat penting membantu meningkatkan keberfungsian korban khususnya berkaitan dengan
kebutuhan, dan tujuan yang ingin dicapai.
121
Peranan sebagai inisiator initiator role, Zastrow, 2000:75 menyebut sebagai peranan yang memberikan perhatian pada masalah
atau hal-hal yang berpotensi untuk jadi masalah. Oleh karena itu, sebagai seorang inisiator, pekerja sosial berupaya memberikan
perhatian pada isu-isu seperti masalah-masalah korban yang ada di badanlembagapanti sosial, dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.
Isi isu ini tidak akan muncul atau menarik perhatian petugas lain sebelum ada yang memunculkannya. Di sinilah peranan pekerja sosial
sebagai inisiator untuk menyadarkan badanlembaga panti sosial bahwa ada permasalahan yang terjadi di lingkungan mereka.
Peranan sebagai negosiator negotiator role, ditujukan pada para klien atau penerima pelayanan yang mengalami konflik dari
mencari penyelesaiannya dengan kompromi sehingga tercapai kesepakatan di antara kedua belah pihak. Posisi seorang negosiator
berbeda dengan mediator yang berposisi netral. Seorang negosiator berada pada salah satu posisi yang sedang konflik.
122
KEGIATAN BELAJAR 3
1. PROSES PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL