Pengembangan kuesioner Tata Cara Penelitian

4. Pengembangan kuesioner

a. Uji validitas instrumen Pengembangan kuesioner dalam penelitian ini menggunakan uji validitas konten, hal ini bertujuan untuk mengkonfirmasi kembali kuesioner yang telah tervalidasi sebelumnya Marvel, 2012. Konfirmasi konten kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan validitas isi oleh expert judgement, yaitu seorang Apoteker. Hasil yang ingin dicapai dari uji validitas ini yaitu untuk memastikan bahwa aitem pernyataan yang akan digunakan dalam kuesioner tetap valid dan dapat mencakup keseluruhan isi serta tidak menyimpang dari konsep serta batasan tujuan pengukuran. b. Uji pemahaman bahasa Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang sudah dibuat kepada beberapa orang dengan kriteria inklusi yang sudah ditentukan yaitu remaja laki-laki yang berusia 12-25 tahun. Pada penelitian ini uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30 responden siswa laki-laki di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Tujuan dari uji pemahaman bahasa ini untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam kuesioner ini sudah dapat dimengerti oleh responden serta seberapa besar pemahaman responden terhadap maksud dan tujuan pernyataan dalam kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Dan hasil yang diperoleh dari uji pemahanan bahasa ini adalah sebagian besar responden sudah mengerti pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Uji validitas statistik Validitas aitem pernyataan pada kuesioner ini merupakan hasil dari korelasi aitem total yang menggunakan korelasi Point-Biserial untuk data dikotomus skor 0 dan 1 pada aspek pengetahuan dan uji korelasi Pearson Product Moment untuk aitem pernyataan dengan alternatif jawaban lebih dari dua seperti pada aspek sikap dan tindakan. Apabila koefisien korelasi mendekati 0 maka dapat dikatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian fungsi aitem pernyataan terhadap fungsi tes secara keseluruhan, sedangkan apabila nilai korelasi menunjukkan hasil yang negatif maka pernyataan tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian Azwar, 2014. Pada penelitian ini terdapat beberapa aitem pernyataan dalam aspek pengetahuan yang harus dihapus, antara lain yaitu aitem nomor 3 point-biserial = -0,16, nomor 8 point-biserial = -0,11, dan nomor 13 point-biserial = -0,05 seperti terlihat pada Lampiran 11. Sementara itu pada aspek sikap dan tindakan, hasil uji korelasi Pearson Product Moment sudah menunjukkan hasil yang baik sehingga tidak perlu ada aitem pernyataan yang dihapus. d. Uji reliabilitas instrumen Uji reliabilitas instrumen merupakan suatu pengukuran yang bertujuan untuk menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari instrumen penelitian Jogiyanto, 2008. Semakin tinggi koefisien reliabilitas berarti semakin reliabel juga instrumen tersebut. Pada penelitian ini pengukuran uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach α dengan taraf kepercayaan 95. Uji reliabilitas dilakukan di SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 30 orang siswa laki-laki. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel jika memiliki nilai α 0,6 Budiman, 2013. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa keseluruhan variabel penelitian memiliki konsistensi yang tinggi dan dapat digunakan untuk mengkur variabel yang sama secara berulang seperti yang tertulis pada tabel II. Tabel II. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Hasil nilai α Keterangan Pengetahuan 0,63 Reliabel Sikap 0,65 Reliabel Tindakan 0,61 Reliabel Uji reliabilitas pada aspek pengetahuan dilakukan sebanyak dua kali. Hal itu karena pada uji reliablitas yang pertama terdapat beberapa aitem pernyataan dengan hasil korelasi point-biserial yang rendah sehingga hanya menghasilkan nilai α = 0,51. Seleksi aitem dilakukan untuk aspek pengetahuan pada nomor 3 point-biserial = -0,16, nomor 8 point-biserial = -0,11, dan nomor 13 point-biserial = -0,05, dan pada uji reliabilitas yang kedua setelah seleksi aitem nilai α semakin meningkat menjadi 0,63 reliabel. Sedangkan untuk aspek sikap dan tindakan hanya perlu dilakukan satu kali uji reliabilitas karena sudah langsung didapatkan hasil yang reliabel.

5. Pelaksanaan Cara Belajar Insan Aktif CBIA

Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita pra lansia di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

1 8 113

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 148

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Desember 2014 – Maret 2015.

6 63 133

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 2 142

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta dengan metode seminar.

0 2 114

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122

PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MEMILIH OBAT BEBAS MENGGUNAKAN METODE CBIA (CARA BELAJAR INSAN AKTIF)

0 0 8