Penyebab Tindak Kekerasan TINJAUAN PUSTAKA

dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi danatau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut Pasal 9. Penelantaran rumah tangga dapat dikatakan dengan kekerasan ekonomik yang dapat diindikasikan dengan perilaku di antaranya seperti : penolakan untuk memperoleh keuangan, penolakan untuk memberikan bantuan yang bersifat finansial, penolakan terhadap pemberian makan dan kebutuhan dasar, dan mengontrol pemerolehan layanan kesehatan, pekerjaan dan sebagainya.

2.3 Penyebab Tindak Kekerasan

Tindak kekerasan dapat timbul sebagai akibat dari kombinasi dan interaksi multi faktoral antara biologis, sosial, ekonomi dan politis seperti riwayat kekerasan, kemiskinan, konflik bersenjata, namun dipengaruhi pula oleh beberapa faktor risiko dan faktor protektif. Kekerasan terhadap perempuan sebagai korban terbanyak dari tindak kekerasan dalam rumah tangga sangat dipengaruhi oleh ketimpangan gender. Budaya yang mempunyai peran gender yang kaku, yang mengaitkan keperkasaan pria dengan dominasi dan kendalinya terhadap wanita Missa, 2010. Adapun faktor pencetus terjadinya kekerasan adalah : Universita Sumatera Utara a. Faktor individu : Menurut survey di Amerika Serikat Mezey, et al, 2004 wanita mempunyai risiko lebih besar mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah : 1. Wanita yang single, bercerai atau ingin bercerai. 2. Berumur 17-28 tahun. 3. Mempunyai pasangan dengan sifat memiliki dan cemburu berlebihan. 4. Ketergantungan obat atau alcohol atau riwayat ketergantungan kedua zat tersebut. 5. Sedang hamil b. Faktor keluarga : 1. Kehidupan keluarga yang kacau tidak saling mencintai dan menghargai, serta tidak menghargai peran wanita. 2. Kurang ada keakraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga. 3. Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas. c. Faktor masyarakat : 1. Urbanisasi dan kesenjangan pendapatan di antara penduduk kota. 2. Kemiskinan. 3. Lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas tinggi. 4. Masyarakat keluarga ketergantungan obat. Menurut Kriminolog Universitas Indonesia UI Erlangga Masdiana dalam Missa, 2010 kekerasan itu sangat dipengaruhi ideologi dan pemahaman budaya Universita Sumatera Utara masyarakat setempat. Di hampir sebagian masyarakat Indonesia, perempuan dianggap orang nomor dua dalam rumah tangga sehingga memiliki hak yang kurang dibanding laki-laki. Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh multi faktor. Faktor terpenting adalah soal ideologi dan culture budaya, di mana perempuan cenderung dipersepsikan sebagai orang nomor dua dan dapat diperlakukan dengan cara apa saja. Ideology dan kultur itu juga muncul karena transformasi pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu. Sebagai contoh, zaman dulu, anak diwajibkan tunduk pada orang tua, tidak boleh mendebat sepatah kata pun sehingga kekerasan terhadap anak sering terjadi. Soedjono - The Enternal Quest for the Couses of Crime adanya tuntutan sebagai penyebabdari timbulnya kejahatan dalam Purwaningsih, 2008 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kejahatan, antara lain : - The Contitusional School of Criminology adanya sekolah hukum yang mempelajari kejahatan - Geography and Criminal Causation fakta letak geografis dari suatu daerahyang menjadi penyebab dari timbulnya kejahatan - Economic Factor and Crime Causation faktor ekonomi sebagai penyebab dari timbulnya kejahatan - Modern Sociological Theories adanya teori-teori sosial modren - Minority Tension as Factors in Crime adanya tekanan dan ketegangan kecil - Home and Community Influence pengaruh rumah dan lingkungan - Emotional Disturbances as Factor Criminality adanya emosi yang labil - Teori Sosiologi tentang tingkah laku kejahatan - Kriminalitas dan perkembangan masyarakat - Broken Home dan hubungannya dengan Emotional Immatury dan hubungannnya dengan kejahatan Di Indonesia kasus kekerasan sebenarnya banyak tapi cenderung ditutup- tutupi dan dipandang aib serta memalukan untuk diketahui khalayak ramai. Hal Universita Sumatera Utara tersebut membuat tindak kekerasan semakin marak dan subur terutama di Indonesia. Arif dalam Purwaningsih, 2008 bahwa secara garis besar ada empat faktor mendasar yang menjadi penyebab dari timbulnya kekerasan dalam rumah tangga, di antaranya yaitu : 1. Sosial Budaya ; masyarakat Indonesia cenderung masih memegang budaya timur yang enggan untuk terbuka dan mengganggap bahwa segala permasalahan yang bersifat pribadi adalah tabu dan pantang untuk diceritakan kepada orang lain. Terutama masalah kekerasan yang dialami adalah sesuatu yang memalukan untuk diceritakan. Bahkan ada daerah tertentu yang mengganggap bahwa pasangan atau suami adalah sah-sah saja melakukan kekerasan sebab ia seorang yang lebih berkuasa serta berhak mengatur istri dan anak-anaknya sehingga kekerasan semakin berkembang dan tidak terselesaikan. 2. Tingkat pendidikan ; minimnya pendidikan kedua pasangan dapat mempengaruhi keadaaan rumah tangga atau cara mereka melakukan relasi satu dengan yang lainnya. Suami yang memiliki sifat menguasai dan merasa diri lebih dominan maka akan berusaha membuat istrinya patuh sepenuhnya. Istri juga akibat minimnya pendidikan menjadikannya kurang berani tegas untuk berkata “tidak” kepada suaminya sehingga suami atau pasangannya makin semena-mena. 3. Sosial ekonomi ; perempuan atau istri yang tidak bekerja akan lebih bergantung pada suaminya, terlebih budaya masyarakat di Indonesia bahwa Universita Sumatera Utara perempuan harus tetap mengurus rumah tangga. Oleh karena ketergantungan ekonomi pada suami atau pasangannya maka perempuan merasa bahwa ia sudah bersalah tidak bekerja untuk menambah keuangan di rumah sehingga ketika suami melakukan kekerasan perempuan akan merasa hal tersebut memang harus dia terima. 4. Strata Sosial ; perbedaan status antara laki-laki dan perempuan akan menimbulkan kekerasan di rumah tangga. Apabila salah satu memiliki strata social yang lebih tinggi maka cenderung akan meremehkan pasangannya. Keadaan tersebut di atas merupakan kenyataan yang sering terjadi di Indonesia atau di sekeliling kita namun sering tidak dianggap sebab lebih banyak mereka yang mengalami kekerasan akan berdiam diri. Akhirnya kesimpulan dapat diambil bahwa alasan wanita sering mengalami tindak kekerasan adalah dapat menyangkut interaksi kompleks dari aspek biologis, sosio-kulural, ekonomis, psikologis dan politis adalah : a laki-laki secara fisik lebih kuat daripada perempuan ; b tradisi di masyarakat mengenai dominasi laki-laki karena mereka kuat ; c tradisi tersebut sering ditampilkan dalam film, pornografi, music rock dan media ; d realitas ekonomi yang membuat perempuan bergantung kepada laki-laki ; e pada tingkat individual, faktor individual berkenaan dengan factor yang tersebut di atas bahwa ada perempuan yang mengalami dan ada yang tidak kemudian ada laki-laki sebagai pelaku dan ada yang tidak Poerwandari dalam Purwaningsih, 2008. Universita Sumatera Utara

2.4 Kekerasan Selama Kehamilan