2.4 Kekerasan Selama Kehamilan
Kekerasan umumnya meningkat selama kehamilan. Luka-luka kekerasan terjadi selama kehamilan biasanya terdapat pada bagian payudara atau perut. Pasien
juga dapat memperlihatkan trauma pada genitalia, nyeri yang tidak dapat dijelaskan, serta kekurangan gizi. Kekerasan selama kehamilan dapat membawa dampak yang
fatal bagi ibu maupun janin, seperti aborsi spontan yang tidak dapat dijelaskan, keguguran atau kelahiran premature Crempien et.all, 2010. Dalam penelitiannya
kepada 256 orang wanita hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Crempien et.all 2010 menemukan bahwa sebanyak 79 wanita hamil
memeriksakan ANC kurang dari 12 minggu kehamilan dan 21 memeriksakan ANC lebih dari 12 minggu kehamilan. Dilihat dari status gizi, ada 56,6 ibu hamil
memiliki berat badan normal, 27 kelebihan berat badan, 9,8 mengalami obesitas dan 6,6 berada di bawah berat badan normal mereka. Ditemukan juga mereka yang
menderita kekerasan fisik akan mengalami kekerasan emosional juga.
2.5 Akibat Kekerasan
Kekerasan pada perempuan menimbulkan berbagai dampak yang merugikan
antara lain dampak fisik dan psikologis.
1. Akibat fisik
a. Kematian akibat kekerasan fisik, pembunuhan atau bunuh diri.
b. Trauma fisik berat : memar berat luardalam, patah tulang, kecacatan.
Universita Sumatera Utara
c. Trauma fisik selama kehamilan, yang berisiko terhadap ibu dan janin abortus,
kenaikan berat badan ibu tidak memadai, infeksi, anemia, berat bayi lahir rendah.
d. Kehamilan yang tak diinginkan dan kehamilan dini akibat perkosaan atau
kebebasan dalam mengikuti KB, yang dapat diikuti dengan tindakan aborsi, tertular PMS, HIVAIDS atau komplikasi kehamilan, termasuk sepsis, aborsi
spontan dan kehamilan prematur. e.
Meningkatnya risiko terhadap kesakitan, misalnya gangguan ginekologis, perdarahan pervaginam berat, infeksi saluran kencing dan gangguan
pencernaan. Hasil penelitian kolektif RAWCC 2001 memperlihatkan bahwa sepertiga
dari istri yang mengalami penganiayaan mendapat cedera fisik. Selain cedera, dampak fisik juga dapat berupa: 1 Sakit kepala, 2 Asma, 3 Sakit perut, 4 Serta
gangguan kesehatan reproduksi seperti mengalami keputihan, 5 Bahkan bagi istri yang sedang hamil, kemungkinannya mengalami keguguran menjadi dua kali lebih
besar. Sedangkan dampak secara psikis, kekerasan akan membuat istri menderita : 1 Kecemasan, 2 Depresi, 3 Sakit jiwa akut, 4 Kemampuan menyelesaikan masalah
rendah, 5 Tidak tertutup kemungkinan memunculkan keinginan untuk bunuh diri atau membunuh pelaku. yang sangat mengkuatirkan, kekerasan terhadap istri juga
berdampak bagi anak-anaknya. Bagi yang masih bayi, besar kemungkinan ia tidak lagi akan dapat merasakan nikmatnya air susu ibu ASI, sebab stres akan membuat
produksi ASI berkurang bahkan berhenti, belum lagi dengan melemahnya
Universita Sumatera Utara
kemampuan menguasai diri, 6 Baik dari suami maupun istri akan membuka kemungkinan mereka bertindak kejam terhadap anak.
2. Akibat non fisik
a. Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan dan cemas, rasa rendah diri,
kelelahan kronis, sulit tidur, mimpi buruk, disfungsi seksual, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat atau mengisolasikan dan menarik diri.
b. Pengaruh psikologis terhadap anak karena menyaksikan kekerasan, misalnya
kelak cenderung melakukan kekerasan terhadap pasangannya. 3.
Pengaruh terhadap masyarakat a.
Bertambahnya biaya pemeliharaan kesehatan b.
Efek terhadap produktivitas, misalnya berkurangnya kontribusi kepada masyarakat, kemampuan realisasi dan cuti sakit bertambah.
Berdasar uraian tersebut di atas, kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan dapat berdampak fisik dan juga pada dampak psikologis, misalnya
ditemukan timbulnya perasaan takut dan was-was apabila kejadian tersebut terulang lagi. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan jiwa dari korban sendiri.
2.6 Kehamilan 2.6.1 Definisi Hamil