Tema 2 : Efek Kekerasan pada Ibu Hamil dan Janinnya

memuaskan dalam melayani, ia berhak untuk memukul, apalagi hal ini dibenarkan oleh agama, adat dan tradisi. Demikian juga dalam pelayan seks. Suami merasa benar untuk minta di layani kapan saja, dimana saja. Istri salah apabila tidak bersedia melayani, sehingga terjadilah paksaan terhadap istri. Terbentuknya dominasi laki-laki atas perempuan dapat ditinjau dari pandangan teori nature and culture. Dalam proses transformasi dari nature ke culture sering terjadi penaklukan. Laki-laki sebagai culture seorang yang berwewenang menaklukkan dan memaksakan kehendak kepada perempuan nature. Dari segi budaya laki-laki selalu ditempatkan pada posisi lebih tinggi dari perempuan sehingga mempengaruhi mereka dalam kehidupan berkeluarga Cormack, et all, dalam Keumalahayati, 2010. Jadi dapat disimpulkan bahwa kekerasan dilakukan oleh suami atau pasangan adalah karena budaya patriarkhi di Indonesia sehingga mempengaruhi perlakuan mereka terhadap pasangannya.

5.1.2. Tema 2 : Efek Kekerasan pada Ibu Hamil dan Janinnya

Seorang ibu yang sedang hamil akan merasakan suatu pengalaman yang menakjubkan dan sangat berkesan sebab janin yang di kandungannya akan ia lahirkan adalah hasil buah cinta antara pasangannya atau suaminya dengan dirinya. Kelak hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hubungan mereka sebagai pasangan. Seperti kita ketahui bahwa selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan baik dalam segi fisik maupun secara psikologis. Perubahan dari segi fisik akan mempengaruhi Universita Sumatera Utara hormon esterogen dan progesteron sehingga akan mempengaruhi keadaan psikologis mereka dalam menerima kehamilannya. Perempuan sering dihadapkan pada kenyataan yang membingungkan saat mengetahui ketika mereka hamil namun mereka harus menerima kenyataan bahwa posisi mereka sedang dalam keadaan yang kurang baik dan sulit untuk meneruskan kehamilannya sebab mereka selalu menerima perlakuan tindak kekerasan dari pasangan atau suami mereka. Kekerasan terhadap perempuan dan di dalam rumah tangga terutama pada perempuan hamil memiliki efek langsung dan berkepanjangan. Mengenai kesehatan perempuan merupakan suatu masalah yang sangat pelik karena kesehatan perempuan bersifat khas dan kompleks sehingga pendekatannyapun harus dilakukan secara komprehensif. Kesehatan perempuan akan banyak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti budaya setempat, pendidikan, gizi, akses pada informasi kesehatan terutama kesehatan reproduksi perempuan, adanya diskriminasi gender dan sebagainya. Perempuan secara biologis dan fisiologis mempunyai perbedaan yang sangat mendasar dengan laki-laki. Oleh karena itu perempuan mempunyai system reproduksi yang juga akan berbeda dengan laki-laki. Sementara pada perempuan yang sering menjadi akar masalah adalah yang terkait pada masalah kesehatan reproduksi. Terkait dengan penelitian yang sudah dilakukan bahwa informan cenderung tidak menginginkan janin yang ada di kandungannya sehingga berusaha untuk menggugurkannya disebabkan oleh pasangan atau suami yang tidak bertanggung jawab dan sering menerima perlakuan kasar dari pasangan mereka. Dalam situasi Universita Sumatera Utara yang membingungkan seperti itu, kemudian mereka memutuskan untuk mengakhiri kandungannya dan saat keputusan ini diambil maka muncullah berbagai macam masalah kesehatan reproduksi. Heise, et all dalam Sutrisminah 2013 menyatakan bahwa perempuan yang sedang hamil dan mengalami kekerasan dari pasangannya akan terganggu reproduksinya yaitu terjadi keguguranabortus, persalinan premature dan bayi meninggal dalam rahim, dapat menghasilkan anak lahir BBLR, retardasi mental, bayi cacat lahir. Kemudian istri sering dicekam rasa takut, cemas, curiga yang berlebihan dan sulit mengambil keputusan. Dampak fisik menyangkut kesehatan reproduksi seperti cedera, gangguan fungsional, kesehatan fisik dan cacat permanen sedangkan yang menyangkut kesehatan reproduksi seperti hamil tidak diinginkan, penyakit menular seksual serta abortus. Pada awal kehamilan masing-masing informan mengalami mual muntah yang berlebihan namun mereka tidak berkeinginan memeriksakan dirinya ke puskesmas atau bidan terdekat. Pada saat informan mengetahui bahwa dirinya hamil maka mereka berusaha melakukan terminasi kehamilan dengan alasan social, ekonomi serta kehamilannya tidak diinginkan. Ketika melakukan aborsi ibu hamil mengeluarkan flek darah, satu orang informan mengalami kontraksi di rahimnya namun mereka tidak memeriksakan diri dengan intensive ke petugas kesehatan atau bidan. Efek jangka pendek aborsi adalah rasa sakit yang intens, terjadi kebocoran uterus, perdarahan yang banyak, merusak organ tubuh yang lain, sementara efek jangka panjang adalah tidak dapat hamil kembali, keguguran kandungan, kelahiran prematur Universita Sumatera Utara dan gejala peradangan di bagian pelvis Widyastuti, 2009. Crampein, et all 2010 dalam penelitiannya menemukan bahwa Efek langsung akibat tindak kekerasan pada masa kehamilan dapat meliputi : blunt trauma to the abdomen, p Kemudian secara keseluruhan berat badan para informan tidak mengalami penambahan berat badan yang signifikan sesuai dengan usia kehamilan dan berusaha menyembunyikan serta tidak memberitahu ke orang lain bahwa mereka sudah mulai hamil. Menurut teori, seorang ibu yang berat badannya normal sebelum hamil, penambahan berat badan yang seharusnya adalah 11,4-15,9 kg Bobak, et all 2005. Dari hasil dua informan diperoleh informasi berat badan mereka tidak bertambah seperti yang dikemukakan oleh teori tersebut di atas..mereka hanya bertambah 7-8 kg sementara sudah masuk di trimester ketiga. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh kurang terpenuhinya asupan gizi yang diperlukan selama kehamilan seperti asam folat, zat besi, kalsium, vitamin B12 dan protein. Mereka lebih suka mengkonsumsi makanan instan. Hasil lebih jauh tidak diperoleh sebab mereka jarang atau kurang intensive memeriksakan diri. endarahan termasuk pemisahan plasenta, rahim pecah, keguguran lahir mati, lahir premature untuk pekerja, lahir prematur akibat pecahnya ketuban. Ketika mereka mengalami sedikit pendarahan dua orang informan tidak memeriksakan diri ke puskesmas atau bidan setempat. Mereka tidak terlalu peduli dengan janin atau keadaan kehamilannya. Pada trimester dua kandungan mereka sudah mulai membesar dan payudara mulai membengkak dan mengeluarkan cairan kolostrum tetapi hanya satu orang mulai memeriksakan diri sementara dua orang informan tidak terlalu peduli dengan Universita Sumatera Utara perkembangan dan perubahan tubuhnya. Pada dasarnya ketiga informan menolak kehamilan mereka dan berusaha mengakhirinya namun satu informan merasa takut dan berdosa bila ia menggugurkannya, akhirnya ia berusaha memeliharanya dan memeriksakan dirinya ke bidan dengan tujuan nantinya anak yang dilahirkan akan diberikan kepada orang lain. Ia sering menawarkan anaknya kepada orang lain dan orang yang ditawarkan bersedia membawa S ke dokter untuk USG mengetahui jenis kelamin janin yang di kandungannya sebab jika anak laki-laki mereka tidak mau. Hasil USG adalah janin adalah laki-laki. Sementara dua informan sangat tidak menyukai dan membenci janin yang di kandungan sehingga berusaha menggugurkannya namun tidak gugur. Masalah kesehatan perempuan merupakan masalah penting dan serius karena sejak dua decade terakhir angka kematian ibu AKI tidak pernah turun. Berdasarkan hasil penelitian SKRT 2000 AKI sebesar 396100000, aborsi tidak aman berkontribusi terhadap AKI : 11-17 dapat mencapai 50, angka aborsi 2-2,3 jutatahun, pelaku aborsi 87 wanita kawin, penyebab : 57,5 psikososial dan 36 gagal KB Azwar, 2003. Pasangan atau suami mereka juga buruh kasar dan pendidikan rendah sehingga kurang memperhatikan kebersihan pribadi, mereka pulang ke rumah tanpa membersihkan tubuh dengan baik namun langsung memaksa istri berhubungan. Dalam masa kehamilan dua orang informan yang masih dipaksa untuk melakukan hubungan seks walau pihak istri tidak menginginkannya. Pemaksaan hubungan seks dilakukan setelah beberapa lama suami tidak pulang ke rumah. Walau mereka Universita Sumatera Utara mengetahui suami mereka jarang pulang dan mereka tetap saja mau melakukan hubungan seks dan tanpa memakai pelindung atau alat KB. Oleh pendidikan mereka yang rendah dan kurangnya pengetahuan sehingga ketika pasangan atau suami mereka memaksa untuk berhubungan seks semantara mereka juga bebas melakukan hubungan seks di luar maka kemungkinan besar ibu hamil dapat tertular penyakit kelamin. Menurut pengakuan satu informan, alat kelaminnya terasa gatal-gatal dan sedikit berbau. Hal tersebut sangat bertentangan dengan hak reproduksi yaitu hak untuk bebas dari penganiayaan dam perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual. Sementara The National Family Planning and Reproductive Health Association, menyatakan bahwa untuk beberapa wanita, pemakaian kondom harus dilakukan sepanjang masa hamil. Tujuannya ialah untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, misalnya virus herpes simpleks, gonore dan HIV Aids Gold-smith, dalam Bobak, 2005 ; Widyastuti, 2009. Dalam pasal 12 ayat 1 1 dan 2 UU No. 7 tahun 1984 sebagai undang-undang yang meratifikasi Konvensi WanitaKonvensi CEDAW Convention on Elimination of All of Discrimination Against Women menyebutkan bahwa “negara-negara peserta wajib melakukan langkah-langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap wanita di bidang pemeliharaan kesehatan dan menjamin diperolehnya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan yang berhubungan dengan keluarga berencana, atas dasar persamaan laki-laki dan perempuan. Sekalipun terdapat ketentuan pada ayat 1 ini, negara-negara wajib menjamin kepada perempuan Universita Sumatera Utara mendapat pelayanan yang layak berkualitas dengan kehamilan, persalinan dan masa sesudah persalinan dengan memberikan pelayanan cuma-cuma di mana perlu, serta pemberian makanan bergizi yang cukup selama kehamilan dan masa menyusui. Masalah kehamilan sebagai fungsi utama reproduksi perempuan wajib mendapat prioritas dalam pelayanan kesehatan. Hal tersebut tentu sangat erat berkaitan dengan masa depan seorang perempuan dan bayi yang dilahirkan kelak. Dalam penelitian ini, dua informan jarang memeriksakan kehamilannya, hanya satu kali atau dua kali mengikuti ANC. Satu orang informan rajin melakukan ANC dan minum susu agar anak sehat dan setelah lahir dapat diserahkan kepada orang lain. Dari sisi psikologis, umumnya informan tidak menerima kenyataan bahwa mereka hamil dan berusaha menolaknya. Mereka tidak menerima kehamilan dan tidak bersedia mengurus dirinya sendiri bahkan berusaha membuang janin yang ada di kandungannya dan tidak merasa bahagia. Mereka sering termenung dan kebingungan, sementara selama mereka hamil pasangan atau suami tidak mendukung sama sekali bahkan melakukan kekerasan baik secar fisik, psikologis, seksual maupun ekonomi. Menurut Suryakusuma 1995 efek psikologis penganiayaan bagi banyak perempuan hamil lebih parah dibanding efek fisiknya. Rasa takut, cemas, letih, kelainan stress post traumatic, serta gangguan makan dan tidur merupakan reaksi panjang dari tindak kekerasan. Akan tetapi, tidak jarang akibat tindak kekerasan terhadap istri juga mengakibatkan kesehatan reproduksi terganggu secara biologis yang pada akhirnya mengakibatkan terganggunya secara biologis. Istri yang Universita Sumatera Utara teraniaya sering mengisolasi diri dan menarik diri karena berusaha menyembunyikan bukti penganiayaan mereka. Perempuan dilakukan dengan semena-mena dalam hubungan seks. Ketika laki-laki membutuhkan perempuan maka mereka tidak dapat menolak dan laki-laki berbuat sesukanya namun ketika mereka membutuhkan seks atau kasih sayang, hal tersebut tidak mereka dapatkan. Ketiga informan mengalami hal tersebut. Sementara hak reproduksi menyatakan bahwa individu memiliki hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya Widyastuti, 2009. Adaptasi maternal dalam diri mereka kurang berkembang dengan baik sebab pada dasarnya mereka tidak menginginkan janin yang ada di kandungannya. Rasa tanggung jawabnya kurang untuk memelihara janin apalagi menyambutnya dengan baik di dunia. Satu informan Ny. I mengalami seperti depresi ringan terlihat dari tingkah lakunya yang selalu menelpon orang lain dan selalu menceritakan persoalan hidupnya dengan tertawa dan menangis secara bergantian. Satu informan Ny. A sering keluyuran rumah dan kurang mengurus diri, rumahnya yang kumuh dan kotor dibiarkan dan juga kurang mengurus anaknya yang pertama. Dia lebih suka bercerita sama teman-temannya daripada mempersiapkan kelahiran anaknya. Ny. A hidup dalam rumah yang kumuh ukuran 3x7 m dan jarang dibersihkan. Kamar dan ruang makan dan dapur semua bersatu kecuali kamar mandi memakai pembatas papan. Kehidupannya yang demikian yang tidak bersih dan kotor akan mempengaruhi janin yang ada di dalam kandungannya. Informan S tidak suka keluyuran tetapi ia lebih Universita Sumatera Utara sering menangis dan tidak terlalu banyak berbicara. Hal tersebut dapat mengganggu kesehatan janin yang di rahim. Dari keseluruhan hasil penelitian diperoleh bahwa dampak kekerasan akan mempengaruhi kesehatan perempuan terutama kesehatan reproduksi, cara berpikir dan emosi yang kurang stabil. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hidupnya.

5.1.3. Tema III : Latar Belakang Keluarga Korban adalah sebagai Pelaku Kekerasan