3 Masalah permodalan dan pemasaran
Dalam pengembangan komoditi kentang di Lokalita Percontohan masih dihadapi beberapa masalah dan kendala dalam hal permodalan dan pemasaran, seperti
disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Masalah Permodalan dan Pemasaran Kentang di Lokalita Percontohan
No. Modal dan pasar
Permasalahan
1. Modal
1. Biaya produksi untuk pengadaan saprodi dan modal kerja cukup tinggi dan
terbatasnya modal petani 2. Bunga yang ditawarkan pelepas uang di
Lokalita terlalu tinggi 2.
Pemasaran 1. Posisi daya tawar petani dalam hal
pemasaran sangat lemah 2. Fluktuasi harga jual di pasaran cukup tinggi
3. Akses petani terhadap informasi harga sangat terbatas
Sumber: Rancang Bangun Lokalita Percontohan KADTBB Sumatera Utara, 2008
4.2. Deskripsi Responden
Dari hasil pengumpulan data primer yang diperoleh dari hasil survey diperoleh gambaran umum responden yang mencakup karakteristik individu yakni
umur, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman sebagai petani adalah sebagai berikut:
4.2.1. Umur
Komposisi responden berdasarkan umur, menunjukkan bahwa secara umum umur petani nenas berkisar antara 25 sampai 55 tahun. Kelompok umur responden
yang paling banyak adalah pada kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 10 responden
Universitas Sumatera Utara
71,43, sedangkan kelompok umur 25-35 tahun dan 46-55 tahun masing-masing sebanyak 2 responden 14,29. Pada petani kentang responden pada rentang umur
46-55 tahun menunjukkan jumlah responden paling dominan yakni sebanyak 17 responden 34.69, sedangkan petani kelompok umur 26-35 sebanyak 13 responden
26.53 dan kelompok umur 36-45 sebanyak 12 responden 24.49. Namun di kelompok umur lanjut usia kurang produktif terdapat 4 responden 8.16 yang
berusia antara 56-65 tahun. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur tertera pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur No.
Umur Tahun Jumlah Respoden
Persentase
1 25
3 6.12
2 26-35
13 26.53
3 36-45
12 24.49
4 46-55
17 34.69
5 ≥ 56
4 8.16
Jumlah 49
100.00
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Hal ini menunjukkan bahwa responden sebagian besar berada pada kelompok
umur produktif. Usia produktif ditandai dengan kemampuan untuk mengerjakan usaha taninya. Usia produktif juga akan berpengaruh kepada kemampuan untuk
mengadopsi perubahan-perubahan seperti adanya tekonologi budidaya pertanian yang baru dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Pendidikan
Pendidikan formal sangat berpengaruh kepada kemampuan mengadopsi informasi baru berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin baik dalam menerima suatu informasi. Secara umum pendidikan formal jumlah responden yang berpendidikan SD sebanyak 7 responden
14,29, pendidikan SMP sebanyak 4 responden 8,16, pendidikan setingkat SLTA sebanyak 33 responden 67,35 dan selebihnya 5 responden 10,20
berpendidikan setingkat DiplomaS1, sebagaimana tertera pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. TingkatLama Pendidikan
Jumlah Respoden
Persen
1 SD 6 tahun
7 14.29
2 SMP 9 tahun
4 8.16
3 SLTA 12 tahun
33 67.35
4 Diploma + S1 12 tahun
5 10.20
Jumlah 49
100.00
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Hal ini menunjukkan kualitas pendidikan sebagian petani di Kelurahan Saribu
Dolok ini sudah cukup baik, sehingga dapat mendukung kegiatan dalam kelompok tani, melakukan diskusi dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh
instansi pembina atau Penyuluh Pertanian Lapangan PPL.
4.2.3. Lama Pengalaman Bertani