Pengukuran aspek tindakan dapat menggunakan skala Likert. Pengukuran tingkat tindakan seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Tingkat tindakan dikatakan baik jika responden mampu menjawab pernyataan
pada kuesioner dengan benar sebesar 76 - 100 dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.
b. Tingkat tindakan dikatakan cukup jika responden mampu menjawab
pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 56 - 75 dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.
c. Tingkat tindakan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab
pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 56 dari seluruh pernyataan dalam kuesioner Budiman, 2013.
D. Cara Belajar Insan Aktif CBIA
Metode Cara Belajar Insan Aktif CBIA merupakan metode penyampaian informasi obat yang melibatkan subyek secara aktif yaitu dengan
mendengar, melihat, menulis, dan melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang dikandung serta informasi lain seperti indikasi, kontra
indikasi, dan efek samping Suryawati, 2009. Metode CBIA ini menjadi metode pembelajaran bagi masyarakat, khususnya para ibu rumah tangga karena
berdasarkan banyak survei telah diketahui bahwa ibu rumah tangga adalah “key
person” dalam penggunaan obat di rumah. Dengan edukasi melalui metode CBIA masyarakat diharapkan dapat lebih aktif dalam mencari informasi tentang obat
yang digunakan oleh keluarga dan agar masyarakat dapat menyikapi promosi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iklan obat di pasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar Depkes RI, 2008.
Prinsip metode CBIA adalah menimbulkan motivasi atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu, baik berupa motivasi dari luar ekstrinsik
ataupun dari dalam intrinsik individu itu sendiri, motivasi untuk menemukan sesuatu menempatkan fasilitator sebagai motivator atau pendorong agar minat dan
potensi peserta didik dapat berkembang dengan sendirinya. Peserta didik juga dibiasakan untuk memecahkan masalah sendiri Suryawati, 2003.
Metode intervensi didasarkan pada proses belajar secara mandiri, terdiri dari fasilitator, narasumber, dan peserta didik. Fasilitator dalam hal ini bertugas
sebagai pendamping yang memicu jalannya diskusi sehingga minat peserta dapat berkembang, dan bila diperlukan fasilitator dapat membantu menunjukkan peserta
didik untuk menemukan jawaban, namun tidak diperkenankan menjawab pertanyaan peserta didik. Narasumber bertugas untuk menjawab pertanyaan dan
menjelaskan hal-hal yang tidak dapat ditemukan peserta dalam diskusi. CBIA mengupayakan peserta belajar secara aktif, merangsang inisiatif
belajar sendiri, membekali peserta dengan tingkah laku kritis, memunculkan tindakan atau perilaku untuk mencari informasi dengan proses interaktif.
Narasumber sebaiknya adalah seorang apoteker atau dokter, sedangkan fasilitator dapat berasal dari mahasiswa farmasi atau kedokteran. Kegiatan CBIA berupa
diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 6 – 8 orang setiap kelompok dengan
jumlah kelompok maksimum pada setiap intervensi yaitu tidak lebih dari 6 kelompok. Kegiatan diskusi diawali dengan pengarahan dari fasilitator, kemudian
peserta mempelajari materi atau bahan-bahan yang sudah dipersiapkan seperti modul atau pun kemasan obat sehingga peserta mampu untuk mencari informasi
sendiri secara kritis. Rangkuman hasil diskusi dari proses pembelajaran tersebut kemudian disampaikan pada forum besar dengan diceritakan oleh masing-masing
kelompok. Selanjutnya hasil temuan peserta didik tersebut segera ditanggapi dengan tambahan penjelasan dari narasumber. Waktu pelaksanaan CBIA ini tidak
diperkenankan apabila melebihi waktu yang telah ditentukan yaitu maksimal 4 jam Suryawati, 2009.
Berdasarkan penelitian Suryawati 2009, metode CBIA telah terbukti lebih efektif dapat meningkatkan pengetahuan pengobatan sendiri dibandingkan
dengan masyarakat yang menghadiri seminar besar.
E. Antibiotika