2. Sikap
Tingkat sikap responden mengenai penggunaan antibiotika, terutama tentang sikap responden terhadap ketaatan minum antibiotika, cara
memperoleh informasi, serta cara dan tempat memperoleh antibiotika setelah dilakukan intervensi CBIA menunjukkan adanya peningkatan yang bermakna
dan cukup signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perbandingan nilai pre-test pada pre intervensi dan post-test ketika post intervensi 1, post
intervensi 2, dan post intervensi 3. Pada pre intervensi terdapat sebanyak 11 orang 36,67 memiliki
tingkat sikap yang baik, kemudian sebanyak 18 orang 60 dengan tingkat sikap cukup, dan pada tingkat sikap dengan kategori kurang sebesar 1 orang
3,33. Tingkat sikap responden dengan kategori baik setelah dilakukan CBIA pada post intervensi yang pertama berjumlah 13 orang 43,33 dan
untuk kategori cukup terdapat sebanyak 17 orang 56,67. Kemudian setelah post intervensi yang kedua terdapat sebanyak 16 orang 53,33 berada pada
tingkat sikap dengan kategori baik dan sebanyak 14 orang 46,67 memiliki tingkatan sikap yang cukup. Selanjutnya pada post intervensi yang ketiga
jumlah responden dengan tingkat sikap kategori baik sebesar 17 orang 56,67 dan untuk tingkat sikap pada kategori cukup berjumlah 13 orang
43,33. Hasil yang diperoleh ketika pre intervensi, post intervensi 1, post
intervensi 2, dan post intervensi 3 menunjukkan peningkatan sikap responden yang semakin baik mengenai antibiotika. Hal itu semakin terlihat jelas bahwa
pada post intervensi yang pertama hingga yang ketiga tidak ada lagi responden yang memiliki tingkat sikap dengan kategori kurang. Penelitian ini lebih
difokuskan pada upaya peningkatan sikap responden mengenai penggunaan antibiotika, oleh karena itu pada Gambar 5 hanya ditampilkan distribusi jumlah
responden dengan tingkat sikap pada kategori baik saja. Peningkatan sikap responden dibuktikan dengan hasil statistik yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna p0,05 pada nilai sikap sebelum dan sesudah intervensi CBIA. Data yang telah diperoleh diuji
terlebih dahulu normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan aplikasi R dan didapatkan hasil p-value pada pre intervensi sebesar 0,07 normal, post
intervensi 1 sebesar 0,27 normal, post intervensi 2 sebesar 0,07 normal, dan post intervensi 3 sebesar 0,21 normal. Oleh karena seluruh data pada pre dan
post intervensi terdistribusi dengan normal, selanjutnya dilakukan uji varian untuk mengetahui homogenitas data tersebut. Berikut ini adalah hasil uji varian
aspek sikap yang diperoleh dalam penelitian ini :
Tabel VIII. Hasil uji varian tingkat sikap responden
Setelah didapatkan homogenitasnya, maka dapat langsung dilakukan uji hipotesis menggunakan Paired T-test dengan aplikasi R. Berdasarkan hasil
yang diperoleh dari uji T berpasangan tersebut maka diketahui bahwa p-value
Klasifikasi Data p-value
Keterangan
Pre - Post intervensi 1 0,98
Homogen Pre - Post intervensi 2
0,29 Homogen
Pre - Post intervensi 3 0,95
Homogen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tingkat sikap responden 0,05. Hal ini berarti hipotesis diterima dan dapat membuktikan adanya pengaruh intervensi CBIA dalam meningkatkan sikap
responden mengenai antibiotika. Hasil Paired T-test aspek sikap pada penelitian ini akan ditampilkan dalam tabel X berikut :
Tabel IX. Hasil uji hipotesis Paired T-test tingkat sikap responden sebelum dan sesudah intervensi CBIA
Proses perubahan sikap merupakan suatu hasil belajar yang dapat terjadi bila ada stimulus pengetahuan pada aspek kognitif seseorang Azwar,
2007. Perubahan sikap sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan bahwa dalam waktu yang relatif singkat kegiatan CBIA dapat memberikan pengaruh
terhadap perubahan sikap seseorang. Hal tersebut sesuai dengan prinsip metode CBIA yaitu menumbuhkan sikap kritis seseorang sehingga akan menimbulkan
motivasi serta keinginan untuk melakukan sesuatu. Sikap yang dimiliki remaja laki-laki sebelum intervensi sudah cukup baik, namun setelah diberikan CBIA
maka sikap remaja laki-laki menjadi semakin meningkat dan mantap Suryawati, 2003.
3. Tindakan